TFOA-14

708 52 1
                                    

"Wih... udah bisa gerak" seru Jeha girang saat mendapati mesin cucinya kembali normal.

Untuk memastikan, Hakkan menyuruh Jeha untuk mencuci pakaian kotor tadi menggunakan mesin cuci.

"Wah... lo bener-bener hebat!" Puji Jeha mengacungkan dua jempolnya ke arah Hakkan.

Hakkan yang tengah membereskan peralatan sedikit memalingkan wajah untuk menyembunyikan senyum tipisnya.

"Kak Hakkan, es jeruknya diminum dulu" ucap Jihan yang sudah menyiapkan minuman di atas meja.

"Iya" balas Hakkan beranjak.

"Sekalian makan dulu" tambah Jihan seraya meletakkan bungkus ketoprak di atas piring. "Oh ya... Kak Hakkan suka ketoprak nggak? Tadi aku lupa nggak nanya dulu"

"Tenang aja, Han... kalau dia nggak suka. Biar gue yang abisin" ucap Jeha seraya membuka bungkus ketoprak miliknya.

"Suka" balas Hakkan seraya melirik Jeha sebelum mengambil duduk di sebelah gadis itu.

Jihan yang mengerti dengan maksud Hakkan tak kuasa menahan senyumnya seraya memberikan ketoprak untuk laki-laki itu.

"Jeha... tahunya" ucap Jihan membuat Jeha segera mengambil tahu milik kembarannya.

"Heran, udah tahu nggak suka tahu... kenapa malah pesen pake tahu?" Tanya Jeha disela mengunyahnya.

"Sengaja" cengir Jihan. "Jeha kan suka tahu"

"Ide bagus!" Jeha mengacungkan jempolnya ke arah Jihan.

"Eh? Apa-apaan nih?" Tanya Jeha karena tiba-tiba Hakkan meletakkan semua tahu miliknya ke piring Jeha.

"Katanya suka tahu?"

"Ya suka... tapi lo nggak usah ikutan juga" kesal Jeha. "Nih, gue balikin"

Hakkan menahan sendok Jeha yang berisi tahu dengan sendoknya.

"Makan aja. Gue nggak suka tahu" ucap Hakkan.

"Widih... lo sama Jihan kayaknya jodoh, deh" goda Jeha membuat Hakkan dan Jihan melotot.

"Lah buktinya, sama-sama nggak suka tahu" lanjut Jeha seraya terbahak.

"Emang gitu?" Tanya Hakkan membuat Jeha mengangguk mantap.

"Kalau dua orang beda jenis memiliki kesamaan, patut dicurigai kalau 'mereka' itu jodoh" jelas Jeha bertujuan bercanda, namun tiba-tiba Hakkan melahap tahu di sendok Jeha tadi membuat gadis itu melotot.

"Ih... apa-apaan sih, lo?" Kesal Jeha.

"Gue suka tahu" balas Hakkan seraya mengunyah tahu di mulutnya tanpa dosa.

"Ish... bener-bener nggak jelas nih orang" heran Jeha kemudian mengambil sendok baru.

Mengabaikan kekesalan Jeha, Hakkan melanjutkan makannya dengan santai.

Sedangkan Jihan, gadis itu hanya menyimak perdebatan kecil dua orang di depannya seraya menahan senyum.

'Sejak kapan Kak Hakkan yang terkenal serem jadi selucu ini?' Bingung Jihan dalam hati.

"Oh ya, jadi... berapa totalnya, Pak Hakkan?" Tanya Jeha begitu mereka selesai makan.

"Apa?" Bingung Hakkan.

"Biaya serpis mesin cucinya loh..." jelas Jeha.

"Nggak usah" balas Hakkan seraya beranjak dan mengambil tas berisi peralatannya.

"Eits... nggak bisa gitu dong!" Jeha menahan lengan seragam Hakkan.

"Lo udah repot-repot benerin mesin cuci gue. Jadi, gue harus bayar jasa berharga lo itu" jelas Jeha membuat Hakkan tak ingin membuang kesempatan.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang