Terik sinar mentari semakin membakar tubuh, keringat mengalir deras membahasi baju dikenakan, harapan akan mendapat perhatian sang Suami harus gagal karena pria itu justru suka dirinya dihukum.
"Dasar es batu, kenapa bisa aku mencintai pria seperti itu? Panas dan lapar sekali, lebih baik aku pura-pura pingsan." Arsy berbicara dalam hati, netra kecoklatan melirik ke kanan dan ke kiri, ia menaikkan pandangan ke depan, mengintip dari balik kelopak mata.
Terlihat Avei diam menikmati teh dan cemilan, ia tersenyum sendiri kemudian memejamkan mata dan menjatuhkan diri di atas lantai dengan tubuh pura-pura lemas.
Hingga beberapa saat tidak ada rasa sakit yang dirasa, tubuhnya seperti melayang di udara.
"Mau sampai kapan pura-pura pingsan?!"
Arsy segera membuka mata menyadari suara dingin sang Suami, terlihat netra safir menatap dirinya dalam diam.
Arsy menoleh ke bawah, ternyata pria itu menggendong dirinya, perasaan bahagia menyeruak dalam dada saat tangan pria itu memeluk tubuhnya.
"Yang Mulia." Arsy menahan malu karena ketahuan pura-pura pingsan, namun juga senang karena mendapat perhatian dari pujaan hatinya.
Zein menurunkan tubuh Arsy ke atas lantai, kemudian meninggalkan dirinya tanpa bicara.
Arsy kembali kesal, ia pun berjalan menyusul sang Suami dengan langkah kaki panjang.
Avei melirik sepasang Suami Istri itu, ia bangkit dari tempat duduknya menyusul Zein, berjalan di belakang Zein dan di samping Arsy.
"Kau dingin sekali pada Istri mu? Apakah kau tidak mencintainya?" Avei melirik Arsy penasaran dengan ekspresi wajah gadis itu.
"Kalau aku tidak cinta, kenapa aku membawanya kemari? Dia calon Ratu Bintang Tenggara, harus disiplin dan jujur." Zein bicara tanpa menoleh ke belakang atau sekedar menghentikan langkah kakinya.
Arsy tersenyum senang mendengar ucapan Zein, meski pria itu terlihat dingin namun ternyata mencintainya.
Arsy berjalan mendahului Avei, ia memeluk lengan sang Suami manja."Yang Mulia, bagaimana kalau Anda sendiri yang mengajari saya?"
Zein menyingkirkan tangan gadis itu dari lengannya."Berhentilah selalu menyentuh ku."
Arsy mengerucutkan bibir kesal, tak sengaja melihat salah satu teman pria, ia pun berjalan menghampiri pria itu lalu memeluk lengannya manja."Kakak, kau mau kemana?"
Netra safir Zein menatap dingin pria itu hingga membuatnya berkeringat dingin dan menyingkirkan tangan Arsy kemudian segera pergi dengan ketakutan.
Avei menahan senyum melihat Zein cemburu."Dasar es batu, kalau cemburu kenapa tidak bilang? Membuat orang takut saja."
Zein memicing tajam, Avei bergidik ngeri melihat tatapan mata pria berambut emas panjang itu.
Arsy semakin kesal, ia kembali memutar tubuh menatap sang Suami, kemudian kembali berjalan menghampiri pria itu lalu kembali memeluk lengan sang Suami."Yang Mulia، saya lelah. Biarkan saya memeluk Anda sebentar."
Zein tidak mengatakan apapun namun tidak menghempaskan tangan gadis itu, dalal hati merasa senang karena Istrinya tetap kembali padanya.
"Untuk apa kau menyentuh pria lain? Menjijikkan!"
Arsy terkejut mendengar ucapan Zein, namun setelah dicerna, rupanya pria itu sedang cemburu.
"Yang Mulia, maafkan saya. Saya janji tidak akan menyentuh pria lain lagi, saya hanya akan menyentuh Yang Mulia saja." Arsy memiringkan kepala menatap Zein dengan senyum manis.
Netra safir itu mengalihkan perhatian pada wajah cantik sang Istri, tersenyum kecil ketika melihat ekspresi merayu gadis itu.
"Rong Yao, bagaimana dengan ku? Aku juga ingin menyentuh mu." Avei berniat menyentuh Zein, namun diurungkan saat melihat percikan api di telapak tangan pria itu.
Arsy tersenyum sendiri melihat sikap sang Suami, pantas saja pria itu mendapat julukan es batu, karena sikapnya yang dingin dan tidak bisa diajak bercanda.
Avei merengut namun tidak berani berbuat apapun pada Zein, dirinya masih sayang nyawa.
***
Duduk di tengah hamparan rumput hijau, menikmati keindahan pemandangan alam, ditemani dengan tiupan angin membelai lembut rambut hijau panjang.
Afzam mengangkat telapak tangan, memperhatikan telapak tangan miliknya, ia sendiri tidak menyadari kalau telah menggunakan ilmu Devil Snow dan tidak mengerti asal kekuatan itu.
Afzam menengadah ke langit, terlihat awal berbentuk seperti seorang pria duduk di atas bunga teratai besar dengan mahkota emas di kepalanya, di tangan pria itu memegang sebuah tongkat panjang dengan ujung seperti bunga teratai.
Afzam terperanjat melihat bentuk awan tersebut, ia bangkit dari tempat duduknya lalu menoleh ke belakang, tidak ada satu orang pun di tempat itu namun sosok pria dalam awan itu sangat jelas.
Bulu kuduk berdiri tanpa bisa dicegah, tak lama kemudian awan itu menjelma menjadi sosok manusia memakai baju putih dengan hiasan bunga di kedua bahu.
Afzam semakin bingung, ia tidak merasa mengenal pria itu, dirinya juga tidak percaya bahwa sebuah awan bisa berubah menjadi manusia tampan namun berkulit putih pucat.
"Siapa kamu?" Afzam bersiap mengeluarkan pedang, berjaga-jaga seandainya pria berbaju putih itu berbuat macam-macam padanya.
"Panggil aku Kaisar Yan, aku adalah salah satu Kesatria langit. Aku datang untuk menemui Penguasa Agung." Pria berbaju putih itu berbicara dengan Afzam dengan suara sangat lembut, hampir tidak terdengar.
Afzam mencoba menajamkan telinga namun tetap saja tidak terdengar."Kamu mencari Master Shi Ying?"
"Bukan, aku mencari Penguasa Agung." Kaisar Yan kembali berbicara, kali ini suaranya lebih keras meski tetap terdengar halus.
Afzam sama sekali tidak paham dengan gelas Penguasa Agung, di perguruan Rajawali yang memimpin adalah Shi Ying, harusnya pria berkulit pucat itu mencari Shi Ying namun saat ditanya justru berkata tidak.
"Tuan Kaisar, di tempat ini dipimpin oleh Shi Ying. Siapa itu Penguasa Agung?"
"Aku merasakan energi suci dari Penguasa Agung di sekitar sini, aku yakin baru saja Penguasa Agung berada di sini." Kaisar Yan tetap kekeh, ia tidak mungkin salah dalam mengenali pimpinan para utusan Tuhan.
Afzam semakin tidak paham, ia tidak pernah kenal dengan orang memiliki gelar penguasa agung, adanya Raja, Kaisar dan master.
"Arsy Ratu Sejagad." Kaisar Yan kembali berbicara.
Afzam mengangguk mengerti, namun ia mengira bahwa yang dimaksud adalah Arsy sedangkan yang dimaksud Kaisar Yan adalah Zein Zulkarnain.
"Oh, Permaisuri Arsy? Dia Istri Kak Zein, aku akan mengantarkanmu padanya. Tapi kenapa kau mencari Istri orang?"
Kaisar Yan yakin kalau Penguasa Agung tidak mungkin menjadi seorang Permaisuri karena adalah seorang pria sejati yang telah mencapai puncak keilmuan, bahkan penglihatannya bisa menembus dimensi yang berbeda.
"Kamu pasti salah, Penguasa Agung bukan seorang wanita, jadi tidak mungkin menjadi Permaisuri."
"Kau yang salah, Arsy adalah seorang wanita tentu saja dia menjadi Permaisuri, dia bukan pria. Mungkin kamu salah mengira, kenapa kamu dari tadi membingungkan sekali." Afzam mulai kesal dengan Kaisar Yan, ia tidak percaya ada orang yang begitu menjengkelkan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati
RomanceArsy seorang pelayan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Zein Zulkarnain, seorang putra mahkota kerajaan Bintang Tenggara. Sayangnya pria bersurai kuning keemasan itu sangat sulit untuk didekati bahkan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanyq...