Seorang pemuda manis tengah sibuk memilah barang-barang yang tertata rapi di atas rak-rak yang menyusunnya. Tangannya sibuk mencari benda apa saja yang diperlukannya untuk bertahan hidup selama dia ditinggal pergi oleh orang tuanya berkerja. Dia tidak sendiri melainkan di temani oleh sang 'kekasih' yang sudah seminggu bersamanya.
"kenapa kau menaruhnya kembali?" tanya pria dominant itu ketika melihat sang kekasih mengembalikan bungkus makanan yang sudah di ambilnya di letakkan kembali ke rak-rak awalnya.
"tidak apa Hyung" jawabnya dengan wajah masam. Sebelum mendorong troli nya pergi ia sempat melihat harga makanan itu dan ia mengurungkan niatnya untuk membeli nya. Menurutnya makanan itu hanya akan menguras dompetnya.
"kau ambil saja semua yang kau butuhkan Jaemin, aku akan membayarnya untuk mu" ucap pemuda tampan itu sambil mengambil kembali bungkus makanan yang tadi di ambil Jaemin.
"tidak perlu Hyung, aku tidak membutuhkan itu" tolak nya.
"kau yakin?"
"humm... ya" angguknya ragu.
"kenapa kau menjawabnya ragu-ragu?"
"uangku tidak cukup" cicitnya pelan hingga suaranya nyaris tak terdengar.
"asih.. sudah aku katakan aku yang akan membayar nya, kau pilih saja semua yang kau mau"
Jaemin tersenyum senang dan mendorong troli belanjaannya menuju rak-rak yang dipenuhi oleh camilan. Ia membutuhkan camilan untuk temannya menonton dirumah. Selama orangtuanya tidak dirumah ia akan menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan. Belakangan ini sangat jarang dirinya di tinggal bebas seperti ini jadi ia akan memanfaatkan waktunya dengan baik.
Semua keperluan Jaemin sudah dibeli, sesuai dengan perkataan Jeno ialah yang membayarnya untuk Jaemin. Bagi Jeno tidak seberapa uang yang dihabiskaannya untuk Jaemin tapi menurut Jaemin itu cukup banyak, jika ia pakai untuk jajan sekolah itu cukup untuk satu bulan uang jajannya. Sangat disayangkan jika habis untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu penting. Apalagi dengan kondisi keuangan keluarganya, tapi untuk sekarang bodoamat pikir Jaemin selagi bukan menggunakan uang yang dikasi orangtuanya.
Semua barang belanjaan Jaemin ditaruh di dalam bagasi mobil Jeno. Mereka telah menyelesaikan acara belanjanya. Dan untuk sekarang Jaemin harus pulang mengantarkan barang belanjaannya dan juga ia harus mandi sebelum ikut Jeno pulang bertemu keluarga Jeno.
*
*
*
Jaemin dan Jeno sekarang berada di mansion keluarga Jung. Setelah menyelesaikan urusan mereka dirumah Jaemin, Jeno membawa Jaemin ke mansion nya. Mommy Jeno sangat ingin bertemu dengan Jaemin. Jeno menceritakan siapa dan seperti apa Jaemin kepada Taeyong melalui telepon. Ia melakukan itu hampir setiap hari ketika sang Mommy masih di Canada. Taeyong jadi penasaran dengan Jaemin jika ia lihat secara langsung, menurut cerita Jeno anak itu sangat manis dan lucu.
"ayo" Jeno menarik tangan Jaemin untuk berjalan bersamanya memasuki area mansion mewah namun terlihat elegan.
"aku.. " Jaemin menggantung kalimatnya, jujur saja ia merasa gugup untuk bertemu dengan Mommy nya Jeno "aku takut"
"apa yang kau takutkan? tenang saja aku ada bersama mu, Mommy ku juga orang baik dia tidak akan memakanmu" tutur Jeno mengusap punggung tangan Jaemin untuk menghilangkan rasa gugup yang ada pada pemuda manis itu.
Jaemin menatap Jeno rasa gugupnya sedikit berkurang ketika pemuda tampan itu tersenyum lembut kepadanya.
Ia merasa tidak percaya diri jika dihadapkan dengan situasi seperti ini. Bahkan tadi ia membuat 'fake situation' di kamar mandinya, ia berbicara didepan cermin untuk menguatkan mentalnya bertemu dengan Taeyong.
"percaya padaku" Jeno melepaskan genggaman tangannya dari Jaemin, ia menyuruh Jaemin berjalan didepannya. Mungkin itu bisa membuat rasa gugup dan takut Jaemin berkurang.
"seyakin apa kau Hyung?" tanya Jaemin.
"percaya saja padaku"
Jeno mengerti perasaan Jaemin, tidak mudah untuk untuknya bertemu dengan orang yang tidak dikenali nya, apalagi orang itu berstatus sebagai calon mertuanya. Bagaimanapun Jaemin hanya anak sekolah tingkat akhir. Usianya juga masih muda. Masih labil. Tapi Jeno suka.
*
*
*
Jaemin duduk bertepatan di sebelah Jeno. Ia menatap ragu dua orang yang sedang memandanginya dengan tatap menyidik. Bisa dipastikan mereka adalah Mommy serta Hyungnya Jeno. Sungguh Jaemin tidak bisa bertahan di kondisi seperti ini lebih lama. Ia lebih memilih untuk menempeli Jeno saja daripada terlibat sesuatu dengan dua orang itu. Jika Jeno paham dengan perasaannya harusnya Jeno bisa membawanya pergi dari dua orang ini.
"kenapa kalian menatapnya seperti itu?" celoteh Jeno menatap tajam Hyung serta Mommy nya.
Taeyong tersentak dan langsung mengalihkan pandangannya menatap Jeno. Tatapannya memicing seperti memandang curiga Jeno.
Sedangkan Mark masih saja memandangi Jaemin, bahkan matanya tidak berkedip menatap pemuda manis yang dibawa Jeno pulang. Jaemin tentu risih dengan tatapan itu.
Taeyong yang menyadari reaksi Jaemin yang tidak suka ditatap seperti itu menatap Mark, ia memukul bahu Mark. Tidakkah Mark lihat bahwa Jaemin sudah tidak nyaman terhadapnya.
"kenapa Mommy memukul Mark?" ringis Mark memegangi bekas pukulan Taeyong yang tidak main-main.
"kau tidak lihat? dia tidak nyaman ditatap seperti itu" oceh Taeyong terhadap Mark.
"aish.. maafkan aku"
Mark menundukkan kepalanya kepada Jaemin, ia meminta maaf atas ketidaknyamanan Jaemin, sedangkan Jaemin hanya diam memperhatikan perkelahian kecil didepannya itu. Ia bingung harus merespon seperti apa.
"Mommy hanya memukulmu pelan tapi kau sudah meringis kesakitan seperti itu Hyung, lemah sekali kau" sembur Jeno.
Mark menatap tajam Jeno ia tahu Jeno hanya akan menggodanya.
"kenapa kau mengurus ku?" tukas Mark
"aku tidak me-". "kau manis sekali Jaemin" ucapan Jeno terpotong ketika ia mendengar Mark berbicara kepada Jaemin.
Jeno melongo mendengar penuturan Mark. Mark memuji Jaemin (?) Kenapa Hyungnya itu memuji Jaemin (?) Apa dia juga menyukai Jaemin( (?) Tidak.. Jeno tidak akan membiarkan Jaemin nya direbut oleh Mark.
"kenapa kau memuji kekasihku?" desis Jeno tidak suka.
"karena dia memang manis" ucap Mark polos seperti tidak akan menimbulkan masalah dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.
"kau menyukainya Hyung?" tanya Jeno penasaran "bukankah kau sudah memiliki kekasih di Canada Hyung?"
Mark terdiam, bagaimana adiknya itu tahu bahwa ia memiliki kekasih di Canada. Bahkan Taeyong yang ikut bersamanya ke Canada saja tidak tahu bahwa sang putra sulung memiliki kekasih di kota besar itu.
"apa yang dikatakan Jeno benar Mark?" Tanya Taeyong, ia ingin memastikan kebenaran dari informasi yang di katakan Jeno.
"benar Mommy, Lu-" . "terserah aku mau mandi" pamit Mark lalu berjalan meninggalkan ketiga orang yang berbeda umur itu di ruang tamu. Jika ia bertahan lebih lama disana bisa saja Jeno membongkar semua rahasia pribadinya. Mark tidak suka itu terjadi.
Taeyong memperhatikan tingkah anak sulungnya itu. Jadi selama dua minggu itu dia tidak mengetahui apapun tentang putra sulungnya. Pintar sekali si sulung Jung itu menyembunyikan sesuatu.
"jadi bagaimana kau bisa tahu Jeno?" tanya Taeyong, ia berharap Jeno akan memberitahunya.
Jeno tersenyum kikuk, melihat reaksi Mark tadi sepertinya si Sulung Jung itu tidak mau memberitahu siapapun tentang itu.
"aku tidak tahu, Mommy tanya saja kepada Hyung langsung"
Jeno menarik tangan Jaemin untuk kabur dari Mommy nya. Taeyong tidak suka jika ada orang yang menggantung berita seperti ini. Ia sangat ingin tahu semuanya, apalagi itu terkait tentang anak-anaknya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny Is With You [End]
Teen Fiction"kenapa kalian tidak mendengarkan ku dulu? aku tidak bersalah disini, aku juga tidak tahu jika akan berakhir seperti ini" -Jaemin "aku sudah sejauh ini membawamu, bahkan aku diusir oleh keluarga ku sendiri... kau harus bertahan agar aku memiliki s...