27. Kebenaran dan jalan keluar

2.5K 265 230
                                    

27

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

27. "Hahaha, benar! Ayah kita saat itu menyumbang nyawanya! Dia merobek jantungnya sendiri sebagai persembahan dan mati mengenaskan, hahaha──"

"Golem Tanah!"

Sepasang tangan batu raksasa muncul dari dalam tanah, mencengkram erat sosok orang berjubah hitam──Jiwa pendendam. "Sekarang!"

Dari atas balkon Istana, Ice menghembuskan nafas dingin, menarik busur dan menatap nyalang sosok yang tengah di pegangi. "Ini untuk Halilintar."

Tak! Satu busur menjadi seratus. Es lancip itu dengan cepat membekukan Jiwa pendendam. Rakyat seketika panik dan berlarian kesana kemari dan mereka terbunuh satu persatu oleh sesuatu yang tak kasat mata.

"Jiwanya! Cepat hancurkan Jiwanya!" Seru Taufan panik. Dia dengan cepat mendekati Halilintar yang tengah di rengkuh Voltra. "Hentikan pendarahannya dulu." Arah Taufan sembari menekan luka tusuk di perut Halilintar.

"Dasar orang gila! Ambil ini, GELANG API!" Ribuan cincin api mengikat jiwa pendendam. "PEMBAKARAN MAKSIMAL!"

Api berkobar begitu besar, hampir menerangi kerajaan yang tengah di landa mendung. Blaze menggertakkan gigi, merasa amarahnya naik drastis begitu tahu Jiwa pendendam sama sekali tidak bereaksi. Wajah duplikat Halilintar itu terangkat, tersenyum congkak seolah berkata bahwa semua serangan ini tidak berguna.

"Benar-benar wajah yang menyebalkan... Tembakan Solar Gerhana!"

Dalam sekali kedip, pendar cahaya semakin menusuk ke mata. Kekuatan Solar di aktifkan dalam rentang yang paling maksimal, membuat Jiwa pendendam langsung terlempar beberapa meter dan menabrak dinding.

Mereka kira itu bisa menghancurkan Jiwa pendendam yang telah mendapatkan setengah keabadian, namun sosok itu malah berdiri dengan santai, melupakan bahwa tubuhnya telah melepuh dan menjadi begitu mengerikan.

"Hanya ini yang kalian mampu?" Duplikat wajah Halilintar tersenyum begitu lebar, seperti baru saja mendapatkan kehidupan baru. "Lemah."

Jiwa pendendam lantas mengangkat tangan kanannya dan bertepatan setelahnya langit menggelap, tanah retak dan mulai bergetar hebat, angin kencang bertiup dan suara terompet terdengar membahana di seantero langit.

"Kamu..." Thorn benar-benar gemetar. Jantungnya berdesir kuat ketika suara terompet mulai membuat keretakan di langit.

"Ya! Ritual kehancuran dunia! Thorn, kamu naif! Kamu pikir aku membuat kesepakatan dengan mu hanya karena aku ingin bersatu kembali dengan tubuh Halilintar!? Naif!" Jiwa pendendam tertawa terbahak-bahak. Langit menjadi gelap, perpaduan antara mencekamnya malam dan menakutkannya warna darah.

Jiwa pendendam ingin menghancurkan seisi bumi. Dia ingin membunuh semua manusia di bumi.

Begitu tanah menganga begitu lebar, Voltra dengan lekas membawa Halilintar dalam dekapannya untuk membawa putranya ke tempat yang lebih aman.

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang