TFOA-19

648 46 0
                                    

Tiga hari ini Jeha mencari informasi mengenai Yasa di sekolah. Meski Yasa tidak mengatakan kalau ia sekolah di Dream School Dewantara ini. Namun mengingat seragam yang laki-laki (astral) itu kenakan terlihat sama dengan sekolah tersebut. Berbekal nametag 'Yasa Dewantara' yang masih melekat di seragam laki-laki itu, Jeha berinisiatif mencari informasi apa pun berkaitan Yasa. Siapa tahu dia memang bersekolah di sini.

Setiap jam istirahat, Jeha meluangkan waktu. Entah pergi ke lab komputer, ke ruang osis (siapa tahu Yasa anggota Osis juga? Ck!). Tapi belum menemukan hasil. Hari ini rencananya dia mau ke ruang BK atau menyeret salah satu guru untuk dijadikan narasumber, ck!

Jeha menghentikan langkahnya dan bergegas balik badan saat melihat Hakkan dan dua makhluk yang menempelinya---Genta dan Raven berjalan di koridor menuju kantin.

Jeha mempercepat langkahnya dan tanpa pikir panjang masuk ke perpustakaan untuk menghindari makhluk yang sudah tiga hari ini tidak ingin ia temui.

"Aman" gumam Jeha begitu mengintip dari pintu kaca perpustakaan dan penglihatannya tidak mendapati Hakkan.

Karena sudah terlanjur masuk ke perpustakaan, Jeha berjalan ke arah salah satu rak yang siapa tahu ada informasi tentang buku kenangan murid beberapa tahun lalu atau semacamnya yang bisa ia jadikan petunjuk.

Kebetulan perpustakaan masih sepi. Maklum, belum memasuki bulan ujian.

"Sedikit lagi!" Gumam Jeha mengulurkan tangannya ke atas seraya berjinjit, berusaha meraih buku bersampul navy yang ia curigai.

"Eh?" Jeha terkejut kemudian menoleh saat mendapati tangan lain yang meraih buku yang hendak ia ambil.

"Nih"

"Astaga!" Jeha membekap mulutnya tak percaya. Laki-laki yang ia kira tidak bisa berbicara saat ini tengah mengulurkan buku tadi ke arahnya.

"Kenapa?" Hara bertanya dengan wajah datar.

"Lo bisa ngomong? Eh, maksud gue---maap, maap" Jeha meraih buku tadi kemudian bergegas menyingkir. Merasa bersalah karena asal nyerocos tadi.

Jeha membuka buku navy tersebut dengan cara brutal. Karena tidak mendapat apa yang ia mau, gadis itu mengembalikan buku tadi ke tempatnya. Kali ini ia menggunakan kursi. Bukan karena ia terlalu pendek, salahkan rak bukunya yang terlalu tinggi. Ck!

Beberapa menit mengambil, melihat, mengecek buku yang ia temui tetap saja tidak ada hasil. Jeha lelah dan menyeret kursi tadi ke tempat semula kemudian duduk dengan wajah bertumpu pada meja.

Pandangannya tak sengaja jatuh pada wajah Hara yang terlihat fokus membaca buku.

"Lo nggak ngantin?" Tanya Jeha.

Hara menoleh. Tanpa menjawab pertanyaan Jeha, laki-laki itu kembali fokus pada buku di tangannya.

"Mau?" Jeha menawari Hara sebungkus roti yang baru saja ia keluarkan dari saku rok seragamnya.

Hara menatap datar Jeha sebentar sebelum kembali fokus ke bukunya, lagi.

"Nggak mau ya udah" ucap Jeha kemudian memandang sekeliling, memastikan keadaan aman dan tidak sesiapa pun melihat---kecuali Hara tentunya, gadis itu mulai menyantap roti tadi dengan sembunyi-sembunyi.

Tidak sampai satu menit, roti tadi sudah habis hanya menyisakan bungkusnya saja. Gadis itu kembali memandang sekeliling sebelum meminum susu strawberrynya. Mengantongi bungkus roti dan susu kotak tadi, Jeha beranjak, bersiap pergi. Namun sialnya, saat melangkah, kakinya tak sengaja tersandung kursi. Tangannya reflek berpegang pada lengan laki-laki berkulit putih yang tadi duduk di sebelahnya.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang