"Yok balik, Han" ajak Fani---teman sebangku Satrio menepuk pundak Jihan. Kebetulan dia ikut klub musik, dan Jihan adalah anggota baru.
"Fani duluan aja" balas Jihan dengan senyuman membuat Fani mengangguk kemudian berjalan keluar dari ruang musik, meninggalkan Jihan sendirian di sana karena anggota klub musik sudah beranjak pulang.
Mengenai identitas Jihan, beberapa orang sudah mengetahuinya. Ghani yang menceritakan misinya pada Satrio dan Fani.
Awalnya Ghani tidak ingin melakukannya, namun laki-laki itu tidak bisa membohongi Satrio dan Fani yang merupakan teman dekat Jeha. Mereka berdua sangat mengenal Jeha dan segala sifat amburadulnya, dan Jihan tidak memiliki sifat itu membuat Fani dan Satrio tidak bisa dibodohi.
Jihan melihat jam melalui ponselnya. Masih ada sepuluh menit sebelum Ghani selesai latihan sepak bola. Dan hal tersebut digunakan Jihan untuk kembali memainkan piano di depannya.
Jemari Jihan yang lentik mulai menekan tuts piano, memainkan salah satu lagu yang ada di film kartun favoritnya dan Jeha.
"Zvieria po sliedam liuvogoa. Uznavatb umeiu ya! I Zhirafa i korovu. I zhuka i vorob' ya!" Jihan ikut bernyanyi di sela memainkan piano. Lagu kesukaan Jeha, juga dirinya.
Jihan merasa senang. Sudah lama ia tidak memainkan alat musik tersebut sekitar sepuluh tahun lamanya. Padahal saat usianya lima tahun, gadis itu bisa memainkannya kapan saja. Ia memiliki satu di rumahnya sebelum Sang Ayah mengalami kebangkrutan hingga membuat Jihan harus merelakan piano kesayangannya dan kehidupan mewahnya.
Yang ia miliki di rumah saat ini hanya piano mainan berwarna biru---hadiah ulang tahun dari Jeha saat kelas 6 SD.
Jihan menghembuskan napas lega, bibirnya tersenyum lebar begitu menyelesaikan permainannya. Ia benar-benar senang. Ternyata meski sudah lama, kemampuan dalam memainkan piano masih bagus.
Prok prok prok!
Jihan menoleh dan mendapati laki-laki mengenakan jersey hitam bersender pada kusen pintu ruang musik yang sudah terbuka.
"Wah... marvelous, marveleous!" Puji Ghani menirukan gaya Jarjit seraya mengacungkan dua jempolnya membuat Jihan tersipu malu kemudian dengan cepat menutup alat musik itu.
"Kalau masih pingin main nggak papa, Han. Anggap aja gue penonton" ucap Ghani dengan cengiran.
"Udah selesai kok" balas Jihan mengambil tas sekolahnya. "Kamu kok nggak bilang udah selesai latihan? Maaf ya, pasti kamu jadi nunggu lama"
"Enggak kok. Baru aja" cengir Ghani. "Main lagi gih... gue pingin lihat lo main piano"
"Nggak ah. Pulang aja, yuk. Udah sore juga" ucap Jihan yang sudah beranjak.
"Oke" balas Ghani ikut beranjak, menyusul Jihan yang sudah lebih dulu keluar dari ruang musik dan menutup pintunya.
"Zvieria po sliedam liuvogoa. Uznavatb umeiu ya! I Zhirafa i korovu" Ghani iseng bernyanyi di sela langkahnya menuju parkiran.
"Eh?" Jihan menoleh pada Ghani yang kini malah bersiul, dengan nada yang sama dengan lagu tadi.
"Kamu mau ngeledek aku ya?" Tanya Jihan yang dibalas Ghani dengan gelengan.
"Nggak kok. Gue cuma lagi pingin nyanyi aja" balas Ghani kemudian menyerahkan helm untuk Jihan.
Ghani kembali bersiul seraya mengenakan helmnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Aster[END]
Teen FictionSaat mengetahui kembarannya dirundung, Jeha memutuskan untuk bertukar posisi dengan Jihan. Menggantikan posisi Jihan yang dirundung di sekolah sekaligus membereskan para perundung itu. Warning! Area remaja: mengandung bahasa kasar dan sikap labil y...