6th Chapter; You Get What You Want

82 17 0
                                    

When we grew up, our shadows grew up too
But they're just some old ghosts that we grew attached to
The tragic flaw is that they hide the truth that you're enough
—Sleeping At Last

◀❇❇✳❇❇▶

"Proses udah delapan puluh persen, tahan ngeluhnya."

Galen mengendalikan pernapasannya sementara pengawasnya itu menberikan wejangan singkat. Sebuah air mineral disodorkan oleh adam berusia tiga puluhan itu terus Galen terima dan diteguk setengah habis.

Ricuh penonton pertandingan seleksi nasional bidang taekwondo ayal membuat Galen ragu setitik pun, ia menikmati segala euforia yang ada di lapangan.

Galen melawan perwakilan provinsi Sulawesi Utara saat ini. Di seberang sana, raut wajahnya terlihat sedikit lebih kacau dibandingkan Galen yang sekadar lelah. Wajar, sejak tadi keduanya hanya selisih satu poin sehingga ronde keempat akan dipartisipasikan sebagai babak penentuan. Ditambah lagi, beberapa serangan Galen lakukan dengan tepat dan sesuai sasaran hingga nyeri hatinya berlipat ganda.

Pelatih itu kemudian mendaratkan tangannya di pundak Galen terus agak membungkuk. "Kontrolnya jangan lupa, teknik kamu udah unggul."

Galen mengangguk. "Noted."

"Prove to your haters, Galen. Udah ada yang bela kamu di medsos."

"Siapa?"

"Saya kasih tau kalo ronde ini selesai."

Tidak lama setelah itu, kontingen diperkenankan kembali ke area pertandingan. Tuan-tuan berbalut pakaian putih dengan pelindung tubuh yang kontras jadi objek mata lagi. Biru untuk Banten, merah untuk Sulawesi Utara. Kepada tuan merah, lelaki itu terlihat gagah percaya diri sedangkan tuan biru kalem tapi intens.

"Sijak!" Wasit mundur beberapa langkah kemudian petarung mengambil kesempatan menyerang.

Ronde terakhir berlangsung normal selama dua menit. Wasit beberapa kali memekik garang. Pada mulanya, merah memiliki poin yang unggul berkat ambisinya yang mau menolak kekalahan. Tapi ambisi itu justru membawa kehancuran pada dirinya sendiri yang melakukan dua kali pelanggaran hingga dikenakan sanksi pengurangan poin, biru jadi tambah percaya diri sedangkan merah lumayan ciut karena biru menggebu-gebu merebut tahta.

Biru mendapatkan kemenangan dalam pertarungan berikut ini yang lagi-lagi selisih satu poin saja. Beberapa selebrasi dari pihak penonton sudah dilayangkan, atlet-atlet yang berpijak di atas matras juga sudah berpelukan atas kerja keras satu sama lain pada titik terakhir pertandingan.

Galen, selaku tuan berkepala dan berbadan biru menyelidiki setiap rombongan yang ada di tribun balairung universitas ternama ini. Matanya menilik sebaik mungkin wajah-wajah yang terlihat senang atas kemenangannya, hendaknya mencari ibu dan ayahnya.

"GALEEN!"

"AKU DUKUNG KAMU, GALEN!"

Alih-alih Gina dan Galuh, yang Galen temukan justru sepasang manusia yang sibuk melambaikan tangannya di tepi tribun. Adam tinggi dengan perempuan rambut sebahu di sebelahnya kelihatan mencolok dengan setelan jakun di tubuhnya. Beberapa meter dari tempat mahasiswa itu berdiri, baru Gina dan Galuh ditemukan.

Mahasiswa itu..

Dalam sekali lihat saja, Galen kenal mereka yang berdiri di sana.

«●○●○●»

Demi Tuhan, ada perasaan asing di dalam diri Hazel saat melihat layar gawainya menunjukkan panggilan video grup dari divisi pendidikan Visus Mendaki. Hazel baru sampai rumah, belum juga bersih-bersih apalagi ganti seragam. Tapi kakinya sudah melangkah ke arah balkon dan bergabung dengan panggilan video itu.

Kacang AlmondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang