TFOA-25

555 39 0
                                    

Hari Minggu. Biasanya, Jeha akan menggunakannya sebagai hari istirahat. Entah itu tidur seharian atau sekadar rebahan untuk meluruskan punggungnya. Namun hari ini tidak dulu karena jadwalnya yang tiba-tiba padat. Ck!

Dimulai sejak ia bangun. Setelah sarapan di jam 7 dan membantu Jihan membersihkan rumah, Jeha memaksa kembarannya untuk belajar mengendarai motor. Meski Jihan menolak, Jeha tetap memaksa.

Jam 10 selesai. Meski Jihan masih kaku mengendarai motor, setidaknya kembarannya itu sudah berhasil melakukan dua putaran keliling komplek. Satu putaran Jeha bersama Jihan di belakangnya, dan putaran kedua Jeha membiarkan Jihan sendiri. Meski hampir menabrak tiang listrik saat di tikungan dan sempat masuk selokan, akhirnya Jihan berhasil kembali dengan selamat.

"Wuhuy... kereeennnn" puji Jeha bertepuk tangan heboh begitu melihat Jihan sampai di halaman rumah dengan selamat.

Jihan menstandartkan motor dengan gerakan kaku kemudian turun dari motor dengan tubuh gemetar.

"Minum dulu biar nggak deg-degan" Jeha memberikan segelas air minum kepada Jihan yang sudah terduduk lemas di teras.

"Widih... gimana perasaannya, Mbak? Wah... bisa sampai tremor gitu ya?" Cibir Jeha kemudian terbahak.

"Jeha tau nggak sih? Tadi Jihan hampir nabrak warungnya Kang ketoprak?"

"Eh? Kok bisa?" Tanya Jeha antusias kemudian ikut duduk di sebelah Jihan.

"Iya, tadi ada kucing nyebrang mendadak. Terus Jihan oleng dan hampir aja nabrak warung Kang ketoprak. Untung aja Jihan sempet ngerem. Tapi jadinya Jihan jatuh---

Ucapan Jihan terhenti karena Jeha tiba-tiba beranjak, pergi mengecek motor matic kesayangannya.

"Untung lecetnya cuma dikit" Jeha bernapas lega saat melihat body motornya yang hanya lecet di bagian bawah lampu. Hanya sedikit. Selebihnya aman.

"Ish, Jeha! Kok cuma motor yang diperhatiin? Jihan juga luka loh! Nih, siku Jihan sampai kegesrek aspal" Jihan memberengut kesal, bibirnya sudah mencebik sampai maju lima senti. Merajuk dia.

Jeha terbahak keras. Sebenarnya ia hanya ingin menjahili kembarannya. Buktinya gadis itu sudah menyiapkan kotak p3k di teras karena sudah menduga kejadian seperti ini akan terjadi.

"Utututuuuuu... kacian banget Kakak akuuuuhhhh" ucap Jeha memperhatikan luka di siku dan lutut Jihan yang tidak terlalu parah, hanya goresan kecil yang bercampur debu---khas luka orang jatuh dari motor.

"Sini sini... adek kesayanganmu ini akan mengobatimu" ucap Jeha membersihkan luka Jihan dengan cairan antiseptik kemudian baru mengobatinya.

"Hokeh... sudah selesai" seru Jeha dengan senyuman lebarnya membuat Jihan terkekeh.

"Makasih Jeha"

Jeha mengangguk. "Yaudah, sono istirahat. Atau latihan motor lagi biar makin ahli"

"Enggak. Hari ini udah cukup. Jihan mau rebahan sebentar terus ngerjain tugas" ucap Jihan beranjak dan masuk ke rumah.

"Pokoknya lo nggak boleh kapok. Harus rajin berlatih lagi supaya cepet pinter naik motornya. Biar kalau gue tinggal, gue nggak khawatir lagi"

Ucapan Jeha membuat langkah Jihan terhenti kemudian menoleh.

"Emangnya Jeha berencana mau ninggalin Jihan?" Jihan memasang wajah cemberut.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang