Extra chapter: Putra kecil ku

2.2K 251 172
                                    

Menjelang malam hari, seorang Tabib datang dengan kabar gembira, pria tua itu telah mendapatkan resep penawar untuk Halilintar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjelang malam hari, seorang Tabib datang dengan kabar gembira, pria tua itu telah mendapatkan resep penawar untuk Halilintar.

"Sayangnya, semua bahan yang di perlukan hanya tumbuh di desa Quabak. Tuan muda tahu sendiri kalau di desa itu sangatlah berbahaya." Ucap Tabib cemas.

Mereka bisa saja mengirim prajurit ke desa Quabak untuk mencari belasan herbal, tetapi mereka khawatir prajurit yang di kirim tidaklah terlatih sehingga membuat mereka mati di sana tanpa bisa kembali ke istana.

Maka alternatifnya hanya satu. Yaitu mereka ber enam sendiri yang pergi ke desa Quabak. "Kalian yakin?" Amato mengernyit ketika ke enam bersaudara itu menawarkan diri untuk pergi mencari herbal.

"Kami hafal daerah desa itu. Bahkan kami tahu di mana-mana saja herbal yang akan di cari tumbuh." Ucap Solar seraya membuka peta yang telah dia rancang dulu.

"Kami sudah pernah pergi ke sana, jadi resiko untuk cedera akan semakin mengecil." Taufan menambahkan.

"Lalu bagaimana dengan Halilintar?" Mara bertanya was-was, tatap Halilintar yang berada di dalam gendongan Ice, terlihat bingung oleh pembicaraan di Aula utama.

Lantas hanya ada kesenyapan sejenak. Mereka sudah pasti tidak di perbolehkan membawa Halilintar pergi ke desa Quabak, tetapi jika adik mereka tinggal di istana, siapa yang akan menjaganya?

"Bawa aku juga..." Gumaman kecil dari Halilintar membuat pertahanan ke enam saudara itu mulai luntur.

"Apa tidak boleh jika kami membawanya untuk bersama kami? Kami bisa──"

"Berikan Halilintar kepadaku." Suara sepatu bergema bersamaan dengan kedatangan Voltra. Pria itu memasang wajah dingin dan angkuh, berdiri di samping Taufan lalu membungkuk untuk penghormatan pada Raja dan Ratu. "Aku akan menjaganya."

Ya... Menitipkan Halilintar pada ayah kandungnya sepertinya bukan ide yang buruk.

Sedetik kemudian Halilintar memanyunkan bibirnya, manik merahnya berkaca-kaca dengan suara yang bergetar. "Aku tidak mau..."

Oh, lupakan Halilintar yang terlihat akan menangis karena itu semua hanyalah akting. Kalian tahu, sehari bersama ke enam kakaknya telah membuat Halilintar berhasil menduplikasi sifat ke enam saudaranya.

Halilintar mewarisi kejahilan dari Taufan, tingkat rasionalisme dari Gempa, temperamental dari Blaze, ketenangan duniawi dari Ice, sifat manja dari Thorn dan kelicikan dari Solar.

Pada akhirnya Halilintar tidak berhasil membuat kakaknya membawa dirinya untuk turut serta pergi ke desa Quabak. Kini dia telah beralih ke gendongan Voltra yang kaku dan dingin seraya menatap kepergian saudaranya.

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang