* * *
*
Awan mendung yang menghiasi langit sore sekarang tergantikan oleh awan gelap. Suasana senja semakin pekat menghiasi kota Seoul. Dua orang pemuda tengah dikerumuni rasa keasingan di antara mereka. Sedari awal memasuki dirinya kedalam mobil ini Jaemin tidak membuka suara karena merasa canggung dengan situasi ini.
Xiaojun, sang asisten pribadi Jeno juga ikut berdiam diri tak berniat membuka pembicaraan, dirinya juga merasa canggung berada di situasi ini, bersama Jaemin yang baru dilihatnya, walaupun statusnya sebagai 'calon istri bossnya'.
Xiaojun menatap sekilas Jaemin dari kaca depan mobil. Ia merasa tak enak mendiami Jaemin seperti ini. Tapi ia juga bingung bagaimana cara memulai pembicaraan dengan Jaemin. Otaknya sedang berputar mencari ide untuk memulai pembicaraan bersama kekasih bosnya ini.
"eoh.. haii" ucap Xiaojun canggung. Entah pemikiran darimana ia dapat untuk menyapa Jaemin dengan kata 'hai'.
Bibirnya melengkung membentuk senyuman, sebisa mungkin ia mencoba bersikap ramah agar tidak terkesan buruk di mata Jaemin. Ia merasa sangat malu dengan kelakuannya sekarang. Jika Jeno ada di sini, bersama mereka, sudah dipastikan Xiaojun mendapat ejekan dari Jeno
Jaemin membalas senyuman yang diberikan Xiaojun. Tangannya terangkat, memberikan lambaian kecil pada Xiaojun.
"haii."
Xiaojun merasa lega. Ia kira Jaemin akan merespon buruk dirinya, ternyata yang ada di pikirannya salah.
"jadi.. dimana rumah.. mu?" kikuk Xiaojun. Ia merasa aneh dengan situasi ini. Harusnya dia bertanya terlebih dahulu kepada Jeno dimana rumah Jaemin sebelum ia mengiyakan apa yang diperintahkan Jeno kepadanya.
"eoh.. kau tak tahu? Jeno Hyung tak memberitahumu?"
"tidak" sanggah nya cepat. Toh memang seperti itu nyatanya.
"eoo.. baiklah aku akan mengarahkan jalannya"
"oke"
Xiaojun kembali fokus menyetir mobil sangat pelan agar waktunya bersama Jaemin jadi lebih banyak, ia merasa nyaman dan ingin berteman dengan Jaemin. Xiaojun menjalankan mobilnya mengikuti arahan yang diberikan Jaemin. Selama diperjalanan mereka berbincang-bincang kecil membicarakan tentang hal pribadi mereka atau membahas kehidupan Jeno. Dan tak heran juga sesekali terdengar suara tawa dari belahan bibir mereka.
Perjalanan yang mereka tempuh telah berakhir, Xiaojun menghentikan mobil yang dibawanya tepat didepan rumah Jaemin. Jaemin dengan segera membuka pintu dan turun dari mobil Xiaojun.
"kau tidak ingin masuk dulu Hyung?" tanya Jaemin.
Xiaojun menggeleng pelan dan tersenyum kecut "tidak sekarang tapi lain kali saja" tolak Xiaojun sopan. Bibirnya menyunggingkan senyuman tulus kepada Jaemin.
"baiklah Hyung, lain kali kau harus mampir" Jaemin berucap dengan nada serius.
"ya ya ya" jengah Xiaojun melihat Jaemin yang tengah berekspresi datar kepadanya "baiklah aku akan pulang sekarang, kau masuklah"
"siap Hyung, terimakasih Xiaojun Hyung sudah mengantarku pulang" seru Jaemin sambil melangkah mundur menjauhi mobil yang ditumpanginya.
*
*
*
Jeno mendudukkan dirinya di atas kasur empuk milik Mark. Hari ini ia harus memulai pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Dengan mata setengah mengantuk ia melangkah meninggalkan kasur empuk yang ditiduri nya semalam berjalan menuju kamar mandi.
Setengah jam berlalu. Jeno keluar dari kamar mandi dengan setelan kameja berwarna putih polos dan celana bahan yang senada dengan jas yang tersampir di pundaknya.
Langkah kakinya berjalan pelan menuju ruang makan. Mata sipitnya menangkap seseorang tengah berdiri didepan kompor memakai sebuah apron berwarna hitam melingkari tubuh atletis nya.
Orang itu tidak menyadari kehadiran Jeno diruang makan, tubuh bungsu Jung itu kini telah terduduk di kursi meja makan. Matanya terfokus memperhatikan orang yang tengah sibuk memasak itu.
"Hyung" lama memperhatikan pemuda yang tengah memasak itu membuat Jeno dilanda rasa bosan, ia juga harus segera berangkat bekerja. Dengan suara yang terdengar seperti gumaman Jeno memanggil orang yang sibuk memasak itu agar tidak membuat si empu terkejut. Sontak si pemilik tubuh yang di panggil 'Hyung' oleh Jeno pun langsung menghadap si pengganggu acara memasaknya.
"ada apa?" jawab nya, tubuhnya kembali menghadap kompor melanjutkan acara memasaknya.
"kapan kau datang?" Jeno menatap Mark dengan tatapan bingung, tadi malam ketika akan tidur, ia tidak mendapati Mark berada di apartemen nya. Dan yang dikatakan si sulung Jung, ia akan berangkat lusa, sedangkan kenyataannya si sulung itu sudah sampai di sini, entah sejak kapan, sudah pasti disaat dirinya masih tertidur semalam.
"emm.. " Mark menjeda katanya, dan menyerngitkan keningnya mencoba mengingat "sekitar pukul empat pagi, dan kalau kau ingin bertanya bagaimana aku bisa masuk, itu karena aku tahu pin apartemen ini" sanggah Mark cepat ketika melihat ekspresi bingung adiknya.
"kau makanlah sebelum pergi" Mark meletakkan masakannya di atas meja di depan Jeno. Jeno menatap sekilas Mark dan beralih menatap masakan Mark yang tersaji di depannya. Alisnya menukik sebelah menatap hasil masakan hyungnya itu.
"aku tidak memberi racun di dalam makanan itu" jengah Mark meninggalkan Jeno yang masih terfokus pada hasil masakannya.
Jeno mengalihkan pandangannya, menatap Mark yang berdiri di wastafel untuk mencuci tangannya.
"sejak kapan kau bisa masak Hyung?"Mark mengelap tangannya yang basah menggunakan tisue dan menyimpan tisue yang setengah basah itu di dalam tempat sampah yang terletak di pojok ruangan dapur. Kakinya melangkah mendekat ke meja makan, mendudukkan dirinya tepat di depan Jeno.
"eumm.. semenjak aku disini bersama Mommy, aku selalu membantu Mommy untuk memasak dan juga.. aku sering membereskan isi apartemen untuk Mommy" ujar Mark, tangannya sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya menggunakan sendok.
"cobalah masakan ku itu, kau pasti suka, Mommy memberiku rating 9,5 dari 10 point"
Jeno mengangguk, tangannya meraih sumpit yang terletak di sebelah piringnya. Mengangkat makanan yang dilapisi rumput laut itu di depannya. Mata Jeno menelisik memperhatikan secara detail makanan di depannya matanya itu.
"Kimbab telur? tanya Jeno menukikkan alisnya kepada Mark.
Mark mengangguk, membenarkan ucapan Jeno.
"aku tau kau suka telur jadi aku membuat kimbab telur, awalnya aku berpikir akan membuatkanmu telur gulung, tapi menurutku itu tidak cukup untuk mengganjal perutmu sampai istirahat siang nanti" jelas Mark.
Mark meletakkan sumpitnya di dalam mangkuk kotor bekas makannya. Tangannya mengambil segelas air putih yang telah di siapkan nya tadi, terletak di sebelah mangkuk makannya. Meminum sampai habis air putih itu. Sedangkan Jeno ia telah menyelesaikan acara makannya sejak lima menit lalu. Setelah selesai sarapan, si bungsu Jung itu langsung pergi menuju perusahaan milik Mark. Ia bertekad untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan Mark itu dalam dua minggu, itupun paling lama. Ia tidak ingin meninggalkan sang kekasih terlalu lama, apalagi di hari pertama ia tidak bersama Jaemin, anak manis itu harus berjalan pulang ke rumahnya. Dan sekarang Jaemin pasti sudah menunggunya, merindukan kebersamaan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny Is With You [End]
Teen Fiction"kenapa kalian tidak mendengarkan ku dulu? aku tidak bersalah disini, aku juga tidak tahu jika akan berakhir seperti ini" -Jaemin "aku sudah sejauh ini membawamu, bahkan aku diusir oleh keluarga ku sendiri... kau harus bertahan agar aku memiliki s...