And I got this one boy
And he won't stop calling
When they act this way
I know I got 'em
—Sabrina Carpenter◀❇❇✳❇❇▶
Baik Glen maupun Galen tidak bisa tenang semenjak kejadian semalam, apalagi kala Galuh sudah memunculkan eksistensi di depan mereka pada pagi harinya. Keduanya saling mengawasi. Kalau Galen berada di sekitar Galuh, Glen pasti mendekat dan melayangkan tatapan mengancam kepada Galen. Begitu juga sebaliknya, setiap kali Glen menjalin komunikasi dengan Galuh, Galen pasti ikut menyahut.
"Ini kalian ngapain nempel-nempel mulu, sih?"
Sementara kedua anaknya memberikan sinyal peringatan, Galuh yang sedang menyusun piring dan gelas justru frustrasi berat. Sarapan kali ini disiapkan oleh Danu sehingga Gina dan Galuh akan merapikan sisa-sisa memasak sebagai tanda terimakasih. Tapi siapa juga yang tidak kerepotan kalau kegiatan rapi-rapinya diganggu oleh dua bocah gede— segede Galen dan Glen?
Pria paruh baya itu meletakkan piringnya ke meja. "Noh, kalo mau bantuin ayah. Nggak usah rebutan."
Gina cekikikan melihat hal tersebut. Sedangkan Gwyneth yang ada di pantry geleng-geleng kepala tidak habis pikir, jauh berbeda dengan Hazel yang malah mengulum bibir dengan perasaan campur aduk.
"Coba ayah tebak siapa yang habis ngelakuin kesalahan," ucap Gwyneth sembari menyantap es krimnya. "Lagi ngawasin aja itu, biar nggak diaduin."
Glen memberikan tatapan bombastisnya pada Gwyneth dari sudut mata. "Ngaco!"
"Jawaban kamu bikin ayah yakin ucapan Gwyneth itu bener," sahut Galuh.
Galen mengambil mangkuk-mangkuk terakhir yang baru saja ayahnya keringkan kemudian meletakkannya ke dalam loker-loker alas makan. Pria itu berusaha tidak acuh, wajahnya juga lebih tenang dibandingkan Glen yang sewot.
Ya, iya lah! Posisi Glen jauh lebih terancam karena ketahuan merokok padahal jelas-jelas itu dilarang keras oleh ayah maupun ibunya.
"Galuh."
Galuh menoleh lantaran namanya disebut oleh Danu, hanya untuk menemukan kawan yang beberapa tahun lebih tua darinya itu datang sambil menggendong Ghaylan.
"Ghaylan boleh makan es krim?" tanya Danu.
"Itu rasa apa?" Galuh berjalan mendatangi Danu, tapi lagi-lagi pergerakannya terbatas karena dua bocah gede yang mengekori. Alis Galuh langsung bertaut garang, "Ealah, cah edan! Minggir nggak!!?" (Anak gila)
Galen dan Glen spontan minggir memberikan sang ayah jalan yang begitu luas sementara semua orang yang ada di sana tersenyum konyol hingga tertawa keras.
Gina mengikuti Galuh dari belakang seraya menatap dua putranya dengan wajah bingung, wanita itu duduk di sebelah Hazel yang juga melahap es krim. "Ada apa sih?"
"Cece bilang juga ada yang salah, Bu." Gwyneth langsung disambut muka garang Glen setelah bicara itu, bikin senyumnya naik semakin tinggi. "Keliatannya Koko Glen ngelakuin kesalahan."
"Sembarangan!" Glen menyambar tegas. "Kamu nggak tau kan semal—"
Belum juga memberikan clue, ucapan Glen sudah berhenti duluan karena Galen merangkulnya brutal dan memberikan senyuman maut. Pria itu mengusap-usap bahu Glen dengan sangat ramah.
"Jangan begini lah, Glen..." katanya bak penasehat sejati, tapi matanya agak memicing jika dilihat dari sudut pandang Glen. "Kita kan saudara, jangan rebutan ayah gini, dong."
Galuh yang sedang membukakan tutup es krim Ghaylan langsung menengok begitu sesuatu yang tidak mungkin terjadi disebut keras oleh anak pertamanya. Karangan fiktif macam apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kacang Almond
Teen FictionHazel selalu bekerja keras untuk mendapatkan validasi kejuaraan dari orang-orang sekitarnya, terkhusus ayahnya yang hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Segala pencapaian yang gadis itu raih membawa presepsi dalam kepalanya sendiri, bahwa seorang Ha...