Selesai mandi dan makan, Jihan masuk ke kamarnya untuk mengerjakan tugasnya sekaligus tugas milik Jeha.
Saat menemukan buku-buku yang kotor dan masih basah dari dalam tasnya (yang dibawa Jeha) seketika Jihan merasa bersalah. Seharusnya ia tidak membiarkan Jeha ada diposisinya dan menggantikannya menerima rundungan itu.
Seraya menyeka air matanya, Jihan membersihkan buku itu dengan telaten, mengeringkannya menggunakan hairdryer.
Selesai dengan itu, Jihan menyiapkan buku pelajaran untuk besok dan memasukkannya ke dalam tasnya dan juga Jeha. Begitu pulang, kembarannya itu bisa langsung beristirahat.
"SPADA~cewek cantik pulang nih..." teriak Jeha dari depan membuat Jihan beranjak, keluar dari kamar menuju pintu depan.
"Tumben nggak langsung masuk?" Tanya Jihan kembali mengunci pintu rumahnya begitu Jeha sudah memasukkan motornya.
"Kuncinya ilang" ucap Jeha dengan cengiran.
"Kok bisa ilang?"
"Jatuh kali" balas Jeha sekenanya. "Nih martabak, dikasih Ghani tadi" ucap Jeha meletakkan kresek hitam di atas meja membuat Jihan mengulas senyum.
"Oh iya... bentar" Jeha berjalan menuju motornya lagi dan mengambil tas karton dari cantolan motornya kemudian memberikannya pada Jihan.
"Nih, keripik apel. Oleh-oleh dari anaknya Pak Jay, katanya abis studytour ke Malang" ucap Jeha yang tahu kalau kembarannya menyukai camilan semacam keripik buah, dan keripik apel adalah salah satunya.
Namun bukannya memasang wajah senang, kedua netra Jihan malah terfokus pada luka baru di jari telunjuk Jeha.
"Jari---
Belum sempat Jihan bertanya, Jeha sudah lebih dulu masuk ke kamar mandi.
"Jihan, ambilin gue handuk!" Teriak Jeha menyembulkan kepalanya.
"Iya" balas Jihan kemudian bergegas ke kamar Jeha.
°°°°°°
Selesai mandi dan berganti pakaian, Jeha masuk ke kamar dan mendapati Jihan sudah duduk di tepi ranjang miliknya.
"Sini duduk!" Perintah Jihan menginterupsikan Jeha untuk duduk di sebelahnya.
Jeha yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk hanya menurut saja.
"Sini tangan kanannya!"
Jeha menurut dan mengulurkan tangan kanannya.
"Ini kenapa?" Tanya Jihan menunjuk luka goresan yang cukup dalam pada jari telunjuk Jeha.
"Eh? Sejak kapan---oh... paling kegesrek gelas tadi" balas Jeha begitu teringat, tadi dirinya yang tak sengaja mencuci gelas kaca yang ujungnya sudah pecah.
"Lain kali hati-hati" ucap Jihan seraya mengobati luka di jari Jeha kemudian membalutnya dengan plester.
"Iya" balas Jeha sekenanya.
"Ehm... Jeha" panggil Jihan kemudian.
"Ya?"
"Gimana kalau Jeha berhenti kerja aja?"
"Eh? Kenapa?"
"Biar Jeha bisa lebih fokus sekolah" balas Jihan seraya memainkan tutup betadine. "Jihan janji bakal hemat, biar pengeluaran kita nggak banyak. Gimana?"
Jeha menggeleng cepat. "Nggak, nggak! Apaan sih lo?" Kesal Jeha. "Kalau alasannya cuma itu, nggak ada sangkut pautnya ya!"
"Selama ini urusan sekolah juga lancar-lancar aja" jelas Jeha membuat Jihan ingin sekali mengoreksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Aster[END]
Dla nastolatkówSaat mengetahui kembarannya dirundung, Jeha memutuskan untuk bertukar posisi dengan Jihan. Menggantikan posisi Jihan yang dirundung di sekolah sekaligus membereskan para perundung itu. Warning! Area remaja: mengandung bahasa kasar dan sikap labil y...