part 3

651 25 0
                                    

*  *  *

*

"kenapa harus melewati jalanan sepi ini? seharusnya aku mengambil jalan umum saja dan aku bisa berjalan tenang tanpa merasa takut seperti ini, tak apa berjalan lebih jauh daripada aku berjalan disini sendirian dengan rasa takut"

"tidakkah kau ingat Jaemin, ini jalanan sepi dan gelap di depan sana juga ada sebuah bar, bisa saja nantinya...?"

"sial sekali dirimu Jaemin, bagaimana bisa kau memilih jalan ini? jika memutar kembali itu akan sangat jauh dan nanggung juga"

Jaemin berjalan dengan terus membatin memikirkan nasibnya yang kelewat sial hari ini.
Tidak henti-hentinya dia merutuki nasibnya.

Jaemin melangkahkan kakinya penuh waspada ketika langkah kakinya melewati beberapa botol soju yang berserakan di tepi jalan. Perasaan takutnya semakin menjadi-jadi kala melewati sebuah gedung. Gedung bar yang sering terjadi hal-hal buruk di sana, seperti pembunuhan dan pemerkosaan. Dan salah satu korban nya adalah teman satu sekolahnya, yang di perkosa dan di bunuh dengan pecahan botol kaca yang tertancap di bagian dadanya. Jaemin memang tidak melihat langsung kejadiannya, tapi semua rumor-rumor yang beredar membuat dirinya yakin dengan kejadian itu. Membayangkan hal itu saja sudah membuatnya bergidik ngeri dan semakin gelisah. Bagaiman jika dia juga bernasib malang seperti orang itu (?) Ahh.. sudahlah Jaemin tidak mau membayangkan dirinya mati konyol di tempat seperti ini. Sudah cukup hal sial yang di lewati nya sedari pagi tadi, ia sudah tidak mau lagi terlibat dengan hal-hal sialan yang menggangu dan merusak kehidupannya nya.

Tentang bar sialan itu, tidakkah polisi terlalu membebaskan tempat itu. Mungkinkah.. pemilik bar itu bekerja sama dengan polisi untuk melindungi tempat kotor itu (?) Setiap penggerebekan dan penggeledahan yang dilakukan polisi selalu saja hasilnya nihil. Sepertinya polisi tidak mempedulikan dan membiarkan pemiliknya terus menjalankan bar itu. Orang kaya selalu saja berkuasa.

Jaemin mempercepat langkahnya dengan berlari kecil dia merasa seperti ada yang sedang mengikutinya. Sesekali ia melirik ke belakang memastikan apa yang dirasakannya. Apa hanya halusinasi nya saja atau benar nyatanya (?) Sudahlah Jaemin tidak tahu karena degup jantungnya menjadi lebih cepat membuatnya gemetaran.

"siapa? apa ada yang mengikutiku?" gumamnya pelan sambil menolehkan kepalanya ke belakang.

Kakinya mulai melangkah menjauh, perasaannya kalut, rasa takut dan panik melanda dirinya. Kepalanya tidak bisa fokus untuk melihat arah jalannya, sesekali ia menoleh kebelakang memastikan bahwa hanya ada dia sendiri di gang gelap ini.

"hilang? apa tadi aku salah lihat?" Jaemin menghentikan langkahnya meraup udara rakus dan melepaskannya guna meredam rasa takutnya.

Tempat yang gelap dan sepi membuatnya kesusahan melihat sekelilingnya dengan jelas. Jaemin tidak menghiraukan hal itu, ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju rumahnya. Ia bernafas lega ketika menyadari apa yang dipikirkan dan dilihatnya tadi salah. Jarak rumahnya juga sudah dekat dengan lokasinya berada sekarang hanya butuh waktu sekitar sepuluh menitan lagi ia sampai disana.

Jaemin sudah merasa aman sekarang. Hal yang dipikirkan nya tadi salah, tidak ada yang mengikutinya ia hanya salah lihat, karena dia terlalu berpikiran buruk.




grepp...

Jaemin tersentak kaget ketika tangannya di tarik mundur menjauhi jalanan menuju rumahnya. Seseorang menarik pergelangan tanganya dengan kuat hingga membuatnya meringis menahan sakit. Dia tidak tahu siapa ini, temaram cahaya lampu membuatnya sulit melihat dengan jelas wajah orang itu. Ia dibawa menjauhi sumber cahaya yang ada disana.

My Destiny Is With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang