Jalan lautan biru adalah jalan menuju ketenangan sejati dengan kekuatan dan keteguhan jiwa.
Mahesa Jenar heran dengan jalan -jalan sepi, ia bahkan tidak menemukan satu pun penduduk, meski Negara konflik pun biasanya akan ada beberapa orang.
Arrg...
Mahesa terkejut mendengar suara jerit kesakitan seorang wanita."Siapa itu? Sepertinya dia sangat kesakitan."
Mahesa segera berjalan mencari sumber suara, mata kecoklatan itu melotot penuh amarah melihat prajurit Hundan tertawa terbahak-bahak sedang di depannya seorang wanita tanpa sehelai benang tersiksa.
"Apa yang kalian lakukan?!"
Mahesa berlari menuju wanita tersebut lalu melepaskan baju luarnya dan memakaikan pada wanita tersebut.
Tubuh wanita itu penuh luka cambukan dan sayatan, terdapat luka pukul di wajah dan benda tumpul pada dahi.
Mahesa menggelengkan kepala melihat betapa kejam bangsa Hundan terhadap rakyat Bulan.
Prajurit Hundan terkejut melihat kehadiran Mahesa, salah seorang mereka berjalan menghampiri Mahesa dengan tatapan sengit.
"Siapa kau?! Kenapa ikut campur urusan kami?!"
"Nona, tenanglah di sini. Biar saya hadapi manusia tidak berguna itu," kata Mahesa sambil merapatkan jubah miliknya pada tubuh ringkih wanita tersebut agar seluruh tubuhnya tertutupi.
Wanita muda itu mengangguk, setelah itu Mahesa membalikkan tubuh menatap salah seorang prajurit Hundan itu nyalang.
"Apa kau tuli?! Siapa kau?!" Prajurit Hundan itu kembali berteriak.
"Aku tidak perlu menjawab pertanyaan seekor Anjing bukan?" balas Mahesa santai, namun tatapannya masih tajam dan jijik.
Para prajurit Hundan itu murka, jelas sebutan Anjing itu ditujukan pada mereka.
"Brengsek! Berani sekali kau menghina kami..." Prajurit yang tadi menghampiri Mahesa mengeluarkan sebilah pedang, mengacungkan pedang itu pada Mahesa.
"Pergi dari sini! Atau pedang ini akan merobek kulit mu."
"Hahahaha...." Mahesa tertawa terbahak-bahak.
"Pedang apa? Kulit siapa yang ingin kalian robek?" Mahesa menghentikan tawanya, tatapan matanya masih mengejek.
"Kalian berlatih ilmu perang bertahun-tahun tapi hanya digunakan untuk melukai wanita lemah, apakah itu tidak sangat merugikan?"
Mahesa kembali terkekeh seakan apa yang dilakukan prajurit Hundan itu sangat lucu.
Para prajurit Hundan mengeraskan rahang menahan amarah, bukan hanya menyebut mereka sebagai Anjing tapi Mahesa bahkan meremehkan kekuatan pasukan Hundan.
"Tidak perlu marah, aku hanya bicara kenyataan. Aku dengar kalian tidak pernah menang melawan kesatria Bulan, tapi kalian hanya berani membunuh anak-anak dan para wanita. Bukankah kalian seperti Anjing gila?" Mahesa kembali melontarkan kata-kata.
" Sudah selesai tertawanya?! Sekarang biarkan kami membuktikan kehebatan kami dengan membunuhmu!"
Prajurit Hundan itu maju secara bersamaan menyerang Mahesa, pengawal pribadi Zein Zulkarnain itu tidak sedikitpun merasa takut, ia menarik pedang dari sarungnya lalu mengacungkan pedang tersebut.
"Majulah, pengecut!"
***
Mata terbelalak melihat tumpukan mayat dengan kondisi mengenaskan, ada yang isi perut terurai, ada yang kepala putus dari leher.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati
RomanceArsy seorang pelayan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Zein Zulkarnain, seorang putra mahkota kerajaan Bintang Tenggara. Sayangnya pria bersurai kuning keemasan itu sangat sulit untuk didekati bahkan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanyq...