Episode 26

44 41 54
                                    

Episode 26

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Episode 26

Riak air mengalir jernih tanpa ada satupun kotoran hingga batu-batu berwarna gelap terlihat jelas dari permukaan.

Zein turun dari kuda lalu berjalan mendekati bibir sungai, surai kuning keemasan panjang melambai tertiup angin memancarkan cahaya indah bak kilauan emas murni ketika diterpa sinar mentari.

Siapapun akan terpesona melihat keindahan sosok tersebut, bahkan Jiao Hua terpana melihat surai kuning keemasan tersebut.

"Cantik sekali."

Arya mengangguk setuju."Benar, Yang Mulia. Pantas saja Pangeran Mahkota sering menutupi kepala dan mengikat rambutnya, rupanya Yang Mulia sedang menyembunyikan keindahan ciptaan Tuhan."

Ranzo memandang dengan penuh keheranan pada Ranze dan kedua pria tersebut, ia pun menyentuh tangan sang saudara.

"Kak, kenapa Kakak dan kedua pria itu terus melihat rambut Pangeran Mahkota?"

Ranze tersenyum malu, ia mengalihkan perhatian pada Adiknya dan menjawab,"Rambut Pangeran tidak seperti manusia pada umumnya, tapi sangat halus dan lembut serta rapi. Meski Kakak tidak pernah menyentuh rambut itu, tapi dilihat dari kejauhan saja orang akan paham."

"Kalian pada orang dewasa sungguh aneh, hanya karena rambut saja bisa bengong. Tapi kenapa kita berhenti?" Balas Ranzo merasa sangat aneh.

"Kau lihat Pangeran Mahkota?" Tanya Ranze.

Ranzo mengangguk.

"Pangeran berjalan mendekati sungai, mungkin mengambil air karena persediaan air terbatas," jelas Ranze.

Ranzo mengamati gerak-gerik Zein, ia mengerutkan kening saat melihat Zein mengambil sesuatu dari dalam sungai, terlihat seperti batu yang bersinar, setelah itu Zein mencabut sehelai rambutnya dan menggunakan sebagai benang pada batu bercahaya tersebut.

Zein bangkit dari tempat tersebut lalu kembali berjalan ke arah kuda, sebelum menaiki kuda ia terlebih dahulu memberikan kalung terbuat dari surai emas dan batu permata tersebut pada Jiao Hua.

"Berikan ini pada Ne Shu, dia pasti sangat kesal kalau aku kembali tapi tidak membawa hadiah apapun."

Pandangan Jiao Hua beralih pada kalung terbuat dari sehelai rambut dan mutiara sungai, ia takjub dan tidak menyangka kalau sehelai rambut saudara pertamanya itu sangat kuat bahkan seperti emas murni.

Perlahan Jiao Hua mengulurkan tangan meraih kalung tersebut.

"Kalau saja aku tidak melihat sendiri dengan mataku, aku pasti akan berpikir kalau ini kalung terbaik yang pernah ku lihat," batinnya.

Zein membalikkan tubuh lalu segera naik ke atas kudanya, kemudian menyuruh kuda itu berlari.

Jiao Hua pun mengikuti pria tersebut begitu juga Arya membawa kereta kuda untuk Ranze dan Ranzo.

Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang