Prolog

1.8K 78 0
                                    

Setelah berjam-jam terkunci di bilik toilet, Jihan mendengar samar suara laki-laki yang mungkin sedang melewati pintu utama toilet.

"Seseorang... tolong buka pintunya!" Jihan berteriak seraya menggedor pintu toilet.

"Gue kayak denger suara" ucap Genta menghentikan langkahnya, membuat Raven dan Hakkan menoleh.

"Tolong bukain pintunya!"

"Eh iya" ucap Raven membenarkan. "Jangan-jangan demit penunggu toilet" bisik Raven yang tiba-tiba merinding. Mengingat toilet itu jarang digunakan, ditambah lagi suasana sekolah yang sudah sore, hampir gelap dan sepi. Hanya beberapa saja tersisa---itu pun mereka yang mengikuti ekskul.

Mengabaikan racauan Raven, Genta melangkah masuk ke toilet. Dan suara itu semakin jelas terdengar.

Genta mengambil tongkat pel-pelan yang menahan gagang pintu itu dan melemparnya asal kemudian membuka pintu di depannya.

Melihat pintu sudah terbuka, Jihan langsung keluar dari bilik toilet itu dalam kondisi seragam basah dengan noda kecokelatan yang mengotorinya.

"Terimakasih" ucap Jihan menundukkan wajahnya seraya membenarkan letak kacamatanya kemudian melangkah keluar melewati pintu utama toilet.

Raven dan Hakkan ikut memandang ke arah Jihan yang tadi melewatinya begitu saja.

Raven menyikut lengan Genta, memberinya kode.

"Apa?" Tanya Genta tak paham.

"Kesempatan emas buat pdkt" bisik Raven kemudian merangkul Hakkan, melangkah menuju parkiran, meninggalkan Genta yang masih loading.

"Aish..." Genta mengernyit setelah berhasil mengingat.

°°°°°°

Jihan menatap jalan raya yang sudah sepi, tak ada angkutan umum yang lewat. Tentu saja, karena hari sudah gelap.

Suara klakson membuat Jihan terkejut dan sontak menoleh.

"Buruan naik!" Genta menginterupsikan Jihan untuk naik ke atas motornya.

"Nggak usah, makasih" ucap Jihan dengan gelengan kemudian mengeluarkan ponselnya, hendak menghubungi seseorang. Namun, Genta lebih dulu merampas ponsel itu.

"Naik, atau HP lo gue bawa?" Ucap Genta kemudian memasukkan ponsel Jihan ke dalam saku jaketnya.

"Yaudah..." Genta menarik tuas gasnya membuat Jihan bersuara.

"Tunggu" cegah Jihan sedikit berlari, mengejar Genta yang belum jauh.

"Yaudah, buruan naik!"

Jihan menghembuskan napas berat sebelum akhirnya naik ke atas motor, membonceng Genta.

"Gila banget nggak sih, kalau Genta beneran jadian ama si cupu?" Celoteh Raven yang baru saja memotret Genta yang memberi tumpangan pada Jihan, kemudian menunjukkannya pada Hakkan yang hendak melajukan motornya.

"Gue upload ah, buat kenang-kenangan" ucap Raven yang tak digubris Hakkan. Laki-laki itu melajukan motornya, tak menanggapi Raven yang masih berceloteh di belakangnya.

Dilain sisi, seorang gadis menggertakan giginya. Merasa jengkel saat melihat foto orang yang ia sukai bersama gadis lain.


The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang