Episode 25

61 44 58
                                    

Episode 25

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Episode 25

Ne Shu berjalan menuju istana miliknya dengan perasaan marah dan kesal, ia sangat tidak ingin kalau Arsy akan menjadi Iparnya.

"Hari ini aku gagal, tapi jangan harap kau akan menikmati keindahan dalam istana ini sekalipun kau bisa menjadi Permaisuri."

Sementara itu Afzam senyum-senyum sendiri, ia sudah berdandan sangat rapi karena ingin mengajak Arsy jalan-jalan.

"Aku ingin membuatmu bahagia." Senyum itu luntur kala mengingat bahwa gadis itu telah memilih Zein menjadi pendamping hidupnya.

"Ya, meski aku tahu kalau kau sangat menyukai Kak Zein. Tapi aku akan membuktikan bahwa aku jauh lebih pantas untuk kau cintai daripada Kak Zein, meski kau telah menjadi Istrinya, tapi bagiku aku bisa merebut hatimu.” Senyum yang biasanya ramah dan lembut kini berubah menjadi licik.

Afzam membalikkan tubuhnya, bibirnya kembali tersenyum saat melihat seikat bunga di atas meja kamarnya, ia pun berjalan mendekati meja tersebut dan mengambil bunga tersebut lalu menciumnya setelah itu pergi dari kamar.

Setiap langkah kaki yang diambil sangat ringan, bahkan bibirnya tidak berhenti untuk tersenyum hingga tak sadar bahwa Sekar Wangi berjalan ke arahnya dan memandangnya heran.

"Afzam."

Afzam terkejut bahkan hampir menjatuhkan bunga di tangannya, ia melirik ke samping dan berkata dalam hati,"Kenapa bisa bertemu Ibu di sini? Kalau sampai Ibu tahu bahwa aku akan mendekati Arsy, apakah Ibu akan mengadukanku pada Ayah?"

"Afzam."

Afzam segera mengalihkan perhatian pada Sekar Wangi sambil tersenyum manis."Salam, Ibu."

Sekar Wangi memperhatikan buah hatinya mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut lalu sedikit memiringkan kepala melihat apa yang digenggam sang buah hati.

"Untuk siapa bunga itu? Apakah kau bertemu gadis yang mampu menggerakkan hatimu?"

Afzam melihat pada bunga di tangannya, ia tidak tahu harus menjawab apa, kalau jujur takut Ibunya marah, kalau tidak jujur juga tidak enak.

"Afzam." Sekar Wangi kembali memanggil sang buah hati.

Afzam tersentak lalu meraih tangan Ibunya."Ibu, bunga ini sengaja aku persiapkan untuk Ibu. Sekalipun ada wanita yang ku suka juga aku akan jujur pada Ibu."

Sekar Wangi mengangguk senang, ia membalas genggaman tangan sang buah hati dengan bibir tersenyum."Kau memang ahli mengambil hati Ibumu, baiklah kalau begitu Ibu terima bungamu ini. Afzam, Ibu harap kau dan Jiao Hua tidak selalu bertengkar, meski Ibu tahu kau tidak akan bersikap kasar pada Kakakmu tapi …"

"Tapi apa, Bu?" Tanya Afzam penasaran.

"Tapi dia tetap saudaramu, jangan terus melawannya," lanjut Sekar Wangi.

Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang