Irene melangkah memasuki rumahnya, berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Selesai mandi dan mengganti pakaian, Irene membuka buku pelajarannya. Namun belum sempat mengerjakan tugas yang diberikan guru lesnya, Irene menutup kembali buku itu.
Hari ini moodnya sedang buruk. Selain kejadian di sekolah tadi, Irene yang setiap pulang sekolah harus mengikuti les pelajaran tambahan semakin membuatnya stress.
"Kali ini apa masalahnya?"
Irene terperanjat dan menoleh ke arah Mamanya yang entah sejak kapan masuk ke kamarnya.
"Tadi siang Bu Ranggi nelpon Mama, katanya kamu membuat masalah lagi sama Jihan"
"Sebenarnya apa sih masalah kamu sama Jihan?" Tanya Clara---Mamanya Irene yang kini menatap putrinya yang sudah memasang wajah malas.
"Setahu Mama, Jihan itu anak yang baik dan cerdas... dia selalu mendapat peringkat pertama di kelas. Tidak seperti kamu yang bahkan tidak pernah masuk ke lima besar"
"Kenapa Mama selalu belain si cupu itu, sih?" Kesal Irene. "Sebenarnya anak Mama itu Irene atau dia?"
"Mama bukan membela... tapi cuma bertanya" ucap Clara. "Mama cuma heran sama kamu... kenapa setiap hari selalu membuat masalah sama Jihan? Ada dendam apa sih kamu sama dia? Mama juga malu setiap hari mendapat teguran dari guru BK kamu"
"Oh, jadi Mama malu punya anak kayak Irene?"
"Bukan begitu... maksud Mama, tolong... jangan buat ulah lagi dan belajar lebih giat. Mama mau, semester ini kamu harus bisa mendapat peringkat satu" final Clara hendak berbalik pergi.
"Mama tahu alasan Irene benci sama Jihan?" Tanya Irene membuat langkah Clara terhenti dan kembali terfokus pada putrinya. "Karena Mama selalu bandingin Irene sama dia!" Teriak Irene membuat wanita di depannya terkejut.
"Mama selalu nyuruh Irene belajar terus! Irene capek, Ma! Irene juga butuh---
Ucapan Irene terhenti saat tamparan Clara mendarat di pipi mulusnya hingga membuat wajah gadis itu tertoleh ke samping.
"Kamu berani berteriak di depan Mama?" Clara memasang wajah marah.
"Selama ini Mama udah sabar ngadepin kamu. Membereskan semua masalah yang kamu buat di sekolah. Bahkan Mama mencarikan guru les terbaik untuk kamu. Dan sekarang apa?" Clara memandang Irene yang masih menolehkan wajahnya ke samping.
"Dengan tidak tahu malunya kamu malah membentak Mama" Clara memasang wajah tak percaya.
"Mama hanya memintamu belajar, bukan terjun ke jurang! Apa menurutmu itu sulit?"
Irene mengangkat wajahnya, menatap Clara lelah. "Jika itu pilihannya... menurut Irene lebih mudah terjun ke jurang, Ma"
Setelah mengatakan itu, Irene menyambar tas selempangnya kemudian melangkah pergi, meninggalkan Mamanya yang tertegun oleh ucapan putrinya.
"Irene, kamu mau kemana?"
Irene mengabaikan pertanyaan Papa tirinya. Gadis itu berjalan melewati pintu, melangkah keluar dari rumahnya.
Hanya ada satu tempat yang kini ada di kepala Irene.
°°°°°°
Irene memasuki klub yang beberapa hari ini ia datangi bersama Icha dan Tara. Meski sepulang dari sana ia langsung mendapat ceramah panjang lebar dari Mamanya. Namun kali ini Irene tak peduli lagi dengan itu.
Irene duduk di salah satu kursi dekat meja bartender dan memesan minuman beralkohol itu.
"Hai, Rene" sapa Leon---teman kenalannya dari Icha beberapa hari lalu saat ia datang ke sini untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Aster[END]
Teen FictionSaat mengetahui kembarannya dirundung, Jeha memutuskan untuk bertukar posisi dengan Jihan. Menggantikan posisi Jihan yang dirundung di sekolah sekaligus membereskan para perundung itu. Warning! Area remaja: mengandung bahasa kasar dan sikap labil y...