TFOA-2

976 66 0
                                    

Selesai upacara, Jihan berjalan menuju kelasnya. Berkat topi yang Jeha pinjamkan, Jihan selamat dari hukuman.

Namun belum mencapai pintu, tangannya sudah ditarik oleh seseorang dan membawanya ke belakang kelas yang sepi. Kebetulan kelas Jihan berada di bagian belakang paling pojok.

"Ada hubungan apa lo sama Kak Genta?" Irene menatap tajam Jihan yang sudah dipojokkan oleh dua anteknya---Tara dan Icha.

Jihan menggeleng cepat. "Nggak ada"

"Kemarin lo pulang bareng Kak Genta, kan?"

Kemarin? Maksudnya... begitu teringat, Jihan gelagapan. Bagaimana Irene bisa tahu?

"Berani banget cupu kayak lo godain Kak Genta" maki Irene meraih bahu Jihan dan merematnya kuat hingga gadis itu meringis.

"Nggak usah deketin Kak Genta kalau lo masih sayang rambut lo yang---

Irene menyentuh rambut Jihan dengan raut jijik kemudian menariknya kasar membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Dasar cupu!" Irene menendang tulang kering Jihan sebelum pergi meninggalkan gadis itu bersama dua anteknya.

Jihan menghirup napas dan menghembuskannya pelan kemudian mendongak.

"Jihan nggak boleh nangis" ucap Jihan pada dirinya sendiri.

Setelah dirasa tenang, Jihan melangkahkan kakinya, berjalan menuju kelas.

Untung saja Jihan lebih dulu masuk ke kelas, hanya bersela beberapa detik sebelum guru yang mengajar menyusul masuk ke kelas.

Selama dua jam pelajaran, tak terjadi masalah. Seperti biasa, guru menerangkan pelajaran, dan para murid mendengarkan dan menyimak. Sesekali tanya jawab dan berakhir dengan tugas yang harus dikerjakan.

Hingga bel istirahat berbunyi, di mana hal itu membuat Jihan kembali tertekan. Apalagi saat seorang laki-laki masuk ke kelasnya begitu saja dan menghampirinya.

"Ikut gue!" Ucap Genta menarik tangan Jihan membuat gadis itu menepisnya.

"Bentar doang" ucapnya kembali meraih tangan Jihan, namun gadis itu malah menundukkan wajahnya dan pamit pergi sebelum Irene salah paham.

Genta menyusul Jihan yang sudah keluar kelas dan merangkul gadis itu.

"Ikut gue bentar, atau ponsel lo nggak gue balikin?" Bisik Genta membuat Jihan dilema.

Jihan melirik ke arah Irene yang sudah sedari tadi menatap tajam ke arahnya.

Jihan hendak menjelaskan ke Irene, namun Genta sudah lebih dulu menyeretnya pergi.

°°°°°°

"Irene, aku mohon... lepasin aku!" Jihan memberontak saat Irene mendekat ke arahnya seraya memegang gunting, tersenyum menyeringai layaknya psikopat.

Saat ini mereka ada di gudang belakang yang dulunya merupakan ruang alat olahraga dan kebetulan suasana sekolah sudah sepi, karena beberapa menit lalu bel sudah berbunyi.

"Aku beneran nggak ada hubungan apa-apa sama Kak Genta... Irene, aku mohon" Jihan berusaha melepaskan diri dari Tara dan Icha yang sedari tadi menahannya.

"Ih, diem anjir!" Maki Tara karena siku Jihan hampir mengenai wajahnya.

"Kayaknya, kita butuh pemanasan" ucap Irene seraya menggerakkan gunting ditangannya menuju rok yang Jihan pakai kemudian mengguntingnya sampai atas, menyisahakan beberapa centi dari pembatas pinggang, mengekspos paha mulus Jihan yang untungnya masih tertolong booty short yang ia kenakan hingga tak langsung memperlihatkan bagian yang terdalamnya.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang