* * *
*
"kenapa kau menyembunyikan hal ini Jaemin?" tanya Jeno dengan suara pilu.
Sakit (?) Jelas sakit, orang yang sangat dicintainya, orang yang berstatus sebagai tunangannya ternyata hamil anak orang lain. Padahal pernikahan mereka akan dilaksanakan kurang dari sebulan lagi. Rasa kecewa dan sakit menghantam dirinya bersamaan. Bagaikan disambar petir di siang yang terik.
Kenapa harus dirinya yang mengalami ini (?) Baru beberapa bulan ia mengenal Jaemin dan selama itu juga ia berusaha mendapatkan cinta dan perhatian Jaemin. Ia benar-benar mencintai Jaemin namun sebuah fakta menyakitkan mendatangi nya di saat ia sudah menetapkan hari pernikahannya dengan Jaemin.
"jadi ini alasan mereka bersikap seperti itu? mereka tau?" batin Jaemin.
"aku kecewa padamu Jaemin, aku kecewa" lirih Jeno.
Jaemin menggeleng kuat, air matanya sudah tak terbendung lagi perlahan cairan bening itu berlomba-lomba keluar dari pelupuk matanya.
"bu.. bukan.. bukan ak-"
"DIAM" Jeno memotong ucapan Jaemin dengan nada suara yang tinggi. Jaemin kaget dan mundur beberapa langkah menjauhi Jeno. Ia tidak suka di dibentak.
Ini pertama kalinya Jaemin di bentak seperti ini. Kedua orang tuanya tidak pernah memperlakukan dirinya seperti ini. Jangankan membentaknya berbicara dengan nada yang tinggi saja tidak. Selama ini dia selalu diperlakukan baik oleh orangtuanya dan orang-orang di sekitarnya. Tapi tidak untuk hari ini, Jaemin harus bersiap menghadapi semua hal yang belum pernah dihadapinya.
Jaemin melangkah mendekati Jeno kembali "maafkan aku Hyung" tangannya terulur ingin menyentuh pergelangan Jeno. Namun, belum sempat menyentuh Jeno, pemuda itu telebih dahulu menghempas nya dan mendorong tubuh kecil Jaemin hingga terjatuh dan terduduk di lantai.
Jaemin menatap Jeno dengan tatapan tak percaya, sekarang ia dikasari oleh orang yang sangat dicintainya. Nasibnya sial sekali.
Tidak bisakah dia hidup dengan tenang. Semesta selalu saja menyudutkan nya ke dalam hal-hal buruk. Harusnya dia tahu bahwa tidak ada kehidupan baik yang tersedia untuk nya, sekarang ataupun di masa depan nanti. Kenapa dia tidak sadar-sadar (?)
Tatapan Jaemin beralih pada Yuta, Appa nya. Yuta hanya memperhatikan interaksi mereka. Kecewa dan marah, itulah yang di rasakan nya sekarang. Jadi, selama ini dia hanya membesarkan seorang jalang kecil dirumahnya.
Jaemin melangkah secara spontan menuju Yuta. Ia ingin mendapat pembelaan dari Yuta. Sedangkan Yuta hanya menatap sendu putra tunggalnya itu, Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Emosinya meluap-luap, siap meledak kapan saja, namun untuk saat ini ia masih menahannya, tidak tahu sampai kapan. Yuta tidak ingin menyakiti anak semata wayangnya itu. Ia sangat menyayangi Jaemin.
"Appa percaya padaku kan? aku tidak melakukannya, dia.. dia yang memaksaku melakukan itu, dia menarikku untuk mengikutinya" jelas Jaemin. Namun, Yuta sudah tidak tahan lagi, kenapa Jaemin menyalahkan orang lain (?)
Bibir Jaemin melengkung membentuk senyuman kecil. Ia benar-benar mengharapkan pembelaan saat ini. Setidaknya ada satu orang yang akan mempercayainya. Namun, pemikiran baik Jaemin salah.
Yuta mendorong tubuh Jaemin hingga terjatuh kembali ke lantai, tatapan matanya menggelap. Bagaimana bisa anaknya melakukan hal kotor itu, bukankah selama ini dia sudah memenuhi semua kebutuhan Jaemin bahkan ia selalu memberikan semua hal yang diperlukan Jaemin. Ia sudah muak, benar-benar muak. Ia tidak bisa lagi menahan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny Is With You [End]
Teen Fiction"kenapa kalian tidak mendengarkan ku dulu? aku tidak bersalah disini, aku juga tidak tahu jika akan berakhir seperti ini" -Jaemin "aku sudah sejauh ini membawamu, bahkan aku diusir oleh keluarga ku sendiri... kau harus bertahan agar aku memiliki s...