Kilau cahaya dari sebilah pedang di genggaman tangan Arsy memancar ketika mentari menyapa, sebulan sudah Zein meninggalkan dirinya di perguruan Rajawali, ia hanya mampu menggenggam pedang.
Arsy berdiri di atas area pertandingan, setiap bulan sekali Shi Ying memerintahkan Avei untuk menguji kemampuan peserta didik.
Rambut hitam Arsy diikat ke atas memamerkan keindahan leher jenjang miliknya, putih bersih tanpa sedikitpun noda.
Arsy berdiri tegak menatap lawan malas, ia tidak ingin bertanding atau apapun, tapi jelmaan rubah itu selalu mengancamnya untuk tidak membiarkan bertemu dengan Suaminya.
Arsy menggenggam erat pedang di tangannya, sedikit melebarkan kaki miliknya, mengangkat pedang dan menaruhnya di depannya.
Angin bertiup membelai lembut hitam itu, mengibarkan searah angin seperti kibaran bendera perang.
Paras cantik itu menggambarkan keanggunan serta keberanian, Arsy menyeret kaki kiri kebelakang, bersiap untuk menyerang.
"Hyatt!"
Arsy berlari dengan pedang terhunus, ujung pedang mengarah pada bagian perut.
Seorang pria berbaju kuning telur sedikit pun tak bergerak dari tempat berdiri, raut wajahnya nampak tenang dengan tatapan kalem seakan serangan Arsy bukanlah hal sulit.
Ujung pedang Arsy membelah udara, menembus angin yang berhembus kearahnya.
Dengan dua jari, pria berbaju kuning telur itu berhasil menghentikan ujung pedang Arsy.
Arsy tercengang melihat betapa mudah pria berbaju kuning telur itu menghentikan ujung pedangnya dengan menjepit ujung pedang itu menggunakan dua jari yaitu telunjuk dan jari tengah.
Pria itu menyeringai kecil, dengan mudah ia mematahkan ujung pedang tersebut lalu menggunakan telapak untuk memukul dada Arsy dengan keras.
Arsy terpental jauh ke belakang, pupil mata Avei terkejut, ia yakin serangan itu sangat kuat bisa membuat Arsy terluka atau muntah darah.
Avei tercengang melihat Arsy berdiri dengan tegak meski terpental jauh, gadis itu terlihat baik -baik saja seakan pukulan dari pria baju kuning tadi seperti belaian.
Pria baju kuning mengerutkan kening, tidak percaya kalau pukulan naga yang digunakan tadi tidak mampu melukai Arsy, seorang siswi tingkat 1 sedang dirinya tinggal 9 namun menggunakan raga siswa tingkat 1.
Pria baju kuning itu penasaran dengan Arsy, ia kembali memusatkan kekuatan pada tangannya, cahaya perak mulai membungkuk telapak tangan tersebut.
Pria baju kuning itu terkejut ketika melihat cahaya perak membungkus tangan tiba-tiba menghilang, kekuatan di tangannya perlahan juga menghilang.
Di tengah kebingungan, tubuhnya dipukul dengan keras hingga terpental ke belakang bahkan menabrak dinding.
Avei bangkit dari tempat duduk, menatap pria berbaju kuning itu heran, ia segera berjalan menghampiri pria itu.
"Tori." Avei membantu Tori bangkit, pria yang bernama Tori itu memuntahkan darah, wajahnya pucat karena pukulan tadi.
"Berani menggunakan ilmu pemindah jiwa, melukai murid tingkat 1." Sebuah suara terdengar marah, tidak terlihat siapa pemilik suara itu, semua orang yang ada termasuk Arsy mencari sumber suara tersebut.
Darah Avei mendidih mendengar nama ilmu tersebut, meski tidak terlihat namun ia hafal suara itu.
Avei menoleh pada Tori, pupil mata Avei berubah merah karena marah.
"Siapa kau?!"
Atmosfer udara berubah mencekam, hawa dingin menyelimuti tempat pertandingan.
Arsy menatap heran pada Avei dan Tori, mereka seperti sedang membicarakan sesuatu tapi melihat ekspresi marah dari Avei, gadis itu berfikir Avei sedang melindunginya.
"Tidak mungkin bukan, Guru Avei menyukaiku?"
Xing Yue memandang Arsy aneh, gadis itu bisa memikirkan arah yang berlawanan, Avei tidak pernah memiliki cinta pada siapapun selain pada Zein, meski aneh tapi itu kenyataan.
Cahaya kuning keemasan muncul di tengah area pertandingan, sosok pria berambut emas panjang dengan mahkota kristal berbentuk burung merak berdiri dengan anggun.
Netra safir bagai langit biru memancarkan sinar kemerahan, sutra mewah berwarna kehijauan membungkus tubuh dengan lembut, sosok sang Pangeran.
Pupil Arsy sedikit melebar, bagaikan ribuan kupu-kupu menari indah dalam perutnya, rasa rindu selama sebulan penuh akhirnya dicairkan.
"Yang Mulia."
Zein sedikit memutar kepala ke belakang, menoleh pada seorang gadis cantik yang memanggil namanya dengan lembut serta penuh kerinduan.
Dengan langkah kaki tenang Zein menghampiri sang Istri, pandangan mata menatap lembut Permaisuri cantik itu.
"Permaisuri, ulurkan tangan mu."
Arsy menurut, ia mengulurkan tangannya.
Zein mengangkat tangan, menaruh telapak tangan di atas telapak gadis itu. Cahaya putih kebiruan muncul dari telapak tangan Zein, menyalurkan pada tangan Arsy.
Rasa hangat dan nyaman dirasakan oleh sang Permaisuri, sedikit mengintip sang Suami, paras tampan itu terlihat tenang dan penuh kebijaksanaan.
"Itu adalah ilmu perisai hati." Zein berkata dengan tenang.
Avei mengalihkan perhatian pada Zein, menatap punggung pria itu dengan mata berbinar.
Bibir tersenyum penuh kerinduan, mata merah Avei berkedip beberapa kali .
Mulut Tori menganga melihat perubahan sikap Avei, aura pembunuhan telah berubah menjadi aura surga.
"Rong Yao."
Mata Zein menggelap mendengar suara panggilan manja, bulu kuduk merinding disertai rasa mual menyerang.
Arsy menahan senyum melihat ekspresi jijik dari sang Suami, siapapun juga tidak akan suka dipanggil dengan nada manja oleh sesama jenis.
Avei merentangkan tangan memberi isyarat pada Zein agar berlari ke dalam pelukannya, mata berbinar memancarkan rasa cinta dan kasih yang mendalam.
Zein memutar tubuh perlahan menatap Avei jijik, mengeluarkan pedang Naga Langit memposisikan dengan posisi terhunus, kemudian mengacungkan pedang itu ke arah Avei.
Pupil mata Avei menegang saat Zein berlari ke arahnya dengan pedang mengacung, untuk beberapa detik Avei masih dalam syock.
"Guru Avei! Lari!" Seluruh murid termasuk Arsy berteriak memberi peringatan pada Avei.
Avei sadar dari keterkejutan, ia pun mengeluarkan pedang lalu menangkis serangan Zein.
"Aku memintamu datang dengan cinta, kenapa kau datang dengan kemarahan?" Avei sekuat tenaga menahan serangan Zein, Cengkareng pada gagang pedang semakin kuat , sebelah kaki menahan di belakang.
"Singkirkan pikiran sinting mu itu!" Zein menggeram penuh amarah, percikan cahaya perak muncul dari benturan dua pedang pusaka milik Avei dan Zein.
Avei nyengir, namun ia merasakan ada keanehan dalam sosok Zein. Kekuatan pria itu seperti tidak nyata, paras tampan dengan sinar mata safir itu seperti pudar.
"Ini?" Avei tercengang ketika baru menyadari kalau sosok itu hanya jiwa yang sengaja dikeluarkan oleh Zein.
Sudut bibir Zein sedikit melengkung ke atas melihat ekspresi terkejut dari Avei.
"Kau selalu terlambat!" Memanfaatkan kelengahan Avei, Zein menambah kekuatan pada serangan miliknya, mendorong jelmaan rubah spiritual itu lalu menendang dengan kaki hingga Avei terpental ke belakang.
Zein berdiri dengan pedang disembunyikan di belakang punggung, menatap sahabatnya itu masih dengan senyum sinis.
Avei menatap Zein dengan posisi setengah jongkok, menggunakan satu lutut sebagai tumpuan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?!" Dia bertanya dengan penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati
RomanceArsy seorang pelayan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Zein Zulkarnain, seorang putra mahkota kerajaan Bintang Tenggara. Sayangnya pria bersurai kuning keemasan itu sangat sulit untuk didekati bahkan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanyq...