Dunia itu tidak adil, katanya.
Tidak semua hal buruk yang kita lihat harus ditegakkan berdasarkan norma dan aturan umum yang berlaku. Apabila kita menolong seseorang dari perilaku jahat, padahal tangan kita sendiri cuma ada dua sementara pelaku kejahatannya bertangan empat, hasilnya pasti celaka.
Dunia itu tidak adil, faktanya.
Adil adalah menaruh sesuatu berdasarkan tempatnya. Ada juga yang berpendapat kalau adil adalah sama rata. Tapi diantara semua definisi-definisi adil yang beredar, Galen jauh lebih percaya kalau adil adalah perbandingan yang setara. Bukan cuma menaruh sesuatu berdasarkan tempatnya ataupun menyamaratakan, tapi adil adalah perbandingan yang setara hingga perbandingan itu sendiri bisa bertempur berdasarkan potensi masing-masing.
Sabrina dan Gwyneth itu tidak adil. Yang satu pintar, yang satu lagi bodoh. Yang satu besar dan kuat ambisi, yang satu lagi terbiasa sabar dan mengalah. Yang satu tahu dirinya salah, sedangkan yang satu lagi terlalu malas menanggapi orang-orang salah tapi bersikeras memperjuangkan diri.
Intinya, Gwyneth dan Sabrina itu tidak sebanding. Cara main keduanya yang berbeda membuat banyak sekali kecurangan terjadi di arena tempur. Meski demikian, Galen sangat tidak menyukai bagaimana cara Sabrina membalas dendam dan memperjuangkan harga diri kepada Gwyneth. Itu cara-caranya pengecut, menyerang di saat lawan belum siap mengacungkan tembakan.
Gina keluar ruang BK membuat dua anaknya berdiri. Wanita itu menghela napas panjang, netranya melihat Glen frustrasi.
"Kamu yang minta Gwyneth narik-narik rambutnya Sabrina?" Gina langsung bertanya tanpa basa-basi.
Glen melirik Galen sebentar kemudian mengangguk. "Gwyneth dijambak duluan."
"Rambutnya Sabrina rontok parah karena itu, ko."
Hening sebentar. Glen memerhatikan Gina yang kini duduk di kursi depan ruang BK dengan tatapan yang sulit diterka, sementara Galen menatap keduanya bergantian.
"Ibu marah ya?" tanya Glen lirih.
Gina tidak menjawabnya.
"Koko diceritain sama temen Koko, katanya Sabrina selalu ganggu Gwyneth. Di hari kejadian aja Sabrina tuang minumannya ke makanan Gwyneth, dan hari ini ibu tau sendiri Sabrina dorong Gwyneth di tangga, Bu."
"Iya, Koko. Ibu udah denger tadi." Gina menarik tangan Glen agar duduk di sebelahnya. "Ibu nggak marah kok."
"Sekarang ibu mau nanya sama Koko..." Wanita itu menjeda bicaranya sebentar untuk menatap wajah anaknya yang risau. "Gwyneth sering minta uang jajan koko atau bekel koko nggak?"
"Pernah, dua kali." Terus Glen mendekat. "Kenapa?"
"Sabrina beberapa kali lakuin pemerasan ke Gwyneth."
Galen bilang juga, Sabrina dan Gwyneth itu tidak adil. Dari isi kepala soal moral saja Sabrina tak bisa bersanding dengan Gwyneth, kematangan usianya itu terpaut jauh.
"Dari awal juga ibu udah khawatir, kak, ko. Ikut akselerasi itu rumit, ibu takut Gwyneth nggak bisa imbangin temen-temen sekelasnya." Gina menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi.
Salah satu hal yang paling Gina khawatirkan di hidupnya jelas Gwyneth seorang. Di rumah, cuma Gwyneth anak perempuan yang ia punya. Gwyneth yang dijaga dan disayang begitu apik bak permata berharga di mata saudara-saudara dan orang tuanya, yang diberikan kasih sayang dengan sangat baik, yang sudah diwanti-wanti dengan penjagaan ekstra dari suaminya, tapi mental Gwyneth justru diporak-porandakan oleh orang asing yang merasa lebih tinggi dari Gwyneth.
Galen mengamati wajah sedih ibunya kemudian menaikkan pandangan ke jendela ruang BK. Di sana ada dua dewan guru, Sabrina dan ayahnya, Gwyneth dan Galuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacang Almond
Teen FictionHazel selalu bekerja keras untuk mendapatkan validasi kejuaraan dari orang-orang sekitarnya, terkhusus ayahnya yang hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Segala pencapaian yang gadis itu raih membawa presepsi dalam kepalanya sendiri, bahwa seorang Ha...