TFOA-26

501 40 2
                                    

Selesai mengerjakan tugas, Jihan memasukkan buku sesuai jadwal pelajaran besok. Ia juga melakukannya untuk Jeha.

Disela aktivitasnya memilih buku pelajaran, Jihan tak sengaja melihat buku berukuran A4, nampak seperti buku sketsa terselip di antara buku tulis di rak buku milik Jeha.

Karena penasaran, Jihan mengambil buku itu. Sekadar iseng ingin melihat. Karena Jihan tahu, kembarannya itu memiliki hobi menggambar. Namun karena kesibukannya semenjak bekerja paruh waktu, Jihan jarang bahkan belum melihat kembarannya itu melakukan hobinya lagi.

"Wah..." Jihan merasa terkesima melihat hasil karya kembarannya itu. Menatap kagum potret wajah seseorang yang nampak sama seperti orang aslinya.

"Eh?" Begitu sampai halaman pertengahan, Jihan seakan sadar akan sesuatu. Dari awal halaman sampai pertengahan, hanya ada satu wajah saja yang menghiasi tiap lembar buku sketsa Jeha.

Sekali lagi ia tatap potret wajah di buku sketsa itu. Benar. Jihan mengenal wajah itu. Sangat kenal.

Hingga tatapannya jatuh pada tulisan di bawah potret itu dan mampu membuat Jihan termenung.

'Harusnya aku nggak penasaran' batin Jihan sedih.

Suara ketukan pintu membuat Jihan kembali sadar.

"JIHAAAN~"

Itu suara Fani. Sore ini ia ada janji dengan Fani untuk pergi menonton pertandingan LPI antar SMA/SMK. Dan Ghani, teman sekelasnya itu adalah salah satu pemain yang ikut mewakili Tim dari sekolahnya.

"Iya, sebentar" balas Jihan bergegas merapikan buku Jeha kemudian keluar dari kamar kembarannya. Bersiap karena Fani sudah menunggu.

°°°°°°

Dari tribun, Jihan menyaksikan Ghani yang nampak sudah kelelahan. Sekolah mereka juga sudah tercuri satu point dari lawan, STM Pandawa.

Sementara skor 0-1. SMA Gaya Baru-STM Pandawa.

"Biasa aja kali, Han... nggak usah tegang gitu" Fani menyenggol lengan Jihan seraya terkekeh.

"Nggak tega Fani. Lihat deh, Ghani kayaknya capek banget" ucap Jihan meremat botol air minum---yang rencananya itu untuk Ghani---dengan wajah khawatir. Apalagi tadi Ghani sempat jatuh karena tak sengaja tersandung kaki lawan.

"Yaelah... bukan cuma Ghani doang keleus yang capek! Tuh, yayang gue juga!" Ucap Fani mengarahkan dagunya ke arah lelaki bertubuh tegap yang tengah menepuk pundak Ghani. Dia pacarnya Fani, namanya Seno Arfani, kelas XI IPS 1.

"Santai aja. Sekolah kita pasti menang kok. Kita cuma kalah start aja" ucap Fani optimis.

Jihan hanya mengangguk, pandangannya tak lepas dari Ghani yang kini tersenyum lebar ke arah penonton. Hal itu membuat Jihan reflek ikut tersenyum juga.

"Widih... kayaknya ada yang naksir seseorang nih" ucap Fani dengan senyum jahilnya.

"Apaan sih, Fani" mau tidak mau Jihan jadi salting.

"Yeuw... gitu doang langsung salting" cibir Fani seraya menyenggol lengan Jihan.

'Tapi gue harap jangan, Jihan. Saingan lo orang dalem. Mending cari cowok lain aja ya!' Lanjut Fani dalam hati seraya memperhatikan wajah Jihan yang bersemu dengan tatapan tertuju ke arah Ghani. Ia jadi tidak tega.

The Flower of Aster[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang