TFOA-22

577 41 0
                                    

Rencana menjenguk tubuh Yasa di rumah sakit bersama Hara harus tertunda karena begitu selesai kelas, Jeha langsung ditarik keluar oleh Raven.

Oh iya, hari ini Jeha sudah bersepakat membantu Raven. Dan dia juga sudah meminta izin datang terlambat ke rumah makan Pak Jay.

"Nih, ganti baju lo. Gue pinjem punya Genta. Tenang, ini baru. Baru dicuci maksudnya" Raven memberikan jersey abu-abu tanpa lengan---khusus milik anggota Timnya.

Baru Jeha akan mengambilnya, Hakkan lebih dulu nyerobot jersey di tangan Raven. Laki-laki itu melepas kaos abu-abunya dan dengan santainya mengenakan jersey milik Genta di depan Jeha.

"Ck! Posesip!" Raven dan tampang menyebalkannya.

"Lo pakai ini aja" Hakkan memberikan kaos abu-abu miliknya tadi kepada Jeha.

"Dih, ogah gue bekas lo"

"Mau gue bantu gantiin?" Hakkan mendekatkan wajahnya membuat Jeha mengumpat.

"Si anying! Emang bener-bener..." kesal Jeha kemudian berlalu masuk ke toilet untuk mengganti seragamnya dengan kaos milik Hakkan.

Dan untung saja Jeha membawa training pendek---tadinya buat jaga-jaga kalau Irene dan dua dayangnya kembali mengotori roknya, ia bisa memakai training itu.

"Anjir, wangi banget, sumpah! Parfum mahal nih pasti" gumam Jeha saat mencium aroma maskulin---bukan yang menyengat di hidung, justru terkesan lembut begitu kaos milik Hakkan melekat di tubuhnya.

Jeha keluar dari toilet, berjalan menghampiri Tim Raven dan lawannya yang sudah berkumpul di lapangan basket.

'Anjir, gue berasa jadi penghianat' batin Jeha tersadar kalau dirinya berada di Tim IPA, dan lawannya adalah Tim IPS yang tak lain adalah jurusannya sendiri. 'Sorry, Ghani... bukannya gue berkhianat. Ini cuma kepaksa, oke?! Lagian ini bukan sekolah kita juga. Please jangan marah sama gue'

Jeha menghembuskan napas panjang sebelum bergabung dengan Raven.

"Ciyahhh... yang bener aja lo ngajak cewek" cibir lelaki bertubuh tinggi berkulit gelap yang merupakan pentolan anak jurusan XII IPS. Adebaron Manggala.

Raven menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Ada masalah?"

Anak jurusan IPS terbahak, entah apa yang lucu. Hal itu membuat Raven kesal.

"Ya enggak sih. Malah bagus. Kita bisa lebih gampang buat menang" ucap Baron memasang wajah belagu.

"Oh ya? Kenapa nggak kita buktiin aja?" Tantang Raven menampilkan smirk andalannya.

"Oke, bisa kita mulai ya" suara Pak Rascal membuat Kapten kedua Tim mengangguk kemudian bersiap.

Sebenarnya tidak ada yang meminta Pak Rascal jadi wasit. Tapi guru muda itu menawarkan diri dengan sukarela.

Jeha mencepol asal rambutnya sebelum permainan di mulai. Melihat itu Hakkan menghembuskan napas pelan. Bukan takut karena melawan Tim IPS atau semacamnya. Tapi melihat penampilan Jeha yang mengenakan kaos kebesaran miliknya dengan rambut dicepol seperti itu terlihat... asdfghjkl sexy membuat Hakkan frustasi. Apalagi leher jenjang gadis itu yang terpampang jelas membuat otak Hakkan travelling.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang