18. Kebakaran di pusat kota

1.7K 253 218
                                    

18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18. Langit cerah menggelap diseluruh kerajaan, suara gemuruh menggelegar dan ribuan sambaran petir menyambar hanya pada satu target. Orang berjubah hitam.

Seperti yang di duga, tugas kerajaan memang sebanyak itu. Halilintar kemudian memijit pangkal hidung, lalu bergumam lirih, "Apa sudah semuanya?"

Dua prajurit militer yang kini berada di bawah komando Halilintar adalah Kaizo dan Sai. Mereka berdiri tegak lalu menjawab,

"Total ada 20 dan biodatanya sudah kami selidiki sampai ke akar-akarnya." Ucap Sai singkat. Menunjuk 20 deretan kertas berisi biodata para penjabat istana.

Halilintar sengaja meminta biodata para penjabat istana dikirim kepadanya. Hal ini agar Halilintar bisa tahu siapa saja yang berpotensi menjadi pemberontak.

Namun kebanyakan pemberontakan adalah karena jabatan dan harta. Sedangkan orang berjubah hitam ini masih tidak diketahui apa tujuannya.

Menciptakan wabah lalu menghasut rakyat untuk melakukan demo.

Apa keuntungan dari itu? Mungkin sebatas dianggap pahlawan rakyat. Hanya itu.

"Tuan muda, kami telah mengawasi saudara anda selama beberapa bulan dan menemukan bahwa Tuan muda Thorn berkelakuan aneh." Ucapan Kaizo membuyarkan pikiran Halilintar.

"Aneh bagaimana?"

"Perpustakaan medis di Selatan adalah milik umum, namun Tuan muda Thorn berkata bahwa tidak boleh ada yang masuk tanpa seizin darinya."

Mungkin Thorn hanya ingin fokus pada penelitiannya tanpa terganggu.

"Dan akhir-akhir ini, kami menemukan ada merpati pengirim surat yang terbang diam-diam di tengah malam."

Bisa saja itu berasal dari orang lain, kan? Halilintar menyangkal lagi namun Kaizo kembali berkata,

"Kemarin malam kami berhasil menangkap burung merpati itu dan mengambil suratnya." Sebuah gulungan kecil di letakkan diatas meja, si sulung terkesiap sebentar lalu membuka suratnya.

Aroma obat-obatan menguar dari kertas, satu baris kalimat muncul, menciptakan sengatan listrik di sekujur tubuh. Halilintar tidak bisa percaya hal ini.

Berhenti membuat kekacauan. Besok pusat kota akan sangat ramai, akan ada banyak orang yang terlibat. Ku mohon, tepati kesepakatan kita.

Ini tulisan Thorn. Halilintar segera meremas kertas ditangan dan berpikir bahwa Thorn hanya sedang menasihati Blaze. Ya, dia masih ingat Taufan mengadu bahwa Blaze sering membuat keributan di pusat kota.

Tapi bagaimana jika ini benar?

"Dimana Blaze?" Tanya Halilintar. Sai yang memang punya jadwal mengawasi saudara oranye itu menjawab. "Di belakang gunung. Hari ini adalah jadwal Tuan muda Blaze untuk berlatih selama setengah hari."

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang