part 22

314 6 0
                                    

*  *  *

*


Suasana malam yang dingin membuat dua insan yang sedang dilanda gelisah tidak ada yang berniat memulai pembicaraan. Sang dominan tengah dilema dengan pikiran dan hatinya.

Jeno hanya tidak ingin meninggalkan kekasih mungilnya, ia benar-benar menyayangi bocah manis itu. Hubungan mereka yang semakin dekat membuatnya ingin selalu berada dalam lingkungan yang sama dengan pujaannya itu.

Jeno menghentikan laju mobilnya ketika sudah sampai di gerbang rumah Jaemin. Kepalanya menoleh kepada Jaemin dan tatapannya bertemu dengan Jaemin. Jeno menampilkan senyuman manisnya, matanya ikut melengkung kebawah.

"sudah sampai" ucapnya dengan binar bahagia "hati-hati dan sampai jumpa lagi"

Jaemin membalas semua ucapan Jeno dengan anggukan, sebisa mungkin ia menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"iya Hyung"

Suasana hati Jaemin jadi tak menentu, padahal awalnya ia biasa saja dengan rencana perginya Jeno, tapi sekarang ia jadi sedih sendiri. Jeno melihat raut kesedihan yang dipancarkan Jaemin, ia merasa bersalah.

"maafkan Hyung Jaemin"

"Hyung janji tidak akan lama" Jeno menampilkan senyuman tulusnya. Jika bukan di suruh orangtuanya sudah pasti ia akan menolak mentah-mentah permintaan ini.

"sudah tidak apa Hyung, aku disini tidak sendiri, masih ada teman-temanku yang akan sering menemaniku"

Jeno mengangguk paham. Jaemin membuka pintu mobil dan melangkahkan kakinya ke luar.

"hati-hati lah Hyung" ucap Jaemin melambaikan tangannya.

Jeno membalas dengan anggukan. Mobilnya perlahan melaju meninggalkan area rumah Jaemin. Tatapan Jaemin menjadi sendu. Tidak rela rasanya jika di tinggal pergi oleh Jeno, walaupun kepergian pemuda itu untuk mengurus pekerjaan, tapi tetap saja rasanya tidak rela.

"kenapa aku jadi sedih? padahal dia hanya pergi sebentar" keluh Jaemin mengingat dirinya yang tengah bimbang.

"anehnya"

Jaemin berjalan memasuki rumahnya. Cuaca diluar sedang tidak bagus, hembusan angin di luar membuatnya meremang dan bergidik karena dinginnya udara langsung merasuk ke kulitnya yang hanya dilapisi pakaian yang tipis.

*

*

*

Jaemin tersentak dari tidurnya, perutnya terasa mual, rasa sakit mendera kepalanya. Ia langsung berlari ke kamar mandi guna mengeluarkan isi perutnya. Tubuhnya meluruh di depan toilet memuntahkan isi perutnya ke dalam closet. Tangannya tertahan memegangi perutnya, menekan kuat untuk meredam rasa sakitnya. Rasa mual yang mendera membuatnya benar-benar lemas.

Punggungnya di sandarkan pada dinding kamar mandi. Tubuh kecilnya terasa berat untuk dibawa berdiri. Ia butuh istirahat sejenak untuk mengembalikan tenaganya yang hilang saat memuntahkan isi perutnya.

Jaemin memejamkan matanya, tangannya mengepal erat, perutnya kembali terasa mual. Tubuhnya membungkuk di depan closet. Semua makanan yang dimakannya semalam dimuntahkan nya ke dalam closet. Rasa sakit di kepalanya sudah berkurang, hanya saja perutnya terus terasa mual.

Jaemin menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Matanya menerawang melihat sekelilingnya. Suasananya terasa sepi, sangat sepi, matanya menangkap jam weker di atas nakas. Tubuhnya dibawa beringsut mundur pada sandaran kasur.

My Destiny Is With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang