TFOA-15

707 42 0
                                    

Seperti makhluk sekolah pada umumnya, Genta, Raven, dan Hakkan bergegas menuju kantin untuk mengisi perut begitu bel istirahat berbunyi.

"Gue bakso mercon plus lontong 1 sama es---

"Stop!" Raven membekap mulut Genta. "Lo lagi minum obat, jadi pesenan lo gue ralat. Bakso beranak plus lontong sama teh anget. Nggak boleh protes!"

Setelah mengatakan itu, Raven beralih pada Hakkan yang sedari tadi melihat ke arah jalanan depan kantin.

"Lo mau pesen apa, Kan? Biar sekalian"

"Nanti aja" balas Hakkan tanpa menoleh membuat Raven manggut-manggut kemudian pergi memesan.

"Lagi nungguin siapa sih?" Tanya Genta penasaran.

Belum sempat Hakkan menjawab, seorang perempuan melambaikan tangan ke arah Hakkan membuat laki-laki itu membalas mengangkat tangannya dengan senyum tipis.

Genta mengikuti arah pandang Hakkan dan menemukan Jeha yang kini berjalan ke arahnya.

"Kenapa pakai training?" Tanya Hakkan saat mendapati Jeha tidak mengenakan rok seragamnya, melainkan celana training pendek.

"Rok gue basah, jadi gue jemur dulu" balas Jeha dengan cengiran. "Oh ya, lo mau makan apa hari ini?" Tanya Jeha kemudian.

"Samain aja"

"Hokey" balas Jeha kemudian pergi memesan.

"Sejak kapan lo jadi deket sama dia?" Tanya Genta membuat Hakkan menoleh.

"Kemarin, mungkin"

"Yuhu~pesanan datang" seru Raven meletakkan pesanan Genta dan dirinya di atas meja.

"Lo duduk sana" Hakkan menunjuk sebelah Genta.

"Why?"

"Minggir!" Hakkan mendorong bokong Raven saat melihat Jeha datang dan membawa pesanan mereka.

Hakkan menginterupsikan Jeha untuk duduk di sebelahnya.

Melihat itu, Raven berdecih pelan kemudian mengambil duduk di sebelah Genta.

"Gue pesen nasi ayam geprek, lo doyan nggak?" Tanya Jeha.

Hakkan mengangguk seraya melahap makanannya.

"Eh, bukannya lo nggak bisa makan pedes, Kan?" Tanya Raven membuat Jeha langsung menoleh dan mendapati wajah Hakkan sudah memerah dan berkeringat.

"Minum!" Jeha menyodorkan es jeruknya.

Hakkan meneguknya sampai tandas.

"Sambelnya buat gue aja ya" Jeha mengambil semua sambal di piring Hakkan. "Nah, lo makan yang ini aja... udah gue bersihin tuh sambelnya"

"Cieee~perhatian banget sih Jihan ke Bang Hakkan" goda Raven memasang wajah sok kiyut. "Babang Gentanya kan jadi cembokurrr"

Genta melotot ke arah Raven membuat laki-laki itu nyengir.

"Oh ya, gimana motor lo kemarin? Udah lapor?" Tanya Jeha pada Genta membuat laki-laki itu menoleh.

"Kenapa yang ditanyain cuma motornya sih?" Tanya Genta merubah ekspresinya menjadi sok memelas.

"Eh... wait!" Raven menegakkan posisi duduknya, memandang Genta dan Jeha bergantian. "Why Jihan bisa tau kalau semalem motor lo dibegal?"

"Dia yang nolongin gue" balas Genta membuat Hakkan dan Raven sontak menoleh.

"Maksud lo?" Tanya Raven. "Coba storykan selengkapnya"

"Jadi gini, saat jalanan sepi gue kesrempet mobil. Terus saat gue jatuh, tuh begal keluar dari mobil dan bawa kabur motor gue. Apesnya lagi, hp gue ketinggalan di rumah dan gue hampir ketabrak truk kalau Jihan nggak buru-buru gendong gue---

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang