30. Perjuangan mu berakhir di sini

2.8K 295 221
                                    

30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30. "Harapanku adalah harapanmu."

Ada hiruk pikuk di pusat kota yang sangat meriah. Ada ratusan kelopak bunga yang di hamburkan ke langit, ada beribu-ribu lantunan doa yang mengudara di pusat kota dan ada begitu banyak lentera yang merayap menuju langit malam.

Hari peringatan kematian untuk orang-orang yang meninggal di saat wabah melanda.

Halilintar di sana, di pusat kota, di tengah-tengah rakyat yang kini menebar tawa indah, bukan lagi tatapan memelas dan mulut penuh caci maki.

Ada begitu banyak hari yang telah terlewat, begitupula dengan semakin jauhnya masa lalu di belakang. Sekarang, semuanya telah usai, Halilintar tidak perlu lagi berjuang begitu keras.

"Aku berhutang budi padamu," Ucap Halilintar dengan cepat, enggan menatap manik merah yang dingin itu. "Aku memaafkan mu. Tetapi jangan harap aku akan melupakan semua dosa-dosa mu."

Di tengah keramaian, Voltra yang berada di sana karena paksaan akhirnya mendapat sedikit ekspresi. Pria itu tertegun bahkan ketika Halilintar di tarik oleh saudaranya pergi ke tempat lain.

Dia... di maafkan? Voltra bahkan harus mempertanyakan kondisi telinganya.

"Jangan berkeliaran lagi, Li. Mata mu masih belum pulih, aku khawatir kamu akan jatuh ke parit jika sendirian." Taufan merecok kesal seraya menuntun pelan Halilintar menuju tempat teduh di bawah pohon akasia.

Seusai berada di bawahnya, Halilintar mendongak, menatap ribuan lentera yang terlihat seperti kunang-kunang di langit. Lantas dia menoleh kepada Taufan lalu bicara, "Kamu tidak menerbangkan lentera?"

Yang bermanik biru itu tersenyum lebar, mengangguk lalu menujuk ke lima saudara yang datang dengan satu lentera merah menyala. "Kita akan menerbangkannya bersama-sama."

"Lihat! Api di lentera ini adalah milikku! Aku jamin tidak akan meledak seperti 10 tahun yang lalu!" Blaze berseru bangga, berkata bahwa lentera dengan api merah miliknya tidak akan meledak di langit.

"Jika yang ini sampai meledak lagi, maka aku akan meledakkan kandang ayam mu." Ucap Ice malas. Anak itu terlalu malas, tetapi begitu bertemu pandang dengan Halilintar, dia langsung menjadi antusias.

Solar yang tengah memegangi lentera lantas mendekati si merah, menarik kedua telapak tangan Halilintar lalu meletakkan lentera hangat itu. "Katakan keinginan kita satu persatu." Pinta Solar yang langsung di mulai dari Taufan.

"Aku berharap ada sebuah keajaiban di mana Lintar menjadi anak kecil!" Dan Halilintar lekas melotot geram pada Taufan.

"Aku berharap semoga semua hal baik menimpa kita semua." Permintaan Gempa adalah yang paling waras sejauh ini.

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang