"Kumpulkan tugasnya!" Ucap Pak Arnot---guru matematika XI IPS 3 setelah selesai mengabsen.
Mendengar itu, Jihan mengambil buku tugas di dalam tas Jeha. Mencermati lembaran buku tulis itu dengan wajah panik karena ternyata Jeha belum mengerjakan tugas yang dimaksud.
Melihat raut Jihan, Ghani merasa tak tega. Laki-laki itu mengambil tip-ex milik Fani---teman sebangku Satrio yang ada di belakangnya.
Ghani mengganti nama tugasnya menjadi nama 'Jeha Isvara' sebelum memberikan buku tugas itu kepada teman sekelasnya yang menjadi perwakilan untuk memberikannya pada Pak Arnot.
"Yang tidak mengerjakan tugas silakan keluar" ucap Pak Arnot setelah mengecek buku tugas yang dikumpulkan tidak sesuai dengan jumlah murid di kelas.
Tanpa disuruh dua kali, Ghani beranjak dan berjalan keluar.
"Lagi-lagi... eh, tumben Jeha ngerjain tugas" ucapan Pak Arnot membuat Jihan yang hendak beranjak menjadi urung dan menatap ke arah guru tua itu dengan pandangan tak mengerti.
"Tumben lo ngerjain tugas" ejek Satrio membuat Jihan menoleh. "Biasanya lo sama Ghani langganan kena hukuman"
Mendengar ucapan Satrio Jihan merasa tertegun. Tadi ia melihat sendiri kalau Ghani mengumpulkan tugasnya, tapi kenapa laki-laki itu malah keluar dari kelas?
Seketika Jihan tersadar sesuatu dan merasa bersalah pada Ghani.
°°°°°°
Selesai mengisi perut di kantin, Jeha berjalan menuju kelas seraya mengirim beberapa pesan kepada Ghani---menanyakan keadaan Jihan, apakah kembarannya mengalami kesulitan atau semacamnya. Juga meminta bantuan kepada Ghani untuk menjaganya saat di sekolah sekalian meminta temannya itu untuk memberikan Jihan tumpangan pulang.
"Loh, tas gue dimana?" Gumam Jeha saat menyadari jika tas sekolahnya tak lagi di tempat duduknya.
Jeha mencari ke kolong meja, menyusuri ke sekitar dan pandangannya tak sengaja beradu dengan Irene yang tengah menatapnya dengan seringaian.
"Lo umpetin dimana tas gue?"
Irene mengidikkan bahunya seraya memasang wajah menyebalkan.
"Cewek tai!" Gumam Jeha kemudian melangkah keluar dan mencari ke tong sampah, namun tidak ada.
"Eh si cupu... lagi nyari apaan tuh?"
Jeha menoleh dan mendapati Icha dan Tara berjalan dari arah samping kelas.
"Di mana tas gue?" Tanya Jeha menghampiri dua perempuan itu.
"Di mana ya...?" Tara memasang wajah sok berpikir. "Ehm... mungkin nyangkut di suatu tempat" lanjutnya memasang wajah mengejek kemudian melangkah masuk ke kelas bersama Icha yang masih menertawakannya.
Jeha berjalan menuju samping sekolah dimana tadi Icha dan Tara dari arah sana. Saat melewati selokan, Jeha melihat alat tulis beserta buku sekolah lainnya ada di sana. Dengan sigap gadis itu membuka jeruji besi yang digunakan penutup selokan, kemudian mengambil buku miliknya.
"Aish..." Jeha memungut buku-bukunya yang sudah kotor karena terkena sedikit genangan air kotor berwarna kehitaman itu.
Jeha membersihkan sampul buku itu dengan air mengalir pada kran dan meletakkannya di kursi kayu memanjang tak jauh dari selokan tadi.
"...mungkin nyangkut di suatu tempat"
Jeha teringat ucapan Tara dan membuatnya mendongak, menatap ke atas pohon siapa tahu tasnya ada di sana.
Benar saja, Jeha melihat tas sekolahnya sudah nangkring di dahan pohon paling tinggi.
"Ck! Bener-bener cewek asu" maki Jeha melepas kacamata fantasinya dan meletakkannya di atas kursi kayu, bersama buku tadi kemudian mulai memanjat pohon mangga itu.
"Ngapain tuh cewek manjat pohon?" Tanya Raven yang hendak ke kelas, namun urung. Laki-laki itu malah berjalan menuju pohon mangga---yang tak jauh dari letak kelasnya membuat Genta mengikutinya.
"Oi, cewek... ngapain lo manjat pohon?" Teriak Raven. "Kancut lo keliatan, tuh!"
Sontak Jeha menoleh ke bawah dan menutup bagian bawahnya dengan tas miliknya. Padahal sih... Jeha mengenakan celana pendek di balik rok sekolahnya, tapi tetap saja ia harus berjaga-jaga.
"Diem lo makhluk cabul!"
"Eh, si Jihan ayangnya Bang Genta ternyata" seru Raven memasang wajah sok terkejut. "Ternyata ayang lo jago manjat juga ya, Ta" Raven menyenggol lengan Genta membuat laki-laki itu tak terima.
"Eh, kalian duo cabul. Pergi sana!" Kesal Jeha mengibaskan tangannya. Ia merasa risih dengan dua laki-laki itu karena siapa tahu saat dirinya turun dari pohon mereka malah mengintipnya.
"Anjir... kita dibilang cabul, Ta" gumam Raven tak terima.
Mendengar seruan Jeha, Hakkan yang hendak masuk ke kelas urung dan malah berjalan untuk menghampiri dua temannya.
"Ambilin mangga dulu, baru kita pergi" ucap Raven membuat Jeha mendengus namun tetap memetik buah mangga yang tak jauh dari jangkaunnya kemudian melemparnya ke arah Raven.
"Thank's" ucap Raven dengan wajah girang.
"Buruan pergi sana!" Usir Jeha kemudian menggerakkan kakinya untuk turun setelah memastikan Genta dan Raven sibuk berebut mangga.
Heran, padahal mereka berdua anak orang kaya. Tapi kelakuannya, kok seperti kaum duava. Mangga aja rebutan. Ck!
"Anjir, semutnya banyak banget!" Keluh Jeha tak sengaja terkena dedauanan yang banyak semut hitamnya.
Karena terburu-buru, Jeha tak memperhatikan langkah kakinya yang malah memijak dahan yang keropos hingga membuat tubuhnya hampir saja menghantam tanah jika seseorang tak sigap menangkapnya.
Genta dan Raven menoleh saat mendengar suara grusuk dari atas. Keduanya terkejut saat melihat Hakkan dengan sigap menangkap Jeha dari atas pohon.
Merasa aneh karena tak merasa sakit, Jeha mulai membuka kedua matanya.
Gadis itu terkejut---sejenak merasa terpesona, jantungnya berdebar saat melihat wajah tampan yang memiliki rahang tegas dan kedua netra hazel laki-laki itu kini tengah menatap lekat wajahnya.
Begitu tersadar, Jeha reflek turun dari gendongan Hakkan.
"Makasih" ucap Jeha pelan kemudian bergegas memungut buku-buku dan kacamata miliknya kemudian pergi dengan tergesa.
"Kayaknya Pahlawan Hakkan berniat menikung Jihan dari Pangeran Genta, pemirsa..." celetuk Raven seraya menggigit buah mangga di tangannya membuat Genta dan Hakkan menoleh ke arahnya dengan pandangan malas.
"Hei, kalian kenapa masih di luar?" Tanya Bu Ranggi---guru BK sedikit berteriak membuat tiga laki-laki tadi menoleh dan bersiap mendapat ceramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Aster[END]
Teen FictionSaat mengetahui kembarannya dirundung, Jeha memutuskan untuk bertukar posisi dengan Jihan. Menggantikan posisi Jihan yang dirundung di sekolah sekaligus membereskan para perundung itu. Warning! Area remaja: mengandung bahasa kasar dan sikap labil y...