* * *
*
Netra seindah permata itu memerah menahan gejolak emosi dan rasa sesak yang teramat menyakitkan didadanya. Pikirannya kembali terlarut mengingat nasib sial yang menimpanya sekitar sebulan yang lalu. Usahanya untuk melupakan kejadian itu selalu saja gagal, entah bagaimana kejadian itu terus saja teringat olehnya bahkan terbawa ke alam mimpinya membuat dirinya semakin takut jika ada orang lain yang mengetahui itu selain dirinya.
"aku kotor" lirihnya dengan nada yang begitu menyedihkan.
Jaemin bangkit dari kasurnya karena merasa mual. Beberapa hari ini ia mengalami mual, ia pikir ini mungkin terjadi karena dirinya yang kelelahan. Beberapa minggu belakangan ini dirinya terlalu memaksakan diri untuk belajar mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir sekolah. Ia ingin membuat orangtuanya bangga dengan pencapaiannya nanti. Bukan kecewa kepadanya, hanya ia yang menjadi harapan orangtuanya jadi ia harus membuat orangtuanya bahagia.
Satu bulan berlalu, hubungan yang awalnya sedikit merenggang kini kembali baik-baik saja. Jaemin dan Jeno sering menghabiskan waktu bersama entah itu dengan pergi berjalan-jalan ataupun bermain di taman hiburan. Jeno merasa bahagia karena sekarang sangat dekat dengan Jaemin. Begitupun dengan Jaemin dirinya benar-benar mencintai pria jangkung itu.
Pagi ini Jeno bersiap-bersiap untuk segera berangkat ke perusahaan miliknya. Beberapa minggu belakangan ini dia jarang datang ke perusahaan mengurus pekerjaannya. Dan pastinya sekarang sudah banyak berkas-berkas penting menumpuk di atas meja kerjanya untuk segera di urus. Ia patut bersyukur karena Mark, Hyungnya mau membantu walaupun hanya sedikit bantuan dari nya dan itu juga berdampak terhadap pekerjaannya hari ini. Sang asisten pribadi juga ikut andil mengelola pekerjaan yang ditinggalkannya.
Tatapan datar namun tajam terfokus lurus kedepan, menghiraukan sapaan yang mengalum di telinganya. Ia terlihat seperti orang kaya nan sombong, tapi semua karyawan tahu seperti apa bosnya itu, ia tidak akan menjawab apapun kecuali orang atau pembicaraan itu penting baginya.
"JENO!!" teriak salah satu karyawan kantor yang baru saja keluar dari area kantin.
Matanya tidak sengaja menangkap sang CEO perusahaan yang tengah berjalan serius menuju ruang kerjanya.
Jeno berdecak kesal melihat sang sahabat, sekaligus asisten pribadinya tengah berjalan santai menghampirinya dengan dua gelas minuman di tangannya.
"selamat pagi CEO Jung Jeno yang terhormat" sapanya dengan menyodorkan satu minuman yang dibawanya tadi.
"ada apa?" tanya Jeno datar seperti tidak minat melakukan pembicaraan ini.
Tangannya meraih gelas minuman yang disodorkan kepadanya. Setelah gelas minuman itu berada di tangannya langkahnya kembali berlanjut menuju ruangan pribadi nya yang sejak awal menjadi tujuannya untuk datang ke sini, sudah pasti kursi kebesarannya sedang menunggu dan terasa dingin karena sudah beberapa hari ini dia tidak menempatinya, ia terlalu sibuk memperbaiki hubungan 'percintaannya'.
"waw! kau cuek sekali kepadaku" ucap asisten pribadinya.
"tunggu jangan meninggalkanku disini" pekiknya ketika melihat Jeno melangkah pergi meninggalkan nya.
"jangan berteriak Xiaojun" peringatnya.
Xiaonjun, sang asisten berjalan menyusul Jeno ke ruang kerja pribadi milik Jeno, bukan hal yang aneh lagi jika Xiaojun bisa menguntiti Jeno sampai ke dalam ruangannya.
"bagaimana perkerjanmu dan Hyung ku selama aku tidak ada?" tanya Jeno ketika Xiaojun baru melangkahkan kakinya memasuki ruangan kerja Jeno .
Xiaojun mendengus kesal dan menutup pintu dengan sedikit kasar.
"kau tidak memiliki hati, seharusnya kau menawari ku untuk duduk , baru bertanya tentang pekerjaan"
"untuk apa aku menawarimu duduk jika kau saja bisa masuk ruangan ku dengan seenaknya" sarkas Jeno.
Xiaojun bungkam, namun langkahnya berjalan menuju sofa yang ada di pojok ruangan itu.
Jeno mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya, tangannya mulai sibuk memilah berkas-berkas yang ada dia tas mejanya.
"kau.. kenapa kau jadi seperti ini? apa yang salah denganmu?" tanya Xiaojun yang mulai emosi, entahlah pagi ini suasana hatinya sedang kurang baik karena selama Jeno tidak datang ke kantor ia jadi repot sendiri dan jarang bertemu kekasihnya.
"aku baik-baik saja jadi kau pergilah aku harus mengurus pekerjaanku, aku sangat sibuk sekarang" usir Jeno tanpa mengalihkan perhatiannya dari berkas-berkas kerjanya.
"kau mengusirku?"
Xiaojun memutar bola matanya malas, kakinya melangkah keluar ruangan Jeno, pikirnya karena Jeno sudah berada disini berarti dia bisa bebas pergi keluar tanpa harus bekerja untuk hari ini. Sudah hampir dua minggu ini ia jarang bertemu kekasihnya dan semua waktunya habis ia pakai untuk bekerja lembur mengurus perusahaan Jeno. Mark yang dipercayakan Jeno untuk membantunya pun sangat jarang ikut lembur bersamanya, hampir tidak pernah karena Mark memberikan semua pekerjaanya kepada Xiaojun ketika sudah lewat jam makan siang.
"oh iya Tuan Jung Jeno yang terhormat, asisten pribadi mu ini butuh istirahat dan juga jangan lupakan gaji kerja lembur nya selama dua minggu ini" ucap Xiaojun sebelum menghilang dibalik pintu.
Jeno mengerutkan alisnya
"kenapa dia lembur?" monolog Jeno.
*
*
*
Jaemin mengaduk-aduk makanannya, jam istirahat sekolah sudah berjalan sejak lima belas menit lalu, namun Jaemin belum memakan makanannya sedikitpun. Haechan yang sedari tadi duduk menemaninya telah memakan habis makanannya.
"ada apa denganmu?" tanya Haechan yang penasaran dengan sikap Jaemin.
Jaemin mengalihkan pandangannya menatap Haechan, ia menggeleng guna menjawab pertanyaan yang dilontarkan pemuda berkulit Tan di depannya.
"kau masih memikirkan Renjun? bagaimana bisa kau mempedulikannya sedangkan dia saja tidak peduli denganmu, dia hanya gengsi bukan marah" jelas Haechan.
Hubungan persahabatan Jaemin dan Renjun merenggang karena kejadian dimana Jaemin menghilangkan laporan praktek kelompok mereka. Semenjak kejadian itu mereka tidak pernah lagi memulai pembicaraan, bagaimana pun Renjun korban disini, Renjun terpaksa harus mengosongkan nilai satu mata pelajaran karena ia tidak melengkapi tugas yang diberikan dan itu semua kesalahan nya.
"bukan itu, tapi itu salah satunya" jawab Jaemin jujur.
Yang ada dipikiran Jaemin bukan hanya tentang hubungan nya dengan Renjun tapi dia juga pikirannya tentang perut serta kepalanya yang belakangan ini terasa sakit. Apa dia memiliki penyakit (?)
"ada yang lain juga? kalau kau ada masalah ceritakan saja padaku, siapa tahu aku bisa membantumu"
"aku tidak punya masalah yang perlu di ceritakan, hanya saja belakangan ini aku kurang enak badan"
Memang keadaan Jaemin belakangan ini selalu tidak karuan, makanannya selalu bersisa, bahkan ia juga jarang makan karena perutnya sedang tidak ingin diisi.
"kau sakit?"
"tidak, hanya kurang enak badan"
Haechan menghembuskan nafas kasar. Sangat berbelit sekali ketika berbicara dengan Jaemin, apalagi menyangkut kesehatannya, ia seperti tidak terlalu peduli terhadap kesehatannya. Jaemin selalu menyembunyikan sakitnya. Ia selalu berusaha terlihat tegar dalam kondisi apapun.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny Is With You [End]
Teen Fiction"kenapa kalian tidak mendengarkan ku dulu? aku tidak bersalah disini, aku juga tidak tahu jika akan berakhir seperti ini" -Jaemin "aku sudah sejauh ini membawamu, bahkan aku diusir oleh keluarga ku sendiri... kau harus bertahan agar aku memiliki s...