TFOA-21

617 42 0
                                    

Jihan melirik Ghani yang duduk di sebelahnya. Sejak pagi, laki-laki itu hanya diam. Padahal biasanya sepanjang pelajaran ngoceh sama Satrio, melempar jokes recehnya. Tapi pagi ini tidak. Laki-laki itu hanya diam. Bukan sedang memperhatikan penjelasan dari Pak Arnot, melainkan melamun.

Pagi tadi, Ghani mendapati Hakkan di depan rumah Jeha, menjemput gadis itu dan pergi ke sekolah bersama. Jujur saja, Ghani cemburu. Apalagi saat Hakkan mengatakan kalau dirinya adalah calon pacar Jeha. Aish... Ghani benar-benar kesal dengan semua itu. Terutama dengan Hakkan.

'Beraninya dia nikung gue yang udah usaha dari jaman SMP!'

"Ghani!" Panggilan Pak Arnot membuat seisi kelas mengarahkan pandangannya ke arah Ghani, namun laki-laki itu malah congek, melanjutkan lamunannya dan terus memaki Hakkan dalam hati.

"Kerjakan soal di papan tulis!" Sambung Pak Arnot.

Ghani masih tak mendengar membuat Jihan yang duduk di sebelahnya menepuk pelan pundak laki-laki itu.

Ghani sedikit terkejut, kemudian menoleh.

"Disuruh ke depan sama Pak Arnot" jelas Jihan membuat Ghani yang tersadar akhirnya beranjak, berjalan menghampiri Pak Arnot.

Pak Arnot memberikan spidolnya pada Ghani membuat laki-laki itu mengerutkan dahi.

"Tunggu apa lagi? Kerjakan soalnya!"

"Eh? Saya, Pak?" Ghani menunjuk dirinya sendiri, malah ngeblank dia.

Seisi kelas tidak berani bersuara. Mau menertawakan kebodohan Ghani pun harus mereka tahan mengingat siapa Pak Arnot itu. Karena biasanya, hanya Ghani dan Jeha yang berani membacot di kelas, bahkan pada pelajaran Pak Arnot sekalipun.

"Iya kamu. Siapa lagi? Dari tadi kerjaannya ngelamun. Pasti sudah merasa pinter kan kamu sampai tidak mendengarkan penjelasan Bapak? Jadi, buruan kerjakan soalnya!"

Ghani menelan ludahnya kasar, menatap lekat papan tulis yang menampilkan soal yang harus ia kerjakan.

"Dikerjakan, bukan cuma dilihat!"

Mendengar ucapan Pak Arnot, Ghani cuma nyengir kemudian membungkukkan badannya seraya menyerahkan kembali spidolnya ke Pak Arnot.

"Silakan Pak Arnot saja. Saya nyerah. Hehe"

Tuk!

Ghani meringis pelan saat Pak Arnot mengetuk kepalanya menggunakan spidol. Di ujung sana, Satrio sudah tidak kuat lagi menahan tawanya, alhasil menimbulkan suara layaknya kentut tertahan yang berhasil lolos. Sedangkan Jihan, gadis itu menatap prihatin pada Ghani.

"Empat WC dekat kelas 12 bagian selatan. Sekarang!"

Paham maksud Pak Arnot, mau tidak mau Ghani melangkah keluar kelas. Berjalan menuju WC di lorong kelas 12 IPS yang paling... asdfghjk parahnya. Karena selain terkenal kotor, WC tersebut dipenuhi aroma sesuatu yang kuning mengambang karena tidak sempat disiram. Dan hari ini Ghani harus berhadapan dengan WC itu untuk membersihkannya.

Aish... hanya membayangkan saja sudah bisa membuat Ghani mual.

Sementara itu di kelas, Satrio menoel pundak Jihan membuat gadis itu menoleh.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang