★
Tidak ada satu orang pun yang menginginkan ceritanya berakhir menderita, ia ingin alur kehidupannya berjalan sesuai apa yang diinginkannya, namun beberapa orang lupa bahwa ia hanya bisa berharap dan berdoa bahwa kehidupan yang diinginkannya bisa berjalan sesuai apa yang direncanakannya
*
*
*
"Jaemin, bagaimana jika kita mengerjakan tugasnya nanti sepulang sekolah di rumahku?" tanya Renjun, teman sekelas sekaligus sahabat Jaemin sejak kecil."terserah saja, aku ikut-ikut saja jika yang lainnya setuju" balas Jaemin sembari menikmati makan siangnya dengan lahap.
"baiklah, kalau begitu aku akan bertanya pada mereka nanti ketika di kelas"
"oke" balas Jaemin seadanya, karena dia sibuk menikmati makanannya yang sangat menggoda.
"baiklah Jaemin, kamu mau kita naik bus atau di jemput supir ku saja nanti?"
"terserah lah Renjun, aku akan ikut-ikut saja jika yang lainnya setuju"
"tapi aku ingin mendengar pilihanmu bukan yang lainnya, kamu selalu saja memikirkan mereka, bagaimana dengan dirimu? kamu maunya bagaimana?" Bukankah Jaemin sudah bilang dia akan ikut jika yang lain setuju dengan pilihan itu (?) Tapi Renjun (?) Jaemin saat ini benar-benar sangat kesal dengan makhluk yang satu ini. Acara makannya terganggu oleh anak itu. Diantara semua teman-temannya, hanya Renjun saja yang memiliki sifat yang cerewet, dan suka sekali membahas hal yang tidak penting untuk di perdebatkan.
Jaemin yang sedang menahan rasa kesalnya hanya diam menikmati makanan nya, tidak ada niat sedikitpun untuk menjawab pertanyaan Renjun.
Jika ia jawab ucapan Renjun mungkin akan berakhir dengan perdebatan panjang yang tidak ada ujungnya. Sungguh Renjun sangat menyebalkan.
Lebih baik ia urusi rasa lapar nya daripada meladeni makhluk kecil ini.
"ohh iya dimana Felix dan Haechan?" tanya Renjun menatap sekelilingnya mencari keberadaan pemilik nama yang di sebut nya tadi.
Jaemin yang jengah mendengar suara Renjun yang sedari tadi tidak berhenti mengangkat kepalanya dan menatap Renjun dengan tatapan penuh kekesalan. Dirinya hanya ingin menikmati makanannya tanpa ada gangguan, pilihan pergi bersama Renjun bukanlah hal yang bagus menurutnya.
"Renjun?" Jaemin menatap Renjun sekejap, lalu ia memfokuskan tatapannya pada makannya "bisa diam tidak?" tanya Jaemin datar.
"sedari tadi kau tidak bisa berhenti berbicara kau tidak lihat aku sedang menikmati makanan ku? kau membuat aku kesal saja"
"bicaralah baik-baik, kau tidak perlu seperti itu"
"kau membuat ku pusing Renjun, kau.." Jaemin menggantung kalimatnya dan menatap makanannya yang masih tersisa banyak "tidak bisakkah kau diam untuk sebentar saja? sampai aku menghabiskan makanan ku, aku mohon? perutku benar-benar lapar" pinta Jaemin menatap penuh harap kepada Renjun.
Renjun memiringkan kepalanya menatap Jaemin. Kenapa Jaemin memohon seperti ini padanya (?) Apakah dirinya benar-benar mengganggu? Tidak mungkin kan(?)
"kenapa kau bicara seperti itu padaku? kau marah padaku?" Sekarang Renjun juga merasa kesal pada sahabatnya ini.
"aku tidak marah, hanya saja aku benar-benar kelaparan dan tidak bisa fokus menikmati makanan ku karena terus mendengar ocehan tidak pentingmu"
"kau..! itu penting Jaemin, kenapa kau? aishh... tidak asik sekali kau ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny Is With You [End]
Teen Fiction"kenapa kalian tidak mendengarkan ku dulu? aku tidak bersalah disini, aku juga tidak tahu jika akan berakhir seperti ini" -Jaemin "aku sudah sejauh ini membawamu, bahkan aku diusir oleh keluarga ku sendiri... kau harus bertahan agar aku memiliki s...