TFOA-33

440 33 0
                                    

Area 21+
Belum cukup umur silakan menjauh. Skip chapter ini. Oke anak-anak~😉

.

.

.

Happy reading~


5 bulan telah berlalu. Dan selama itu pula Irene terkurung dalam ruangan bernuansa gelap itu.

"Sayang... kau harus makan" ucap Arkhan yang tak lain adalah Papa tiri Irene. Pria itu mendekatkan sendok ke mulut Irene untuk menyuapinya.

Irene mengatupkan mulutnya rapat, masih dengan memalingkan wajahnya dari Arkhan. Ia sama sekali tidak mau melihat wajah Arkhan. Muak. Kesal. Marah. Jijik. Itu yang Irene rasakan.

Arkhan menghembuskan napas pelan. Mencoba untuk sabar dengan sikap Irene yang lagi-lagi mode mogok makan. Bahkan ia yang sedang sibuk mengurus pekerjaan di kantor menyempatkan diri untuk datang karena bawahannya mengabari kalau Irene belum makan sejak pagi. 

"Ingat, sayang... di sini ada bayi kita" ucapnya seraya mengelus perut Irene yang kini sudah membuncit. "Kau dan anak kita harus tetap sehat. Aku tidak ingin salah satu dari kalian sakit"

Irene mengangkat wajahnya, meski jijik ia menatap wajah Arkhan dengan tatapan memohon. "Please... lepasin gue. Gue janji nggak akan gugurin bayi ini asalkan lo lepasin gue" mohon Irene dengan air mata berlinang. Hal itu membuat Arkhan mencengkeram erat sendok di tangannya. Merasa kesal setiap Irene mengeluarkan kalimat seperti itu.

5 bulan yang lalu, Irene yang hendak pergi ke rumah sakit bersama Clara untuk menggugurkan janin di perutnya berhasil digagalkan oleh Arkhan.

Dengan bantuan dokter kenalannya, Arkhan berhasil mengelabuhi Clara. Istrinya itu mengira kalau Irene sudah benar-benar menggugurkan bayinya. Setelah itu, Arkhan mengurus kepergian Irene ke luar negeri dengan dalih sekolah di sana. Padahal, Arkhan membawa pergi Irene, mengurung perempuan itu di kediamannya yang lain yang tentunya tidak diketahui oleh istrinya.

Clara? Wanita itu benar-benar sangat mempercayai suaminya.

Selama lima bulan ini, Arkhan memperlakukan Irene selayaknya istri yang tengah mengandung buah hati mereka. Bahkan Arkhan tak jarang menyentuh Irene, memaksa anak tirinya itu melayani napsu bejatnya.

Gila? Benar. Arkhan memang gila karena pria itu sudah tergila-gila dengan Irene sejak awal pertemuan mereka. Namun ia sudah terlanjur menikahi Clara yang tak lain adalah Mama Irene sendiri.

Dua tahun yang lalu, Clara mengalami kecelakaan, bayi berusia empat bulan di kandungannya mengalami keguguran dan rahimnya harus diangkat. Hal itu membuat Arkhan semakin gencar untuk menjadikan Irene miliknya karena Clara sudah tidak bisa memberikan keturuanan untuknya.

Maka dari itu, saat mendengar kabar Irene mengandung benih darinya, Arkhan benar-benar bahagia. Pria itu tak akan pernah melepas Irene. Ia akan membuat Irene menjadi miliknya, seutuhnya.

Tinggal menunggu waktu, Arkhan akan membereskan siapa saja yang berani menghalanginya. Jika perlu, Arkhan tak segan untuk menyingkirkan Clara meski dia adalah istrinya sendiri yang tak lain ibu kandung Irene.

"Ucapanmu sungguh menyakitiku" tutur Arkhan membantu menyeka air mata yang membasahi pipi Irene. Meletakkan piring tadi di atas nakas kemudian menatap lamat Irene. "Tetap di sini, bersamaku... jangan pernah meninggalkanku atau aku akan menghabisi Mamamu. Kau mengerti maksudku?"

Jujur saja, Irene takut. Sangat takut. Maka dari itu, Irene hanya bisa mengangguk meski tubuhnya sudah gemetaran.

Arkhan mengambil ponselnya yang bergetar. Sebuah panggilan dari sekretarisnya yang mengharuskan ia untuk segera pergi.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang