Episode 58

31 21 51
                                    

Dengan langkah kaki kesal, Afzam berjalan menyusuri kota.

Sunyi sepi hanya terdengar desiran butir pasir, menari di atas tanah diiringi tiupan angin.

Berkali-kali Pangeran ke delapan itu menghela nafa panjang, setiap kali mengingat betapa cinta dan sayangnya Arsy pada Zein.

Cemburu bercampur kesal terus menerus menyerang rongga dada.

"Kenapa Arsy harus menjadi milik Kak Zein? Aku yang mencintainya, tapi dia malah mencintai si batu itu."

Ia meluapkan kekesalan pada batu kecil yang tak berdosa, kaki jenjang itu menendang batu tersebut hingga terlempar jauh.

"Apa yang Pangeran katakan memanglah sangat benar, seharunya Pangeran yang menjadi Suami Arsy."

Afzam menghentikan langkah kakinya begitu mendengar suara seorang wanita dari arah belakang.

Wanita berbaju merah itu berjalan santai mendekati sang Pangeran ke delapan, berjalan memutari sang Pangeran.

Netra kecoklatan mengikuti setiap gerakan wanita tersebut, sosok wanita yang memiliki gelar Ratu Iblis itu.

"Mau apa kau?"

Ke Pu Yuh tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Afzam, ia berhenti di depan sang Pangeran, bibir merah gelap itu menyeringai.

"Aku bisa membantu Pangeran mendapatkan Arsy, dengan satu syarat..."

Afzam diam penasaran dengan syarat yang akan diajukan oleh Ke Pu Yuh.

"Yang Mulia harus menghancurkan energi suci yang dimiliki Zein Zulkarnain."

Afzam terkejut mendengar ucapan Ke Pu Yuh, ia bahkan tidak tahu kalau saudara pertamanya itu memiliki energi suci, energi yang dimiliki oleh manusia utusan Tuhan.

"Kenapa? Apakah Pangeran tidak tahu kalau Pangeran Mahkota Kerajaan Bintang Tenggara adalah manusia utusan Tuhan? Dia adalah manusia pilihan." Ke Pu Yuh menertawakan kebodohan Afzam.

"Kenapa aku bisa tidak tahu kalau Kakak adalah manusia pilihan itu?" batin Afzam kesal.

"Bagaimana cara menghancurkan energi suci itu?"

Hahahah....

Ke Pu Yuh kembali tertawa, ia tersenyum licik."Pikirkanlah itu, Pangeran."

Ke Pu Yuh kembali tertawa sebelum menghilang.

Afzam mengeraskan rahang, ia tersenyum jahat."Maafkan aku, Kak Zein. Kali ini aku harus melawan mu, aku tidak akan menyerah mendapatkan Arsy."

Afzam kembali melangkahkan kaki meninggalkan tempat tersebut.

***

Mahesa duduk di tepi sungai, aliran sungai itu nampak seperti tinta pena, gelap dan lengket bahkan berbau.

Mahesa merasa sangat sedih melihat rakyat Bulan harus mengkonsumsi air kotor untuk kebutuhan sehari-hari.

"Bagaimana mereka bisa tahan dengan air seperti ini? Aku saja tidak jadi mandi melihat betapa kotornya sungai."

Mahesa mendongakkan kepala menatap langit biru, mata kecoklatan itu berharap Tuhan akan memberikan mukjizat kepada rakyat Bulan.

"Lebih baik sekarang aku mencari warga, siapa tahu mereka tahu tentang bunga teratai seribu tahun."

Mahesa bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

Di tengah perjalanan Mahesa melihat Arsy dan Zein, sepasang Suami Istri itu duduk di bawah pohon rindang, di depannya terdapat hamparan rumput hijau.

Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang