Galen
Di kelas aja ya|
jangan kemana-mana|Gwyneth
|Iyaa
|Kamu kenal orang yang tadi gak?Galen
Kenal|Gwyneth
|Nakutin banget ih
|Jangan jadi kayak dia ya kak
|Semua perempuan pasti nggak ada yang suka digituin 😬Galen
Iya|-
Galen keluar aplikasi berkirim pesan itu dan menyalakan rekam suara. Ponsel dimasukkan ke dalam kantung, ia membuka pintu ruang jurnalistik yang tertutup rapat. Ketika saklar lampu dinyalakan, presensi Evan yang sedang berdiri menghadap papan mading jadi pandangan mata.
"Ancam seseorang pake nama-nama orang lain bukan hal yang keren, sebenernya." Galen menyandarkan tubuhnya ke meja dekat dinding. "Tanpa bawa-bawa cewek gue, gue bakal dateng kalo lo minta."
Evan menoleh. "This is how I getting my revenge."
"Lo dendam sama gue?"
"Enggak." Evan membalikkan tubuhnya ke arah Galen kemudian berjalan mendatanginya.
Dua adam itu bersimuka dalam warna yang gelap kelabu. Galen menatap Evan dengan tatapan kalem di kala Evan melihatnya ketus.
"Gue tau cewek yang tadi itu adek lo." Evan tersenyum aneh. "Lo punya kembaran juga kan di SMANU?"
"Sekarang gini..." Evan mengeluarkan satu tangannya dari kantung celana lalu menatap ke bawah, pria itu mengulum bibir sebentar. "Selama ini, lo pasti anggap Bimo itu temen lo, makanya lo selalu nolongin dia setiap gue bully."
"Lo sadar lo nge-bully orang?" Satu alis Galen naik keheranan.
Evan dengan mudahnya mengangguk santai. "Sadar, tapi nggak sadar-sadar amat."
"Mungkin karena udah kecanduan kali ya?" Evan memutus kontak mata dengan merotasikan obsidiannya dan tersenyum tertahan.
Rahang Galen terbuka sedikit mendengar balasan konyol berikut. Pria itu berhenti bersandar di meja, air mukanya berubah tak ramah seiring dengan suasana hatinya yang berubah.
"Lo nyuruh gue ke sini buat apa, sih?" tanya Galen ketus.
"Kok jadi jutek, Len." Evan tergelak hebat. "Lo beneran temenan sama Bimo ya?"
"Mau gue temenan atau enggak, tingkah lo barusan bikin gue nggak habis pikir, tau nggak?"
Evan manggut-manggut. "Tapi gue belum mulai negosiasinya, masa jawaban lo udah sewot?"
"Negosiasi?" Galen balas bertanya.
"Soal Bimo dan adek lo." Evan mendekat lagi pada Galen dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. "Gue anggap Bimo itu mainan gue, sedangkan adek lo itu barang lo."
"Lo pasti nggak nyaman kan kalo gue memperlakukan adek lo kayak tadi?" Tangan Evan keluar lagi dan menunjuk Galen angkuh. "Lo pasti nahan marah, pengen habisin gue detik itu juga karena gue pegang-pegang adek lo. Makanya lo milih buat pergi."
"Kebetulan gue nggak bisa ngontrol emosi dan tipikal orang yang pengen buru-buru melampiaskan amarah, gue pikir kalo kita duel sepihak bakal buang-buang waktu doang. Sekarang, lo juga punya barang yang harus lo jaga di sekolah, kita sama-sama punya hal yang nggak mau disentuh orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacang Almond
Teen FictionHazel selalu bekerja keras untuk mendapatkan validasi kejuaraan dari orang-orang sekitarnya, terkhusus ayahnya yang hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Segala pencapaian yang gadis itu raih membawa presepsi dalam kepalanya sendiri, bahwa seorang Ha...