Extra chapter: adik kecil kami pt²

2.2K 251 284
                                    

Sekali lagi, pada malam hari, Istana kembali geger dengan skala yang lebih besar. Ya! Tentu saja syok berat kali ini di tujukan untuk ke enam saudara yang baru saja kembali dari desa Quabak.

"B──b──bayi!?" Taufan hampir merosot, tetapi dia dengan cepat berpegangan pada Blaze. Sedangkan Blaze terlalu syok sampai-sampai hampir lupa cara bernafas, "L-lihat!! Permintaan mu terkabul! Lintar menjadi bayi!"

Lalu ada Gempa, sosok berperawakan tenang yang kali ini masih berpegang teguh agar tetap tenang. Tetapi mata coklat Gempa berlinangan ketika melihat Halilintar kecil berlarian di aula utama, "... Aku seperti melihat malaikat," Kata Gempa seraya mengusap linangan air matanya.

Ice? Ah, lupakan. Remaja itu benar-benar dalam definisi syok tingkat dewa.

"Lintar! Um, lihat apa yang kakak bawakan untuk mu!" Thorn berseru kegirangan. Mata zamrudnya berbinar sembari memegang bola kristal yang berkilauan. "Ingin ini?"

"Ndakk!"

Namun Halilintar lekas membuang muka dan berlari kecil menuju Voltra, bersembunyi di balik kaki panjang Ayahnya sembari merenggut. "Ndaakk!"

Solar diam-diam mendengus. Menatap bagaimana Halilintar menjadi lengket hanya karena di tinggal satu hari satu malam. Sungguh! Tatapan Solar seakan-akan berkata begini: Halilintar! Astaga, demi ribuan janji ksatria dan demi panci reot milik Kak Gempa! Mengapa kamu memilih pria kaku itu!?

Tak lama kemudian tabib memasuki aula utama, membuat Raja, Ratu dan beberapa penjabat segera senyap dan mulai mendengarkan perkataan pria tua itu.

"Saya akan memberikan seluruh kerja keras saya untuk membuat ramuan penawar secepatnya... Setidaknya perlu satu hari," Peluh dingin mengucur. Tabib itu terlihat gugup sebelum akhirnya ikut syok ketika mendapati setitik raut kebahagiaan di wajah semua orang.

Apa-apaan wajah bahagia itu!?

"Tentu. Kamu bisa kembali bekerja," Amato menggangguk maklum dan membiarkan Tabib keluar dari aula dengan rasa rasa syok yang masih melekat.

Sang Raja itu kemudian duduk dan berkata, "Mari kita mulai rapat kita hari ini."

Para penjabat mulai duduk, membahas tentang perampok di pinggiran kerajaan sembari melontarkan beberapa solusi. Pun sama halnya dengan Voltra, tetapi pria penyandang elemen petir itu terlihat lebih banyak bicara dari biasanya.

Oh, tentu saja banyak bicara! Halilintar benar-benar aktif! Berlari kesana-kemari hingga hampir menabrak saudaranya, meloncat di sekeliling Voltra sampai anak itu pusing sendiri dan terus menjerit ketika Taufan atau Blaze mulai melakukan permainan kejar mengejar.

Voltra lelah. Beberapa kali dia berucap duduk! Tenang sedikit! Perhatikan kaki mu! Halilintar, jangan memakan pakaian ku! Tetapi Halilintar sama sekali tidak menggubris.

"Mengg!"

Rapat yang awalnya ramai berubah sepi karena Halilintar baru saja memekik di tengah-tengah aula sembari menunjuk seekor rusa di luar jendela.

Ke enam saudara itu kembali syok. Membuat Voltra, Amato serta Mara memasang wajah bangga seolah-seolah mereka yang mengajari Halilintar berbicara.

"Meng! Meng!"

"Pintarnya! Kemari, kemari! Aku akan membawa mu menunggang meng-meng~" Taufan bersenandung girang. Dalam sekali kedip, dia sudah menculik Halilintar dan berlari keluar dari Aula utama.

Melihat kepergian Taufan, dengan kurang ajar Blaze, Thorn dan Solar segera berlari keluar aula tanpa melihat aura hitam dari Amato serta Voltra.

Gempa kikuk dan segera membungkuk meminta maaf. "Aku akan menasihati saudara ku sekarang." Kata Gempa seraya menyeret Ice keluar.

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang