Episode 10

117 87 63
                                    

Ne Shu sangat senang karena Sekar Wangi selalu melindunginya.

"Sekarang kita pergi temui Ayahmu, kita akan melihat seperti apa putra mahkota dihukum," kata Sekar Wangi dengan senyum licik.

Ne Shu mengangguk cepat, rasanya tidak sabar untuk mengadukan permasalahan ini pada Jaya Negara.

Aula kerajaan...

Jaya Negara dan Prameswari terkejut mendengar cerita dari Ne Shu bahwa Zein sudah memukulnya demi melindungi Arsy, rasanya tidak dapat dipercaya kalau putra mereka akan melakukan hal itu pada Putri ke dua dari Sekar Wangi.

"Prajurit! Panggil Pangeran Mahkota kamari!" Perintah Jaya Negara.

Beberapa orang prajurit berjalan menghadap sang Raja dan menunduk hormat kemudian mengangguk mematuhi perintah.

***

Zein dan Mahesa bertemu utusan Jaya Negara saat mereka berjalan melewati koridor panjang, Panglima prajurit memberi hormat pada Zein.

"Salam, Yang Mulia. Kami datang untuk membawa Yang Mulia menghadap Raja."

Zein mengangguk tanpa bertanya alasan sang Ayah memerintahkan prajurit datang padanya.

Di tengah perjalanan dia bertemu dengan Arsy dan Ezra, ke dua pelayan tersebut menundukkan kepala.

"Salam, Yang Mulia."

"Salam, Yang Mulia."

Zein hanya menanggapinya dengan Hn saja, merasa tidak puas dengan jawaban Zein, Arsy meminta pengawal untuk berhenti sejenak.

"Tuan, tunggu," kata Arsy.

Panglima prajurit tersebut menghentikan langkah kakinya begitu juga prajurit yang lain.

"Tolong izinkan saya bicara dengan Yang Mulia Pangeran Zein," pinta Arsy.

"Tidak bisa, Yang Mulia Pangeran dipanggil untuk diadili. Tidak ada siapapun yang boleh mengganggu," tolak panglima prajurit tegas.

Mahesa, Ezra dan Arsy terkejut sedangkan Zein hanya menunjukkan ekspresi tenang tanpa sedikitpun ada rasa khawatir.

"Tidak perlu ribut, kita jalan sekarang," perintah Zein

Panglima bersama beberapa prajurit pun kembali melanjutkan perjalanan sedangkan Arsy, Ezra dan Mahesa  ada yang tidak beres hingga memutuskan untuk mengikuti mereka.

Aula kerajaan...

Sekar Wangi dan Ne Shu tersenyum licik melihat Zein dikawal oleh panglima dan beberapa prajurit, kebahagiaan mereka semakin terasa saat melihat Mahesa, Arsy dan Ezra juga ikut serta.

"Ayah, ada gerangan apa hingga Ayah meminta ku datang seperti seorang tahanan? Apa ini terkait dengan perlindungan terhadap pelayan Arsy?" Tanya Zein saat berada di depan Jaya Negara. Bibirnya tersenyum miring melirik Sekar Wangi dan Ne Shu berdiri di samping.

"Pangeran Mahkota, kau sangat keterlaluan! Hanya demi seorang pelayan rendahan kau sampai tega melukai Adikmu sendiri!" Tuduh Sekar Wangi tanpa memberikan bukti apapun atas tuduhannya tersebut.

Zein mengalihkan perhatiannya pada Sekar Wangi menatap wanita itu sinis." Melukai Adikku? Bagaimana cara ku melukainya? Bukti apa yang Ibu selir miliki untuk tuduhan ini?" Tanya Zein tenang.

Sekar Wangi kelabakan menjawab pertanyaan Zein, tidak ada bukti apapun padanya dan ia juga tidak tahu cara membuktikan ucapannya, semua yang dikatakan hanya berdasarkan aduan dari Putrinya.

Jaya Negara mengalihkan perhatian pada selir utamanya, wanita itu terlihat panik karena tidak mampu menjawab.

"Ayah, sepertinya Ibu tidak bisa menjawab..." Zein melirik Ne Shu.

"Mungkin Ne Shu bisa membantu, kalau tidak ada yang bisa menjelaskan biar aku tunjukkan apa yang sebenarnya terjadi," lanjutnya.

Zein diam sejenak menunggu bukti dari Ne Shu atau Sekar Wangi, setelah beberapa menit mereka tidak juga bisa menunjukkan bukti apapun ia kembali mengalihkan perhatian pada Jaya Negara dan Prameswari.

"Ayah, Ibu. Karena mereka tidak bisa memberikan bukti apapun, maka biarkan aku menunjukkan kejadian yang sesungguhnya."

Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang