28. Hukum sebab akibat

2.3K 255 130
                                    

28

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

28. ── saat di mana kamu meninggal karena sakit yang kamu alami."

Di ruang bawah tanah, setelah suara hantaman keras terdengar, otak mereka segera menerka hal-hal buruk. Pintu di depan mereka penuh dengan pendar merah yang akan memercikkan listrik jika di sentuh sehingga mereka harus berpikir dua kali.

"Ayah tidak menyangka Halilintar akan berbuat seperti ini." Amato, sang Raja yang berhasil di kelabui Halilintar hingga berakhir terkurung lantas mengeluh kesal.

"Ayah, kita harus bagaimana? Tidak mungkin kita membiarkan Kak Lintar sendirian di luar sana." Ucap Blaze, berpikir bahwa jika bertanya mungkin Ayahnya akan punya solusi.

Solar berpikir keras, mengetuk-ngetuk kaki sambil bergumam. "Pintu ini kira-kira terhubung dengan alam bawah sadar Kak Lintar, jadi jika Kak Lintar menjadi lemah, pintu ini juga akan melemah. Menunggu sampai pintu ini melemah bukan ide bagus..."

"Apakah aku bisa menghancurkannya dengan golem tanah ku?" Tanya Gempa yang langsung di beri gelengan kepala. "Jangan Kak, nanti ruang ini hancur."

"Tapi aku bisa membuat tabir pelindung." Sahut Taufan. Ah, ada benarnya! Tetapi Solar tetap menggeleng, "Jangan. Jika fondasi bawah rusak, aku takut fondasi atas Istana juga akan rusak meski sudah di beri tabir."

"Lalu kita harus apa!? Kak Lintar bisa saja dalam bahaya──"

Mereka tersentak keras begitu hantaman suara kian mendekat dan suara besi yang pecah berkeping-keping terdengar. Rakyat telah menerobos masuk!

Hati mereka berkecamuk, aroma darah bermil-mil jauhnya menguar di indera mereka. Darah siapa ini?

"Thorn bisa memecahkan pintu ini dengan sihir,"

Semua lantas menoleh kaget. Thorn? Memecahkan pintu yang berlapis tabir tingkat tinggi ini? Tidak ada yang paham dengan maksud si hijau itu, "Sihir? Kamu mempraktikkan sihir?"

Thorn menautkan kedua tangannya, wajahnya tidak terlukiskan seraya mengangguk kecil. Jari telunjuk dan jari tengah di satukan, Thorn mengangkatnya setinggi dada dan memejamkan mata lalu berucap, "Pecah!"

KRAK!

Pendar merah berkilau retak dan pecah, menyisakan pintu besi biasa yang tidak berbahaya. Thorn menggulirkan manik zamrudnya dan menatap saudara serta orang tuanya, "Kita tidak punya banyak waktu. Dalang di balik semua ini adalah Jiwa pendendam Kak Lintar. Untuk sekarang, tujuannya adalah melakukan ritual kebangkitan jiwa agar bisa mendapatkan keabadian dan kekuatan."

"Apa── b-bagaimana bisa!? Jiwa pendendam? Apa maksudnya?"

Mereka berpacu dengan waktu. Thorn cemas, makanya dia dengan cepat menjawab. "Benar. Masih ingat Kak Lintar yang kritis karena mantra pengacau jiwa? Seharusnya tidak separah itu, tetapi jiwa Kak Lintar tidak lengkap dan menyebabkan efek mantra bertambah berkali-kali lipat."

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang