Menikmati hidangan sore hari bersama seorang yang disayangi tentunya membuat orang merasa bahagia, begitu juga Arsy.
Pipi gadis itu bersemu merah setiap kali iris safir Zein memandangnya, jantung berdebar seakan ingin melompat keluar.
Gadis cantik itu ingin membalas pandangan itu, tapi tidak ingin sang Suami tahu betapa malunya dirinya setiap kali berada di dekat pria tersebut.
"Mahesa, apakah pasukan Jenderal Arya Anggara sudah tiba di Bulan?" tanya Zein di sela makannya.
"Saya rasa belum, Yang Mulia. Apakah Yang Mulia ingin bergabung dengan pasukan Menteri Arya?"
Mahesa khawatir kalau Zein ikut bergabung dengan pasukan Arya dan menggunakan kekuatan energi suci.
"Tentu saja, aku sendiri yang akan memimpin pasukan Bintang Tenggara. " Pria berambut emas panjang itu menyeringai.
"Pasukan Hundan harus hancur, biarkan saja mereka kembali pada Ayah mereka yaitu kerajaan Dili." Zein melanjutkan ucapannya.
"Tapi Yang Mulia, bagaimana Anda....?" Mahesa ingin menanyakan kondisi Zein, namun ucapannya terhenti saat pria berambut emas panjang itu menatapnya tajam.
"Kalau ada peperangan, pastinya akan memakan banyak korban." Pandangan Arsy berubah sendu membayangkan bencana akibat perang.
"Benar, tapi kalau Hundan tidak segera diusir, rakyat Bulan akan semakin menderita," sahut Zein.
"Artinya... Bintang Tenggara akan menghadapi Dili. Apakah benar seperti itu Yang Mulia?" tanya Mahesa memastikan.
"Tidak semudah itu Dili akan berbuat pada Bintang Tenggara."
Zein mengalihkan perhatian pada jendela, langit semakin merah, sinar mentari semakin redup.
"Sudah puluhan tahun Dili bekerja sama dengan Bintang Tenggara, Dili tidak akan mengambil tindakan yang dapat merugikan negaranya sendiri. Rakyat Dili juga tidak akan setuju jika Dili berperang dengan Bintang Tenggara hanya demi Hundan."
Mahesa mengangguk, analisa Zein selama ini tidak pernah salah namun hati orang terkadang susah ditebak.
"Aku berharap di dunia ini tidak ada peperangan, semua baik-baik saja."Arsy takut memikirkan pemandangan buruk yang akan terjadi.
"Begitu peperangan pecah antara Hundan dan Bulan, kalian kembalilah ke Bintang Tenggara. Di sana jauh lebih aman, aku akan di sini," kata Zein kembali mengalihkan perhatian pada Mahesa dan Arsy.
"Saya tidak setuju, Yang Mulia. Saya akan mengikuti Yang Mulia kemanapun Yang Mulia pergi," tolak Arsy cepat.
Zein mengalihkan perhatian pada Arsy."Permaisuri, kamu tidak memiliki ilmu beladiri. Lebih baik kembali ke Istana lebih aman."
Arsy merasa sedih karena tidak berguna bagi Suaminya, apa yang dikatakan pria itu memang benar, ia tidak memiliki ilmu beladiri.
"Saya akan belajar ilmu beladiri."
Mahesa dan Zein terkejut, gadis itu sungguh nekat melakukan apapun demi tetap berada di sisi Zein.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati
RomanceArsy seorang pelayan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Zein Zulkarnain, seorang putra mahkota kerajaan Bintang Tenggara. Sayangnya pria bersurai kuning keemasan itu sangat sulit untuk didekati bahkan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanyq...