TFOA-4

897 59 0
                                    

Jeha berjalan melewati koridor sekolah seraya mencermati setiap papan nama di atas pintu kelas---mencari kelas Jihan berada.

"Kalau Jeha parkir di bagian belakang, ambil jalan deket ruang osis aja... terus lurus, kalau udah sampai di koperasi, belok kanan. Abis itu lurus aja, ngikutin jalan di koridor. Kalau udah mentok, belok kiri... kelas Jihan ada di bagian paling pojok. Di atas pintu ada tulisannya XI IPA 1"

Jeha kembali mengingat penjelasan Jihan tadi malam.

"Perasaan gue udah sesuai jalur peta" gumam Jeha merasa frustasi kemudian memutuskan bertanya pada siswa yang kebetulan lewat di depannya.

"Permi---si jamet! Gue malah dikacangin" maki Jihan saat laki-laki tinggi berkulit putih itu mengabaikannya.

Akhirnya Jeha membuka kembali kertas yang merupakan 'denah lokasi kelas Jihan' dan mencermatinya.

"Si anjir... pantesan kesasar. Tadi kan gue parkir di bagian samping. Harusnya lurus aja tadi pas di koperasi" gumam Jeha merutuki diri sendiri karena salah belok. Gadis itu memasukkan kembali kertas itu dan berbalik, melanjutkan langkah di jalan yang benar.

Saat sudah mentok, Jeha mencermati setiap papan nama di atas pintu membuat ia kurang fokus pada jalanan depan hingga tak sengaja menabrak seseorang.

"Sorry, bro... gue nggak sengaja" ucap Jeha pada laki-laki itu kemudian mengambil kacamata 'fantasi'nya yang terjatuh.

"Permisi" ucap Jeha dengan cengiran sebelum pergi seraya mengenakan kembali kacamatanya, meninggalkan laki-laki tadi yang masih menatap ke arahnya.

"Oi" Raven menepuk pundak Hakkan membuat laki-laki itu menoleh.

"Lagi liatin apaan, sih? Pokus amat?"

"Kayaknya temen gaibnya ngajak dia main lagi" bisik Genta membuat Raven merinding, namun malah memandang ke arah yang ditatap Hakkan tadi.

"Anjir, gue malah ditinggal" kesal Raven baru tersadar kalau Genta dan Hakkan sudah lebih dulu menaiki tangga, berjalan menuju kelas mereka.

°°°°°°

Jeha masuk ke kelas XI IPA 1 dan mendapati laki-laki tinggi berkulit putih tadi yang ternyata sekelas dengan dirinya.

'Tau gitu gue ngintilin dia aja' batin Jeha kemudian mendaratkan bokongnya di kursi pojok paling belakang, tepat di depan laki-laki tadi---sesuai dengan 'denah tempat duduk' yang Jihan jelaskan tadi malam.

Baru saja duduk santuy, Jeha dibuat terperanjat oleh tiga buku tulis yang tiba-tiba mendarat di mejanya dengan kasar.

"Kerjain tugas kita!" Perintah Irene yang dengan sopannya duduk di atas meja seraya memasang wajah bossy.

'Eh? Tugas? Emang ada ya?' Pikir Jeha karena semalam mereka tak membicarakan tentang tugas.

"Malah bengong" kesal Irene. "Buruan kerjain!"

"Tugas-tugas lo, kenapa gue yang ngerjain?" Heran Jeha.

Irene mendekatkan wajahnya pada Jeha.
"Mentang-mentang Kak Hakkan nolongin lo kemarin, lo jadi berani sama gue ya?" Irene menyeringai kemudian menoyor kepala Jeha. "Cupu kayak lo itu harusnya sadar diri!"

Jeha mencekal tangan Irene dan merematnya kuat hingga gadis berwajah arab itu meringis dan membuat cekalannya pada rambut Jeha terlepas.

"Lepasin Irene sebelum gue gampar, ya!" Icha sudah mengangkat tangannya membuat Jeha berdecih.

'Oh, jadi mereka... trio 'tai' yang udah ngebully Jihan' batin Jeha kemudian menghempaskan tangan Irene membuat gadis itu hampir terjengkang jika Tara tak menahannya.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang