Pertempuran di udara antara Ka Le Nan dan Zein Zulkarnain tidak bisa dielakkan, kedua kesatria itu saling menyerang dan bertahan.
Cahaya 7 warna dan cahaya hitam milik pedang Ka Le Nan saling menyerang, tidak ada yang ingin mengalah.
Zein Zulkarnain tidak bisa menggunakan energi suci miliknya, ia hanya menggunakan tenaga internal dan kekuatan pedang miliknya.
Ka Le Nan sangat murka melihat ratusan ribu prajurit mati di tangan Zein، ia pun mengeluarkan semua kekuatan yang dimiliki untuk menekan Zein.
Zein Zulkarnain terdesak saat pertarungan di udara dengan Ka Le Nan, ia memuntahkan darah karena terlalu banyak menggunakan kekuatan internal miliknya.
Ka Le Nan tertawa terbahak-bahak melihat Zein muntah darah dengan wajah pucat, ia yakin Pangeran Mahkota Kerajaan Bintang Tenggara itu terluka parah saat sebelum melawan dirinya.
Zein melihat ke bawah, terlihat para pasukan Bintang Tenggara banyak pula yang terluka dan gugur, ia kembali mengalihkan pada Ka Le Nan, memusatkan kekuatan pada telapak tangan lalu menambah mengalirkan kekuatan miliknya pada pedang tersebut.
Cahaya 7 warna itu terlihat semakin terang dan kuat, menyerap kekuatan spiritual Ka Le Nan, mengembalikan serangan itu pada pemiliknya.
Duarr
Tubuh Ka Le Nan terpental jauh ketika Zein mengoptimalkan kekuatan serang pada Ke La Nan.
Tubuh Zein terjatuh ke bawah, Mahesa segera melompat dan menangkap tubuh ringkih junjungannya tersebut.
"Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Mahesa sambil memapah Zein, raut wajah pengawal pribadi itu terlihat sangat khawatir.
Zein memegangi dadanya, nyeri dan sesak kembali menyerang, namun ia yakin kondisi Ka Le Nan jauh lebih mengenaskan.
"Aku baik-baik saja," jawab Zein dengan nafas tersengal-sengal.
Arya Anggara menoleh pada Zein, ia terus mengayunkan pedang menyerang lawan sambil berjalan ke arah sang Pangeran Mahkota Kerajaan Bintang Tenggara.
"Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?" tanyanya sambil terus mengayunkan pedang melawan musuh.
"Hm, aku baik-baik saja." Zein mencoba menegakkan tubuhnya kembali, tangannya masih gemetar memegang pedang.
Mahesa melihat tangan gemetar Zein, ia khawatir kalau kondisi tubuh pria itu dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Yang Mulia, lebih baik Anda mundur saja. Serahkan mereka pada kami."
"Itu benar, tubuh Anda sangat berharga," timpal Arya Anggara.
"Mana bisa seorang calon Raja membiarkan rakyat menderita, aku tidak akan mundur!" Zein menolak permintaan Arya Anggara dan Mahesa, ia berhasil berdiri tegak meski tubuhnya terasa masih lemah.
Tiba-tiba saja muncul seekor rubah berekor sembilan dengan tubuh tinggi besar, mata merah menyala dan ekspresi penuh amarah.
Rubah itu menggerakkan ekornya, mengibaskan melukai para prajurit Hundan.
Para prajurit yang terkena libasan ekor itu terlempar dan terluka parah.
Mahesa dan Arya tercengang melihat mahluk aneh bertubuh raksasa tersebut.
"Dia siapa? Musuh atau teman?" tanya Mahesa sambil menatap tubuh rubah tersebut.
"Itu Avei, rubah spiritual yang dulu pernah ku selamatkan. Dia adalah mahluk paling menjengkelkan tapi menggemaskan," jawab Zein, ia mendongak menatap rubah tersebut.
Avei menyeringai ke arah Zein, memamerkan gigi taringnya, kemudian menggerakkan salah satu ekor ke arah Zein.
Dengan lembut ekor rubah itu melilit tubuh Zein seperti Istri memeluk Suaminya, lalu membawa menaiki punggungnya.
Zein memberi isyarat pada Mahesa dan Arya agar tidak khawatir dan melanjutkan pertempuran.
Mahesa dan Arya Anggara mengangguk, mereka kembali menyerang pasukan Hundan.
Sementara itu, Ka Le Nan tersungkur ke tanah, tubuhnya terbakar dan memuntahkan darah.
Pria itu mencoba untuk berdiri, namun rasa sakit telah memaksa dirinya untuk tetap berbaring hingga kegelapan menyerangnya.
Hanya dalam waktu 1 jam pertempuran antara pasukan Hundan dan Bintang Tenggara berlangsung, seluruh pasukan Hundan gugur sedangkan pasukan Bintang Tenggara banyak yang luka-luka namun tidak ada yang gugur.
Avei menurunkan Zein Zulkarnain setelah berhasil mengalahkan pasukan Hundan, jelmaan rubah spiritual itu kembali ke wujud rubah imut dan menggemaskan.
"Kumpulkan semua prajurit yang mengalami luka-luka!" Zein memerintahkan Mahesa dan Arya, ia berjalan mengelilingi para prajurit, memperhatikan luka-luka mereka.
Avei berada dalam gendongan Zein, sama seperti waktu pertama kali mereka bertemu.
"Rong Yao, apa yang akan kamu lakukan pada mereka?"
"Bukankah kau ke sini bersama Ryu Shi, aku ingin dia membantu ku mengobati seluruh prajurit yang terluka." Zein menekuk sebelah lututnya meraih tangan salah seorang prajurit yang terluka.
"Yang Mulia, apa yang Anda lakukan? Anda seorang Pangeran, mana pantas memegang tangan seorang prajurit rendahan seperti kami," kata salah seorang prajurit merasa tidak enak hati.
"Pekerjaan paling mulia adalah seorang prajurit, mereka rela berkorban nyawa demi membela tanah air." Zein memusatkan energi suci pada telapak tangan lalu menyalurkan pada luka di tangan prajurit tersebut.
Prajurit itu terkejut ketika melihat tangannya sudah baik-baik saja, tidak ada sedikitpun luka di sana.
"RongYao, energi suci mu terluka. Kau jangan sembarangan menggunakannya."Avei terus mengomel, ia khawatir dengan kondisi tubuh majikannya itu.
Rubah kecil itu melompat ke bawah, berjalan dengan kaki kecilnya, duduk di samping Zein.
Mata merah rubah itu memperhatikan cara Zein menyembuhkan setiap luka para prajurit, terlihat cahaya putih kebiruan setiap kali pria berambut emas panjang itu menyembuhkan luka.
Zein bangkit dari posisinya, kaki jenjang Zein melangkah meninggalkan prajurit tadi. Rubah kecil berjalan di samping majikannya, ketika di perguruan Beladiri Rajawali, Rubah itu akan menjelma menjadi manusia dan mengajari para murid namun bila di dekat Zein، ia akan berubah menjadi hewan imut dan menggemaskan.
Mahesa menoleh ketika Zein berjalan ke arahnya، ia memutar tubuh menghadap Zein dan memberikan salam penghormatan ketika Zein telah berada di depannya.
"Salam, Yang Mulia."
"Bagaimana kondisi mereka?" Zein memperhatikan setiap prajurit yang masih terluka, ia tahu para prajurit itu kuat dan tidak mudah mengeluh.
Zein menoleh pada pria berambut putih panjang dengan ekor berbentuk naga berjumlah 9.
Para prajurit nampak ngeri dengan penampilan Ryu Shi yang mirip siluman, tapi mereka percaya pada Zein hingga tidak protes.
Zein berjalan mendekati Ryu Shi, duduk di tengah prajurit yang sakit dan membantu mengobati luka.
Avei sang rubah kecil kesal, kaki kecil itu digunakan untuk menghentakkan ke tanah, kalau saja ia tidak ingat Zein akan marah bila dirinya menyemburkan api, sudah pasti semua yang membuat Zein sibuk akan dibakar dengan api rubah.
Zein meraih perban di keranjang obat milik Ryu Shi, ia membalut luka pada kaki salah seorang prajurit, mereka merasa tidak nyaman saat Zein melakukan itu, merasa tidak pantas karena status mereka hanya seorang prajurit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati
RomanceArsy seorang pelayan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Zein Zulkarnain, seorang putra mahkota kerajaan Bintang Tenggara. Sayangnya pria bersurai kuning keemasan itu sangat sulit untuk didekati bahkan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanyq...