part 14

330 8 0
                                    

Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring terdengar nyaring di ruang makan keluarga Jung. Mereka berkumpul untuk melakukan makan malam bersama. Jaehyun selaku kepala keluarga telah berada disana, entah kapan pria paruh baya itu pulang bekerja. Ketika Jaemin turun dari lantai atas ia telah melihat anggota keluarga Jung itu duduk menunggu mereka disana. Sedangkan Jeno mengintili Jaemin dari belakang. Seperti anak ayam yang mengikuti kemanapun induknya pergi. Bukankah seharusnya Jaemin yang mengikuti langkah Jeno(?) Padahal Jeno lah pemilik rumah ini, tapi sekarang ia malah terlihat seperti tamu.

"Jaemin kau terlihat murung, apa yang terjadi padamu nak?" tanya Jaehyun menatap manik Jaemin yang terlihat sedang sedih.

Jeno mengalihkan pandangannya menatap Jaemin. Yang dikatakan oleh sang Daddy benar Jaemin kembali murung. Apakah itu karena masalah tadi? Dirinya benar-benar merasa bersalah.

"Tidak, aku baik-baik saja uncle" Jaemin memberikan senyuman hangatnya kepada Jaehyun, ia tidak ingin membuat keluarga itu ikut bersedih karena melihatnya bersedih.

"apa Jeno mencoba mengganggumu?" imbuh Mark menatap tajam Jeno "bilang saja kepadaku jika dia melakukan hal buruk kepadamu, aku pasti akan memukulnya"

"apa-apaan kau Hyung?" ujar Jeno, ia tidak ingin Jaemin nya dekat dengan Mark, dalam hal apapun.
Jaemin itu sudah menjadi miliknya, hak nya dan ia tidak akan membiarkan siapapun dekat dengannya.

"kau pasti melakukan ha-" belum selesai Mark berbicara Taeyong sudah memotong pembicaraan putra sulungnya itu.

"sudah jangan menggoda adikmu Mark"

Taeyong menatap Mark dengan tatapan tajam yang menusuk. Mark menampilkan senyum kikuk nya. Ia tidak berani lagi macam-macam jika sang Mommy sudah menatap dengan tatapan memangsa seperti itu.

"umm.. setelah ini Jaemin pamit untuk pulang" cicit Jaemin dengan suara pelan.

Taeyong menghentikan acara menyuap nasi ke mulutnya. Ia meletakkan sendoknya diatas piring. Matanya manatap Jaemin dengan raut wajah bingung. Padahal ia ingin Jaemin menginap disini untuk malam ini. Lagipun Jaemin hanya seorang diri di rumah.

"kenapa tidak tidur disini saja?"

"Jaemin.. Jaemin harus mengerjakan tugas.. Jaemin lupa membawa bukunya kesini jadi Jaemin ingin pulang saja untuk menyelesaikannya" alasan Jaemin.

"tidak bisakah diselesaikan besok saja?" kini Jaehyun yang angkat bicara.

Jaemin menggeleng, kepalanya terangkat menatap Jaehyun dan Taeyong bergantian. "itu harus selesai sebelum besok".

"ahh... baiklah Jeno akan mengantarkan mu pulang, jadi Jaemin, sekarang habiskan dulu makananmu" 
titah Taeyong. Jujur Taeyong suka, sangat suka melihat Jaemin, Jaemin dan anak bungsunya terlihat sangat cocok.

Kepala Jaemin mengangguk lucu, senyuman indah terpancar diwajahnya. Ia menghabiskan makanannya dengan cepat agar dia bisa segera pergi dari tempat ini. Sungguh ia tidak ingin berlama-lama bersama Jeno, karena rasa bersalahnya semakin bersarang besar di dalam hatinya.

Jeno menatap Jaemin yang semangat memakan makananya senyuman hambar terpancar diwajah tampannya. Sepertinya bukan karena tugas alasan Jaemin untuk kembali ke kediaman Nakamoto melainkan karena perlakuan nya kepada Jaemin tadi.

*

*

*


Suasana canggung melanda dua insan yang tengah asik bergelut dengan pikirannya masing-masing. Tidak ada yang membuka pembicaraan sejak mereka memasuki mobil. Sepanjang perjalanan yang mereka tempuh hanya suasana hening yang menemani. Jeno sesekali melirik Jaemin yang duduk di bangku sebelahnya, tatapan pemuda itu lurus kedepan tanpa ekspresi.

Jeno menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di tempat tujuannya. Ia ingin membuka pembicaraan, tapi dengan sikap Jaemin yang dingin dan datar membuatnya jadi bingung harus berbicara seperti apa untuk memulai percakapan di antara mereka. Padahal Jeno sangat ingin meminta maaf kepada pemuda manis itu tentang kelakuan buruknya tadi.

"aku keluar" ucap Jaemin yang akan membuka pintu mobil.

"tunggu" Jeno menahan tangan Jaemin, menghentikan pergerakan tangan mungil itu untuk membuka pintu.

Jaemin mengernyit bingung alisnya terangkat dan bertaut.

"ada apa?" ucapnya dengan suara datar dan ekpresi wajah yang terlihat malas.

"kau marah padaku?" tanyanya dengan tangan yang masih menempel pada Jaemin.

Mata mereka yang awalnya saling menatap, Jaemin alihkan agar tidak melihat manik mata indah didepannya itu. Hatinya sedikit melunak menatap manik indah itu.

"entahlah Hyung aku tidak suka diperlakukan seperti itu dan kau lebih dewasa dariku seharusnya kau tidak melakukan hal itu" ketus Jaemin. Ia melepaskan tangan Jeno yang bertengger di pergelangan nya.

Jeno terdiam otaknya masih mencerna ucapan Jaemin, namun Jaemin sudah pergi keluar dari mobilnya meninggalkan pemuda tampan itu dengan pikiran penuh.

Jeno menatap sendu punggung kecil yang kian jauh meninggalkan nya. Meraup wajah kasar lalu menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.

"dia hanya butuh waktu" gumam Jeno meyakini diri sendiri.

"bagaimana jika dia nanti membenciku?" gusar Jeno, ia menjadi takut, bagaimana jika Jaemin 'nya' nanti menghindarinya(?) bagaimana jika bocah itu tidak mencintainya balik(?) padahal selama seminggu ini ia berusaha mendapatkan perhatian pemuda manis itu.

Namun karena kesalahannya ia harus berusaha lagi untuk memperbaiki hubungannya dengan Jaemin. Ia merasa bodoh karena tidak bisa mengendalikan nafsunya. Sungguh menyebalkan sekali dirinya.

Tapi jika diingat-ingat Jaemin dengan penampilannya tadi, saat bajunya terangkat dan menampilkan sebagian perutnya membuat Jeno benar-benar gila. Ia menginginkan Jaemin berada di bawah kuasanya. Sangat ingin. Dan bibir merah Jaemin, itu terasa manis Jeno menyukainya, Jeno ingin merasakannya lagi. Pikiran demi pikiran kotor Jeno membubung didalam otaknya, entahlah otak mesumnya begitu liar memikirkan Jaemin.

* * *

My Destiny Is With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang