Pertempuran antara Satria dan Ku Ba Ngan semakin sengit, berulang kali Satria terdesak oleh kekuatan Ku Ba Ngan.
Satria berdiri dengan kaki gemetar dengan luka melintang di dada, tubuh pria itu telah dipenuhi oleh darah.
Satu tangan Satria digunakan untuk menggenggam pedang sedangkan tangan yang bebas untuk menutup luka tusuk di perut.
Satria melirik kearah para prajurit, mereka sibuk dengan lawan di depannya, begitu juga dengan Arya, Fatir dan Farhan.
Ku Ba Ngan menatap Satria dengan senyum jahat, ia sangat senang melihat Satria terluka parah, dari pandangan mata dirinya yakin bahwa Satria akan tumbang dengan satu serangan lagi.
"Rupanya hanya seperti ini kemampuan Jenderal Bulan." Ku Ba Ngan berkata dengan nada mengejek, di telapak tangannya telah terpusat kekuatan untuk kembali menyerang Satria.
Ku Ba Ngan mengarahkan telapak tangan pada Satria sambil berteriak,"Demon faia!"
Cahaya ungu kehitaman melesat dengan cepat ke arah Satria, Jenderal Bulan itu terlalu lemah untuk sekedar bergerak ke belakang atau menghindari serangan api setan dari Ku Ba Ngan.
Blarr...
Ku Ba Ngan terkejut ketika kekuatan api setan miliknya ditangkis oleh cahaya kuning keemasan, dengan kesal ia menyimpan kembali kekuatan api setan.
Satria terkejut melihat seorang pria berambut emas panjang tiba-tiba berdiri di depannya, menangkis serangan api setan dari Ku Ba Ngan.
Tak lama kemudian Mahesa, Avei dan Ryu Shi datang. Mereka memperhatikan pertarungan antara Hundan dan Bulan, kekuatan Satria tidak sebanding dengan Ku Ba Ngan.
Zein Zulkarnain menyembunyikan sebelah tangan di belakang punggung, sedangkan satunya masih mengeluarkan cahaya kuning keemasan.
Mata safir itu menatap dingin pada Ku Ba Ngan."Ternyata hanya seperti ini kemampuan dari Menteri Ku Ba Ngan."
Zein membalas ucapan Ku Ba Ngan yang telah meremehkan Satria, menyeringai sinis.
"Zein, kenapa kau ke sini?" Satria menatap punggung sahabatnya itu tidak mengerti, dengan kondisi tubuh sang sahabat yang buruk, masuk ke dalam pertempuran sama saja dengan bunuh diri.
Zein Zulkarnain melirik sejenak pada Satria kemudian kembali fokus pada Ku Ba Ngan, siapa yang tidak akan datang ketika seorang utusan datang padanya dengan wajah memohon, ia tahu kekhawatiran Satria namun untuk saat ini hanya dirinya yang mampu membalikkan posisi pertempuran.
"Kau terluka parah, Satria." Suara Zein tenang namun seperti penghinaan di telinga Satria, dirinya adalah seorang Jenderal, terluka dalam medan perang itu adalah hal yang sangat wajar.
Satria diam tidak menjawab, tangannya menggenggam pedang erat seakan tidak setuju ucapan Zein meski itu benar.
Avei dan Ryu Shi berjalan mendekati Zein, mereka berdiri di depan sang Pangeran Mahkota Kerajaan Bintang Tenggara, seakan menjadi perisai bila ada yang berniat menyerang.
Zein melompat ke udara lalu turun tepat di belakang punggung Satria."Kau mau apa?" tanya Satria semakin tidak mengerti.
Zein tidak menanggapi pertanyaan Satria, ia memusatkan kekuatan pada jari tengah dan jari telunjuk.
Tanda bulan bintang dan huruf Alif di dahi Zein bersinar terang, cahaya kuning keemasan terpancar dari tanda tersebut lalu mengarah pada Satria.
Cahaya itu membungkus tubuh penuh luka milik Satria, menyerap semua luka dan menyembuhkannya hingga tidak ada sedikitpun luka tersisa baik luka luar atau luka dalam.
Satria mengangkat kedua tangan di depan dada, memperhatikan telapak tangannya, tubuh penuh luka miliknya kini kembali pulih.
"Jadi ini kekuatan energi suci?" Satria berkata dengan kagum, ia seakan tidak percaya ada kekuatan ajaib.
Zein terjatuh di atas lutut setelah menggunakan energi suci untuk menyembuhkan dan memulihkan kekuatan Satria, ia memegangi dada menahan nyeri bagai tertusuk ribuan belati tajam.
Darah keluar dari mulut dan hidung, rambut yang semula berwarna kuning keemasan perlahan menjadi putih.
Di tengah pertarungan antara Mahesa dan prajurit Hundan, ia tanpa senjata melihat Pangeran Mahkota Kerajaan Bintang Tenggara kesakitan, serta sangat lemah.
Mahesa segera menghampiri Zein, berdiri di depan sang Pangeran untuk melindungi apabila ada serangan yang mengarah padanya.
Satria terkejut ketika menoleh pada Zein, sahabatnya tersebut terus memuntahkan darah, mata kecoklatan itu menatap sang Pangeran penuh tanda tanya.
"Pangeran Zein, ada apa denganmu?"
Perlahan Zein bangkit dari posisinya, berusaha untuk tetap berdiri meski kaki terasa gemetar menahan sakit.
Mata safir menatap Satria lemah, bibir pucat itu berkata,"Jangan pedulikan aku, musuhmu ada di sana? Segera selesaikan peperangan ini." Ia berkata dengan sangat lemah, suaranya nyaris tak terdengar.
Perlahan mata safir itu meredup, saat tubuh ringkih tersebut hampir jatuh, seorang pria berambut putih metalik menyambar tubuh tersebut dan membawanya meninggalkan arena pertarungan.
Avei dan Ryu Shi menoleh pada sosok pria yang membawa Zein pergi, tanpa mengatakan apapun mereka berdua menyusul sosok tersebut, bagi mereka mau seperti apapun kerajaan Hundan dan Bulan semua tidak ada hubungan dengan mereka.
"Mahesa! Apa yang kau lihat?! Yang Mulia dibawah pergi oleh Master Shi, sekarang kita harus menyingkirkan semua prajurit Hundan!" Arya Anggara berteriak menyadarkan Mahesa akan tugasnya, meski bukan tugas dari negara tapi setidaknya itu tugas yang diberikan Zein pada mereka.
Mahesa mengangguk, ia kembali memerangi pasukan Hundan.
Ku Ba Ngan merasa terdesak, ia memerintahkan pasukan mundur dari pertempuran.
Satria bersama pasukan Bulan bersorak gembira meski tubuh terluka, namun mereka berhasil memukul mundur pasukan, meski begitu ia yakin peperangan ini belum selesai.
Sementara itu
Shi Ying membawa Zein ke Goa tertutup, meletakkan tubuh ringkih pria berambut putih panjang di atas batu dengan sinar biru keputihan.
Setelah itu menyalurkan energi murni pada murid kesayangannya itu.
Ryu Shi dan Avei segera masuk ke dalam Goa, kemudian menutup pintu Goa dari dalam.
Mereka menatap Zein cemas, berharap pria itu akan baik -baik saja.
Avei dan Ryu Shi tidak menyangka Zein akan menggunakan energi suci untuk memulihkan luka Satria dan mengorbankan dirinya sendiri.
"Aku sangat cemburu," kata Avei dengan tatapan sedih mengingat Zein berkorban untuk Satria.
Ryu Shi memicing tajam mendengar ucapan Avei, menurutnya ucapan Avei sangat menjijikkan.
Zein adalah seorang Pangeran Mahkota dan manusia pilihan Tuhan untuk menegakkan keadilan di muka bumi, tentunya dia akan selalu melakukan apapun untuk melindungi seluruh umat manusia bahkan jika harus mengorbankan nyawa.
Apa yang dilakukan Zein pada Satria juga termasuk dari tugasnya, Satria adalah Jenderal besar Bulan dan bertanggung jawab melindungi rakyat Bulan.
Satria terluka parah maka Zein menolong Satria itu hal yang wajar, hanya saja kondisi Zein sendiri perlu ditolong.
"Rubah tetaplah Rubah, selalu sibuk memikirkan sendiri tanpa peduli banyak orang." Ryu Shi mencibir Avei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati
RomansaArsy seorang pelayan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Zein Zulkarnain, seorang putra mahkota kerajaan Bintang Tenggara. Sayangnya pria bersurai kuning keemasan itu sangat sulit untuk didekati bahkan setiap kata yang keluar dari mulutnya hanyq...