part 36

443 11 0
                                    

*  *  *

*

"AKU TIDAK MAU!!" suara melengking itu keluar dari belah bibir anak bungsu keluarga Seo. Seo Haechan, pemuda itulah pelakunya.

"kenapa harus Haechan?" kini suaranya terdengar lirih namun tegas.

Ia berusaha menahan emosinya, ia bisa saja mengamuk dan mengumpati orang yang ada didepannya, namun karena Mae nya ia menahan tingkahnya.

"Haechan, tenanglah nak" pinta Taeyong, bisa ia lihat saat ini Haechan benar-benar berada dalam emosi yang memuncak.

"tapi Haechan tidak mau, TIDAK MAU" ucapnya dengan emosi yang mendominasi.

Haechan menatap sengit kedua anak keluarga Jung yang duduk didepannya. Tatapan yang penuh ketidaksukaan.

Johnny hanya menatap datar anakny memiliki emosi sebanding dengan dirinya. Sangat keras kepala dan susah diatur.

Melihat keterdiaman semua orang yang ada diruang tamu kediaman Nakamoto membuat Haechan menghembuskan nafas kasar, ia harus menahan emosi dan lebih sabar untuk menghadapi situasi ini.
Jika tidak ia hanya akan mempermalukan orangtuanya.

"tidak bisakah aku menentukan masa depanku sendiri?" Kini suaranya terdengar lebih santai. Walau terselip rasa kesal dalam nada bicaranya.

Johnny merangkul pundak anaknya dan menepuknya pelan-pelan berusaha menenangkan anaknya.

"Haechan tau? ini adalah pilihan terakhirnya, jika Haechan menolak, kerugian yang ditanggung akan sangat besar dan mungkin juga akan berdampak pada Jaemin, karena Jaemin, semuanya jadi berantakan seperti ini" jelas Johnny.

"Jaemin?" gumam Haechan dengan suara pelan.

Haechan menengadahkan kepalanya menatap semua orang yang ada disana satu persatu dengan detak jantung yang tidak normal, sangat tidak normal.

"dimana Jaemin?" tanyanya dengan raut wajah penuh emosi dan kekhawatiran.

Sepertinya anak itu kembali dirundung amarah. Kini kakinya melangkah perlahan mendekati Yuta dan Winwin yang duduk dengan santai. Seolah tidak terjadi apa-apa disana.

"Eomma Winie dimana Jaemin?"

Winwin hanya diam menatap Haechan, lidahnya benar-benar kelu tenggorokannya terasa kering tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Apa yang harus ia jawab (?) Jujur ia pun tidak tahu dimana Jaemin sekarang. Entah dimana anak itu tidur semalam, ia tidak tahu.

Melihat keterdiaman Winwin, kini Haechan beralih menatap Yuta yang nampak murung, mungkin ia memikirkan dimana keberadaan Jaemin sekarang.

"dimana Jaemin uncle Yuta?" Haechan beralih bertanya pada Yuta. Ia berharap kali ini ia bisa mendapatkan informasi dimana keberadaan Jaemin.

Namun nihil, pertanyaan yang sama pada orang yang berbeda pun berakhir tanpa jawaban, ia hanya mendapat keterdiaman dan ia bisa menangkap jawabannya dari situ.

Kini mata Haechan beralih pada Jeno, ya mungkin Jeno tau dimana Jaemin karena status mereka sebagai sepasang kekasih, dan mungkin juga Jaemin semalam berada di apartemen Jeno.

"Hyung, dimana Jaemin?" suara Haechan kembali melunak, air matanya tertahan dipelupuk matanya, ia benar-benar takut terjadi sesuatu kepada Jaemin dan anaknya.

Jeno terdiam, apa yang harus ia katakan (?) Mungkinkah ia jujur bahwa semalam Jaemin memang pergi ke apartemen nya dan dia tidak mau menerima keberadaan Jaemin lalu mengusirnya dari sana. Jawaban itukah yang dibutuhkan Haechan (?)

"kenapa kalian semua hanya diam? setidaknya beritahu aku dimana dia dan setelah itu kalian bebas melakukan apa saja aku akan menerimanya" ucap Haechan setengah membentak.

Rasa sesak didadanya semakin menumpuk.

"tadi malam dia memang datang ke apartemen ku, aku membiarkan nya masuk untuk mendengar penjelasannya, tapi dia tidak menjelaskan apapun  jadi aku menyuruhnya pergi, tidak mungkin aku menerimanya, mungkin saja ayah dari anak yang ada di perutnya bisa menampungnya, jadi aku menyuruhnya pergi" jelas Jeno. Ia tidak ingin Haechan semakin mengamuk disini karena belum mendapatkan informasi yang dia inginkan.

"kenapa kau peduli kepada anak sialan itu, tidakkah cukup kau merasa terbebani selama ini karena dirinya?" ketus Yuta.

"sialan" desis nya tidak suka mendengar setiap kata yang keluar dari belah bibir Jeno, Haechan menatap tajam Yuta yang berbicara seenaknya saja itu.

"uncle Yuta, kau orangtuanya kau yang sudah merawatnya sejak kecil"

"aku tau seperti apa jaemin itu, jadi berhentilah mengatainya 'anak sialan' bukan keinginannya untuk hidup seperti ini dan juga bukan keinginannya untuk terlahir jika hanya mendapat cacian seperti itu" suara Haechan kembali melunak dengan tangan yang mengepal, mencoba menahan emosi.

"jika dia tahu ia akan hidup seperti ini mungkin dia takkan pernah meminta untuk dilahirkan dan bukankah kalian yang sangat menginginkan seorang anak, lalu sekarang apa? kalian mengusir bahkan mengatainya"

"harusnya kalian mendengarkan semua penjelasannya dan mencoba mencari tahu akar masalahnya, setelah terungkap baru kalian bisa menghakiminya"

"sebagai orangtua bukankah kalian tahu seperti apa sifat Jaemin, selama ini dia tumbuh dan berkembang bersama kalian, orangtuanya"

"dan satu hal lagi jika terjadi apa-apa pada Jaemin aku tidak akan memafkan kalian, karena aku tahu Jaemin itu seperti apa, dia tidak mungkin melakukan ini, brengsek"

Setelah mengeluarkan semua unek-uneknya Haechan memilih meninggalkan semua orang dewasa itu. Sangat tidak mungkin baginya tetap berada disina sedangkan Jaemin entah bagaimana diluaran sana.

"kau mau kema Haechan?" tanya Johnny ketika melihat anaknya keluar dari pintu.

Haechan abai, ia sudah tidak peduli, bahkan air mata yang ditahannya tadi sudah tumpah membasahi pipinya. Ia kira ia bisa hidup dengan damai menikmati masa mudanya, ia bisa menentukan masa depannya sendiri, namun perkataan orangtuanya tadi membuatnya kecewa, sangat kecewa.

Kenyataan Jaemin yang diusir dari rumah membuatnya sakit hati, bagaimana tidak (?) Keadaan Jaemin saat ini tidak memungkinkan untuknya berkeliaran tidak tentu arah. Dimana Jaemin sekarang (?) Bagaimana keadaan Janin Jaemin (?) Bagaimana keadaan mereka berdua (?)

Haechan benar-benar khawatir pada Jaemin. Ia tidak tahu, bagaimana jika yang berada pada posisi Jaemin sekarang adalah dirinya, bagaimana jika Haechan yang menjalani kehidupan Jaemin (?) Sanggupkah ia bertahan (?) Ternyata Jaemin sekuat itu menerima semuanya sendirian. Bahkan anak itu menutupi segalanya dari orang lain. Kenapa Jaemin tidak menceritakannya (?) Harusnya dulu Jaemin menceritakan segalanya agar mereka bisa menemukan jawabannya bersama-sama. Jika Jaemin menceritakannya dari awal pasti masalahnya tidak akan seribet sekarang.

"dimana kau sekarang Jaemin?" gumam Haechan.

Haechan terus menyusuri jalanan yang sedang  terik, peluh mulai menghiasi kulitnya. Ia tidak tahu harus pergi kemana karena bingung. Ia hanya mengikuti kemana langkah kakinya ingin pergi.

Pulang kerumah (?) Untuk saat ini ia ingin menjauh dari orangtuanya yang siap menikahkannya di hari pernikahan Jaemin, ia akan menjadi pengganti Jaemin. Menolak (?) Sudah ia coba namun karena nama Jaemin terseret dalam penolakannya jadi ia lebih memilih untuk mengikuti alurnya saja.

"Mark ya? seperti apa dia?"

"kenapa mereka melibatkan Jaemin yang sudah pergi"

"jika terjadi sesuatu kepada Jaemin aku tidak akan memaafkan mereka" batin Haechan.

Bagaimanapun ia menerima pernikahan ini untuk  melindungi Jaemin. Ia tidak ingin lagi Jaemin dalam masalah jika ia menolak. Sudah cukup Jaemin merasakan sakit selama ini, untuk sementara ia akan menggantikan keadaan Jaemin. Ia akan menjadi tameng Jaemin.

My Destiny Is With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang