TFOA-8

766 57 0
                                    

Jeha yang sudah mengganti seragamnya dengan kaos olahraga segera melangkah menuju lapangan, masuk ke dalam barisan teman-temannya untuk memulai pemanasan sebelum memulai olahraga.

Selesai pemanasan, Pak Rascal---guru olahraga mulai menjelaskan materi 'olahraga basket', dari dasar sampai mempraktikannya untuk memberi contoh.

"Sekarang bagi dua kelompok. Absen 1 sampai 15 ke ring sebelah kanan. Absen 16 sampai 30 ke ring sebelah kiri" Guru berusia tiga puluhan itu memberi intrupsi.

"Untuk permulaan, kalian praktikan tembakan satu point dulu. Lakukan secara bergantian sesuai urutan absen" jelas Pak Rascal setelah muridnya terbagi dua kelompok.

Siswa dan siswi mulai mempraktikan perintah Pak Rascal, dilanjut dengan tembakan dua point sampai tiga point---yang kebanyakan dari mereka tidak berhasil mencetak point, faktor antara tidak bisa atau tidak memiliki bakat. Wk!

"Bagus, Jihan" puji Pak Rascal mengacungkan jempolnya karena hanya Jeha yang bisa melakukan triple point.

Jeha hanya tersenyum tipis sebagai tanggapan, kemudian menyingkir untuk mempersilakan yang lainnya yang ingin kembali mencoba atau sekadar bermain.

"Cih, paling beruntung doang" dengus Irene tidak terima.

"Rene, gimana kalau lo tantangin aja si cupu itu? Kalahain dia!" Usul Icha saat melihat Pak Rascal sudah pergi. Seperti biasa, begitu menyampaikan materi, guru olahraga tidak akan menemani para muridnya di lapangan sampai selesai dan membiarkan mereka begitu saja sampai bel istirahat.

"Lo kan jago main basket, biar sekali-kali buat si cupu malu di depan orang banyak" lanjutnya seraya menaik turunkan alisnya. "Gimana?"

"Wah... ide bagus tuh, Rene" timpal Tara. "Selain buat dia malu, lo bisa tunjukin ke semua orang kalau lo emang jago... siapa tahu Kak Genta lihat dan jadi terpesona" tambahnya seraya menepuk-nepuk pundak Irene dengan girang.

"Eh eh... kebetulan orangnya lagi di koperasi, tuh" bisik Icha menunjuk Genta yang duduk di bangku koperasi sambil nyemil jajan bersama Raven membuat Irene semakin bersemangat.

"Oke" balas Irene dengan senyuman kemudian mengambil bola basket dan melemparnya ke arah Jeha yang masih santuy duduk selonjoran.

"Anjir" maki Jeha karena tiba-tiba bola basket mendarat di punggungnya. "Apaan sih? Masih pagi juga" kesalnya saat menoleh dan mendapati Irene menghampirinya.

"Eh, cupu... gue tantang lo main basket" seru Irene membuat teman sekelasnya memusatkan perhatian ke arah mereka.

"Ogah! Males gue"

"Kenapa? Lo takut?" Cibir Irene. "Kalau lo kalah, lo harus telanjang keliling lapangan. Gimana?"

"Gila, lo! Kenapa harus bugil segala?" Kaget Jeha sampai melotot. "Cabul banget jadi cewek" gumamnya pelan.

"Alah... bilang aja lo takut?" Icha mulai mengompori.

Jeha beranjak, menatap Irene dengan malas. "Kalau gue yang menang?"

Irene terbahak sebentar. "Kayaknya cuma dalam mimpi lo, deh"

'Anjir, ngeremehin gue' batin Jeha.

"Kalau gue yang menang, lo harus ngelakuin hal yang sama. Gimana?" Tanya Jeha menaik-turunkan alisnya.

"Maksud lo, Irene harus telanjang keliling lapangan juga?" Tanya Tara.

Jeha mengangguk mantap. "Kenapa? Kalian takut?"

"Siapa yang takut?" Irene merasa tak terima.

"Yaudah, gih... buruan!" Tantang Jeha balik membuat teman sekelasnya kini bersorak, mempersiapkan diri untuk tontonan yang menarik.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang