30. Our Essential is Already Titled

85 17 0
                                    

Hanya kamulah satu-satunya
Diantara yang pernah singgah di relung jiwa
Dan takkan pernah lagi ada manusia lainnya
Sudah cukup satu, hanya kamu
—Hivi!

◀❇❇✳❇❇▶

Dada Hazel rasanya mau meledak saat melihat sebuah sedan sudah parkir di depan rumah. Dari jendela kamarnya sini, bisa gadis itu dapati eksistensi Galen yang baru saja turun dari mobil dan hendak masuk ke dalam rumah. Dia sungguh-sungguh berniat membawanya pergi kencan, sesuai obrolannya beberapa hari lalu.

Sekarang pukul sepuluh pagi di hari Sabtu yang lumayan cerah ini. Hazel sudah mandi dan mengenakan pakaian santai, tapi karena Galen datang ke rumah dan bilang ke Danu kalau ia berencana mengajak Hazel pergi, Hazel akan berangkat bersamanya jika memang diperkenankan.

Entah sial atau bukan, Danu bilang 'iya' kepada Galen setelah berkompromi beberapa waktu. Alhasil, Hazel harus ganti pakaian lagi dengan balutan yang jauh lebih pantas untuk berkeliling entah kemana.

Dan berdiri kaku di sebelah Galen seraya mengamati keramaian khalayak pada sebuah festival peringatan hari besar skala nasional.

Berangkat sekitar pukul satu, keduanya baru saja tiba di Festival 75—bazaar dan konser yang menghadirkan musisi-musisi dalam negeri seperti Reality Club, Hivi!, Gangga, dan Pamungkas— pukul tiga akibat terpotong waktu makan siang.

"Lo..." Hazel terenyuh bukan main. Bahunya turun beberapa senti, pandangan kecewa pun bertengger di wajah cantiknya. ".... Kenapa nggak bilang kalo kita mau ke sini?"

Masalahnya, Hazel mengenakan kemeja berbalut vest dan rok seatas lutut saat ini. Rambutnya juga digerai bebas, polesan kosmetik di wajahnya juga tak dipersiapkan untuk menghadiri acara-acara luar ruang. Intinya, Hazel merasa penampilannya tidak aman untuk kepercayaan dirinya pun lainnya.

"Emang kenapa?" tanya Galen bingung.

"Salah kostum. Gue nggak pede."

Si adam langsung memerhatikan penampilan perempuannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Cantik kok, lucu juga."

"Ya masalahnya bukan itu!"

Melihat Hazel merungut sebal justru membuat senyum Galen naik ke permukaan. Pria itu mengusak kepala Hazel sampai ekspresi wajah Hazel yang sebelumnya kesal melunak diwarnai kejut.

"My father put me into taekwondo so that I could protect the people I love. I swear I'll protect you, sayangku."

"Mulut lo nyebelin banget."

Galen tertawa terbahak-bahak, tangannya tetap bertahan di kepala Hazel dan memamerkan senyum cerahnya pada nisa yang tambah berapi-api, wajahnya juga merah.

Galen segera membawa Hazel memasuki area festival yang sangat luas. Tiket sudah dipasang di pergelangan tangan. Bukan cuma konser, tapi di paruh kiri yang cukup jauh dari panggung juga disediakan bazar kuliner lokal dan mancanegara. Selain makanan, ada juga kios-kios aksesoris dan jasa yang sangat ramai. Festival berikut lumayan mirip dengan pekan raya provinsi.

Konser akan dimulai pukul lima sore. Kebetulan orang-orang banyak yang datang di jam-jam sore seperti ini, mayoritas kios jadi kebanjiran pelanggan dan harus mengantre.

Kacang AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang