* * *
*
"JENO!!" teriakan menggema itu sukses membuat si empu nama tersadar dari acara mimpi indahnya.
Taeyong, selaku pemilik suara dengan penuh rasa kesal memukul anak bungsunya itu dengan bantal, ia juga menarik selimut yang Jeno kenakan agar anak itu segera bangun dari tidurnya.
Jeno mengedipkan matanya berkali-kali mencoba menetralkan cahaya yang masuk ke retinanya. Hal pertama yang Jeno lihat adalah Mommy nya yang sedak berkacak pinggang di depan ranjang tidurnya.
"tunggu lima menit lagi Mom" pinta Jeno.
Bungsu Jung itu kembali menutup matanya. Walaupun selimutnya sudah di tarik jauh oleh Taeyong, pemuda itu berusaha menarik-nariknya kembali menggunakan kakinya.
Taeyong tercengang melihat kelakuan anak bungsunya itu. Entah perangai siapa yang ditiru Jeno.
"kau tidak mau bangun Jung Jeno?" ucap Taeyong dengan menyebut nama anak bungsunya itu lengkap dengan marga yang dimilikinya.
Mendengar namanya diucapkan secara lengkap membuat Jeno segera mendudukkan diri diatas kasur. Satu hal yang ia tahu bahwa jika Taeyong sudah memanggil seseorang dengan nama lengkapnya berarti lelaki manis itu sudah berada pada ambang kekesalan yang memuncak. Terakhir kali Jeno mendapatkan panggilan lengkap dari sang Mommy adalah ketika ia berada di apartemen miliknya dan tidak mau kembali ke mansion keluarganya lebih dari satu minggu.
Hal itu membuat Taeyong marah dan menarik paksa Jeno keluar dari apartemen nya. Kali ini Jeno tidak ingin kejadian itu terulang lagi. Ia tidak ingin Mommy marah-marah di pagi hari ini.
"baiklah Mommy ku sayang, Jeno akan pergi mandi"
Jeno menyingkap selimutnya ia berdiri di depan Taeyong dan mencium pipi Taeyong sebagai ucapan 'selamat pagi'nya. Setelahnya ia langsung berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruangan kamarnya. Jeno harus segera membersihkan badannya agar ia bisa cepat pergi bekerja.
Taeyong menuruni tangga rumah dengan hati-hati, Jaehyun sang kepala keluarga serta Mark si anak sulung keluarga Jung sudah menunggu di ruang makan. Setelah selesai memasak makanan di pagi pagi buta ia langsung membangunkan semua anggota keluarga, Taeyong sudah terbiasa memasak di mansion mewah itu sendiri. Ia juga tidak lupa mengurus suami serta dua anaknya. Walaupun Mark dan Jeno sudah dewasa dimata Taeyong mereka masihlah anak kecil.
Jeno menampakkan dirinya di ruang makan keluarga dengan setelan jas formalnya. Setengah jam lebih Jeno menghabiskan waktu untuk acara bersih-bersih nya. Sedangkan anggota keluarga lain menunggunya di ruang makan sambil menahan lapar. Biasanya mereka akan makan bersama di pagi dan malam hari.
"Jeno kau mau ke rumahnya uncle Yuta?" tanya Mark memulai pembicaraan.
Si sulung keluarga Jung itu nampak bersemangat menikmati makanannya.
"enak sekali makanan Mommy" celoteh Mark dengan mulut yang berisikan makanan.
"mungkin?" jawab Jeno ragu menatap Mark.
Mark yang mendengar penuturan adiknya itu langsung mengalihkan pandangannya menatap Jeno. Alisnya terangkat dan bertaut, tatapannya seperti bertanya 'ada apa? kenapa kau menjawab mungkin?'.
"dia marah padaku" ujar Jeno. Ia sudah seperti cenayang yang mengetahui isi pikiran Mark.
"marah?" tanya Mark.
Mark menghentikan acara makannya, sendok serta garpu nya ia letakkan di sebelah piring. Matanya menatap intens sang adik untuk menunggu jawaban yang akan di berikan oleh adik satu-satunya itu. Mark menyimak Jeno dengan perhatian yang penuh kepadanya.
Jaehyun dan Taeyong hanya memperhatikan interaksi keduanya. Mereka masih melanjutkan acara makannya, tidak ada rasa penasaran sedikitpun di hati mereka tentang hubungan Jeno dan Jaemin yang sedikit merenggang. Bagaimanapun itu bukanlah urusan mereka, permasalahan itu di buat oleh anak-anak jadi mereka lah yang harus menyelesaikannya. Mereka akan turut ikut campur jika itu hal yang benar-benar mendesak atau ketika campur tangan mereka diperlukan.
"aku tidak akan memberitahumu alasannya Hyung" sergah Jeno.
Jeno melanjutkan acara makannya tanpa mempedulikan tatapan Mark yang nampak kesal. Mark melanjutkan acara makannya yang sempat terhenti, sedangkan Jeno, ia memakan makannya dengan penuh nikmat tanpa merasa bersalah telah membuat Mark kesal.
"kau tidak asik sekali Jeno"
Mark mendentingkan sendoknya dengan keras ke piring, ia benar-benar kesal kepada Jeno.
"biar aku saja yang pergi ke rumah uncle Yuta" tawar Mark.
Mark telah menghabiskan makannya. Ia menatap Jeno dengan tatapan menantang.
"tidak, tidak boleh" larang Jeno. Tatapan Jeno menajam melihat Mark yang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan ruang makan.
"kenapa tidak? kau tadi hanya menjawab mungkin untuk menjemputnya jadi biarkan aku saja yang pergi"
"tidak, Daddy dan Appa nya Jaemin menjodohkan ku dengannya jadi kau tidak boleh menjemputnya biar aku saja yang pergi"
"biar aku saja" Mark tetap bersikeras ingin menjemput Jaemin. Ia sangat keras kepala sekali walau Jeno sudah melarangnya.
"tidak Hyung"
"izinkan aku sekali saja"
"tidak"
"sekali saja"
Tidak ingin ditolak lagi oleh Jeno, Mark menampilkan wajah imutnya di depan Jeno, ia mengedipkan matanya berkali-kali berharap Jeno tergoda dengan hal itu.
Jeno membuang muka malas. Risih sekali melihat Mark seperti itu. Sangat bukan dirinya sekali.
"kau menyukai Jaemin juga Hyung?" mata Jeno menyipit curiga menatap Mark.
Mark yang ditahan seperti itu hanya menggedik kan bahunya acuh. Mark hanya ingin tahu seberapa sayangnya Jeno kepada Jaemin. Ternyata hal yang dilakukan Mark sedikit berpengaruh, terlihat dari cara Jeno bersikeras melarangnya untuk menjemput sang kekasih.
"lalu untuk apa kau bersikeras ingin pergi ke rumah Jaemin? bagaimana jika kekasihmu tau hal ini? bisa-bisa Jaemin diamuk olehnya"
"aku hanya ingin lebih mengenalnya lagipula siapa yang kau bilang kekasihku?"
"orang ya-"
"hentikan, sudah.. Mark jangan terus-terusan menggoda adikmu, sekarang pergilah bekerja jika kalian sudah selesai sarapan"
Ucapan Jeno terpotong kala Taeyong menyela nya. Telinga Taeyong sudah memanas mendengar pembicaraan yang tidak penting ini. Ia tahu bahwa Jeno mencintai anak dari sahabatnya itu. Baru kali ini Jeno mencintai seseorang dengan begitu tulusnya.
Sudah lama Jeno mengunci hatinya, ia tidak ingin tersakiti untuk yang kesekian kalinya lagi. Ia belum siap untuk mencintai siapapun lagi. Namun, ketika ia melihat Jaemin perasaan nya berubah, rasa ingin memiliki pemuda manis itu bergejolak didalam hatinya.
"baiklah Mommy Daddy Jeno pamit pergi dulu" Jeno beranjak dari duduknya dan langsung berjalan bergegas menuju pintu, meninggalkan tiga orang dewasa yang hanya memperhatikan kepergiannya.
Mark mengalihkan pandangannya, ia menatap Jaehyun dan Taeyong bergantian. Sedangkan keduanya tidak terlalu mempedulikan tatapan Mark.
"Dad Mom, Mark juga mau Jaemin" ucap Mark lirih dengan suara pelan.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny Is With You [End]
Teen Fiction"kenapa kalian tidak mendengarkan ku dulu? aku tidak bersalah disini, aku juga tidak tahu jika akan berakhir seperti ini" -Jaemin "aku sudah sejauh ini membawamu, bahkan aku diusir oleh keluarga ku sendiri... kau harus bertahan agar aku memiliki s...