Jeha duduk di bangku kayu, tengah menunggu Ghani yang sedang mandi di toilet umum yang tak jauh dari letak stadion tadi. Karena setelah ini mereka akan berkumpul, merayakan kemenangan Tim mereka dengan makan-makan di rumah makan Pak Jay. Tenang, coach mereka kok yang traktir. Wk!
Tak lama, Ghani selesai mandi. Laki-laki itu keluar dari toilet kemudian menghampiri Jeha dengan pakaian rapinya. Kaos hitam dibalut jaket levis dengan celana pendek selutut. Rambutnya yang basah ia keringkan manual menggunakan tangan.
"Aish! Nyiprat bego!" Kesal Jeha karena cipratan air dari rambut Ghani mengenai wajah gadis itu.
Ghani hanya tersenyum sampai matanya menyipit seperti bulan sabit. Ia sengaja tadi.
Jeha beranjak dari duduknya. "Buruan! Udah ditungguin yang lain"
"Oke, cus!" Ghani merangkul Jeha, menghampiri motornya di parkiran, di mana teman-temannya juga menunggu di sana.
"Cie... yang udah mandi" ledek Seno dengan senyum jahilnya.
"Iya dong. Udah wangi nih gue" ucap Ghani seraya mengarahkan keteknya ke wajah Seno.
"Anjir!" Seno mendorong tubuh Ghani menjauh. "Buruan! Entar gue nggak kebagian paha ayam" ucap Seno mulai menstarter motornya.
"Eh? Cewek lo nggak ikut?" Tanya Jeha karena tidak mendapati Fani.
"Nanti dia nyusul. Katanya mau nganterin temennya dulu"
Jeha manggut-manggut kemudian mengenakan helm yang Ghani berikan.
"Wih... motor baru, Ghan?" Tanya Jeha melihat motor PCX putih yang masih mulus nan kinclong.
"Hehe, iya. Hadiah ultah dari Papa" cengir Ghani seraya memasukkan kantung plastik berisi baju kotor dan alat mandi ke dalam jok motor.
"Oh iya ya... hari ini kan lo ultah. Wih... selamat Mas bro. Sweet seventeen" Jeha menepuk pundak Ghani yang sudah naik ke motor lebih dulu.
"Ngasih selamat aja nih... nggak ngasih gue apa-apa?" Ghani mencebikkan bibirnya sampai maju lima centi.
Jeha terbahak kencang kemudian ikut naik ke atas motor, membonceng Ghani. "Iya iya... ntar gue kasih. Buruan jalan!" Jeha menepuk pundak Ghani kemudian laki-laki itu melajukan motornya, menyusul Seno dan teman-teman lainnya.
°°°°°°
Selesai acara makan-makan, Ghani memutuskan untuk mengajak Jeha jalan-jalan ke alun-alun mumpung belum terlalu malam, masih jam 8.
Padahal tadi di rumah makan Pak Jay mereka sudah makan. Tapi melihat banyak jajanan enak di sekitar alun-alun membuat mereka tergiur dan akhirnya membeli semua yang mereka inginkan.
Takoyaki, cilor, bilung, papeda, sosis bakar, dan dua pop ice---rasa strawberry untuk Jeha dan rasa cappucino untuk Ghani. Setelah mendapatkan jajan itu, mereka duduk di bangku kayu memanjang dekat air mancur di taman alun-alun itu.
"Je" panggil Ghani membuat Jeha yang sedang menikmati cilornya hanya berdehem.
"Lo pacaran sama Hassan?"
"Eh? Hassan?" Jeha loading sebentar. "Oh... maksud lo, Hakkan?"
Ghani hanya berdehem. Wajahnya sudah mulai sepet dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower of Aster[END]
Teen FictionSaat mengetahui kembarannya dirundung, Jeha memutuskan untuk bertukar posisi dengan Jihan. Menggantikan posisi Jihan yang dirundung di sekolah sekaligus membereskan para perundung itu. Warning! Area remaja: mengandung bahasa kasar dan sikap labil y...