12. Malam di desa Quabak

1.8K 268 133
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12. Malam di desa Quabak

Rerimbunan tumbuhan di desa Quabak benar-benar membuat pusing. Warna-warna yang mencolok tersebar di sana-sini, membuat Thorn yang memang punya minat pada tumbuhan begitu terpukau.

Rumput hijau setinggi paha orang dewasa masih saja belum berakhir, Halilintar dan Taufan menggunakan pedang mereka untuk menebas rumput sambil membuat jalan.

"Kak Thorn, jangan menyentuh apapun yang ada disini. Aku khawatir itu beracun." Solar menegur si hijau agar tidak menyentuh apapun karena rasa penasaran. Dia lantas menggenggam tangan Thorn lalu bergegas mendekati saudara yang lain.

"Apa tidak ada yang pernah membaca riset tentang desa ini?" Taufan bertanya dan semua saudaranya termasuk Solar yang termasuk pintar tidak dapat memberikan data yang detail mengenai desa Quabak.

Benar-benar tidak terjamah. Bahkan riset desa Quabak yang ada sekarang saja hanya berupa opini dari orang yang pernah datang ke desa ini.

Taufan menghela nafas. Tingkat kejahilan nya tidak bisa bangkit karena situasi sekitar yang penuh dengan suara burung hantu!

Rumput tinggi telah berakhir dan terganti oleh tanah kering yang di tumbuhi pohon akasia. Begitu besar, tinggi dan akarnya bahkan menjulur keluar tanah.

Halilintar lantas berbalik menatap adiknya, dengan diam-diam mengabsen satu persatu untuk memastikan tidak ada yang hilang. Seusainya dia berkata, "Aku akan pergi ke depan untuk memeriksa. Tetap di sini sampai aku kembali."

"Aku ikut!" Taufan yang pertama kali menyuarakan kehendaknya. Dan malah di ikuti Gempa, Blaze, dan Thorn.

Halilintar mendecak, lalu dengan sabar menasihati mereka. "Aku akan memeriksa dengan cepat. Tetaplah di sini dan aku berjanji akan kembali."

Atmosfer terasa menghangat. Taufan berkali-kali melompat untuk menyuarakan kebahagiaan nya. "Aaaa demi apa, Kak Lintar!? Kamu bahkan menaruh janji pada kami! Benar-benar imut, hehe!"

Gempa mengalah dan langsung menurut. "Baiklah. Hati-hati, Kak."

Blaze dan Thorn dengan lancang meminta Halilintar untuk melakukan janji kelingking. "Tidak! Kami akan tetap ikut jika Kak Lintar tidak memberi janji kelingking!"

"Apa kalian anak kecil berumur 10 tahun?" Tanya Halilintar heran. Blaze serta Thorn lantas dengan senang hati mengakui nya. Dengan paksa, Blaze merebut tangan kanan si sulung, membuat jari kelingking mereka bertautan lalu menyuruh Thorn untuk melakukan hal yang sama.

Lalu ada Ice hanya terdiam. Dia sedikit lebih jauh dari saudaranya, menatap di bawah tudung jubahnya bagaimana interaksi berlangsung. Hatinya cukup panas untuk sekedar melihat.

Dan terakhir Solar, remaja itu memasang raut wajah memohon. "Kak, cepatlah kembali. Aku tidak ingin menjadi budak kalian yang hanya menyalakan lampu semalaman!"

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang