24. Masa depan tidak bisa di ubah

1.5K 248 209
                                    

24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. Lantas hanya ada gumaman kekecewaan dari putra kecil kepada ibunya. "Ibu... Hali gagal..."

Badai besar dengan segera menyambar seisi bumi. Angin kencang berhembus begitu kencang, hampir merobohkan tenda-tenda yang tengah di diami para pengungsi.

Hujan begitu lebat, membuat para tim medis kesulitan menyalakan api dan suhu yang lembab seakan-akan membuat penyebaran meningkat drastis.

Meski sudah berusaha mati-matian, menerobos hujan deras demi menuntun ribuan prajurit menuju desa Gurla'tan dan desa Bayugan, Halilintar masih saja terlambat.

Mereka baru sampai ke desa Gurla'tan ketika mentari telah bersembunyi di balik gunung. Hujan begitu lebat bahkan setelah seharian, membuat Halilintar menggelengkan kepala di saat sakit kepala menyerang.

Kala tungkai menapak di atas tanah yang di penuhi genangan air, di saat itu juga manik Halilintar perlahan menyusut pedih. Air genangan ini berwarna merah.

"T-tuan muda... mereka──" Sai tidak bisa lagi melanjutkan kalimatnya.

Di hadapan Halilintar, mayat-mayat warga desa Gurla'tan berserakan di tengah jalan. Hampir semua dari mereka memenuhi jalan dengan darah dan daging yang terburai.

"Periksa warga desa Bayugan!" Di bawah hujan, wajah Halilintar nampak dingin, namun mata Halilintar telah sepenuhnya memerah. Dia lagi-lagi gagal.

Beberapa prajurit lekas beranjak pergi, menyisakan si remaja dan beberapa prajurit yang menyisir seluruh desa dan hanya menemukan sekitar 2.000 orang yang masih hidup dalam keadaan terjangkit.

2.000── berarti sebanyak 6.000 orang telah meninggal?

Perlahan manik Halilintar kosong, dia hampir ambruk ke genangan penuh darah sebelum akhirnya tangannya di topang oleh Sai. "Tuan muda?!" Prajurit itu lekas berteriak panik begitu melihat Halilintar menepis tangan Sai dan segera berdiri sendiri.

"Kirim orang yang hidup ke posko yang baru. Dan kumpulkan mereka yang telah meninggal,"

Semua patuh dan tidak berani berbicara lagi. Ketika orang-orang yang terinfeksi di giring dan melihat Halilintar, mereka tersulut dan dengan cepat mengeluarkan makian penuh kekecewaan. "Calon raja apanya!? Melindungi kami saja tidak becus!"

Seorang nenek tua renta begitu kepayahan karena menopang berat tubuh di usia senja, dia menangis di atas wajah keriputnya. "Jika saja kamu lebih cepat, maka cucu ku tidak akan meninggal."

"Payah! Dasar egois! Kamu merenggut keluargaku!"

"Lihat dirimu! Berpakaian begitu mewah, hidup dalam kenyamanan── tetapi kamu tidak tahu diri dan malah melupakan rakyat seperti kami!"

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang